Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Travel Writer

Lahir di Aceh, Terinspirasi untuk Menjelajahi Indonesia dan Berbagi Cerita Melalui Karya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenang Joko Pinurbo: Maestro Puisi yang Mengubah Pandangan Kita terhadap Bahasa Indonesia

27 April 2024   14:51 Diperbarui: 28 April 2024   14:43 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Pinurbo and Beauty in the Everyday World. Foto: KOMPAS/RIAN SEPTIANDI

Dalam kuliah umum di Fakultas Bahasa dan Seni UNY tahun 2019, Jokpin menjelaskan bahwa alih-alih terpaku pada pakem pagu, justru menulis puisi adalah tentang "mempermainkan" tata bahasa Indonesia.

Ia menekankan bahwa bahasa Indonesia memiliki kekayaan permainan kata yang tidak ditemukan dalam bahasa lain, sehingga ketika ada yang mengatakan kosakata Bahasa Indonesia miskin, itu sepenuhnya tidak tepat.

Sebagai contoh, Jokpin menyinggung puisinya Celana Ibu dan Tertimpa Kamus Kecil.

Dalam puisi Celana Ibu, ia bermain kata dengan "paskah" yang diubah menjadi "pas-kah?", sebuah kata tanya yang selaras dengan kata Paskah, hari suci umat Kristen. Permainan kata ini, menurut Jokpin, sulit untuk diterjemahkan ke bahasa lain.

Dalam puisi  Tertimpa Kamus Kecil, Jokpin mengungkapkan bahwa karyanya tersebut merupakan hasil penelitiannya terhadap kata-kata yang dibolak-balik dan menghasilkan makna baru. 

Ia menjelaskan bahwa proses kreatifnya membutuhkan waktu yang lama karena ia harus menyusun daftar kata-kata dari kamus.

Berbeda dengan anggapan umum bahwa inspirasi puisi datang dari momen-momen kontemplatif di alam, seperti mendaki gunung, berkemah  di pinggir pantai, Jokpin justru mendapatkan ilhamnya melalui proses yang sistematis dan terstruktur.

Ia bahkan berkelakar tentang anggapan bahwa pergi ke pantai, ke alam, untuk mendapatkan inspirasi menulis, termasuk menulis puisi, malah akan membuatnya masuk angin dan tidak menghasilkan karya apa pun.

Hari ini, tanggal 27 April 2024, sang empu puisi dan "pembela bahasa Indonesia" yang telah menerima berbagai penghargaan sastra telah berpulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa. 

Mungkin Tuhan Yang Maha Pengasih sangat mengasihi Jokpin, sehingga Dia tak tega melihat Jokpin terus menerus terjerembab dalam dunia yang serba rapuh, tidak menghargai waktu, serba instan ini, serta terkungkung dalam gawai.

Mungkin Tuhan yang Maha Penyayang telah menjawab "panggilan telepon" dari Jokpin, mengajaknya bertemu dan bercengkrama, serta membebaskannya dari belenggu gadget yang selalu lengket di tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun