Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Redaktur di Gusdurian.net dan CMO di Tamasya Buku. Penulis feature dan jurnalisme narasi di berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jalan-Jalan Toleransi Gusdurian: Bangun Narasi Damai dengan Dialog

18 Desember 2023   00:04 Diperbarui: 18 Desember 2023   00:37 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syahrul Bahrony memimpin doa ziarah kubur di kompleks Pemakaman Phatok Negoro Dongkelan. Foto: Haliza Rosita.

Akhirnya, kami memutuskan untuk beralih ke lokasi lain, yaitu kompleks Pemakaman Phatok Negoro Dongkelan Kauman, Tirtonirmolo, Bantul.

Sejumlah ulama terkemuka dimakamkan di kompleks ini, di antaranya KH M Munawwir, KH Ali Maksum, KH Warson, Gus Kelik, KH Najib, dan KH Atabik.

Tepat di samping kompleks tersebut, terdapat sebuah masjid ikonik yang dikenal sebagai Masjid Nurul Huda atau Pathok Negara Dongkelan.

FYI, untuk menjaga ketertiban dan kesejahteraan masyarakat, Keraton Yogyakarta membangun lima patok negara. Patok-patok tersebut terletak di Dongkelan, Babadan, Mlangi, Plosokuning, dan Wonokromo. Di setiap patok, terdapat penghulu yang bertugas membimbing masyarakat.

Patok Selatan Keraton Yogyakarta terletak di Dongkelan. Penghulu pertamanya adalah Mbah Kiai Syihabuddin, yang ditunjuk oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Kompleks pemakaman ini dipadati oleh sejumlah peziarah, dan dari kalangan santri Gus Dur, Syahrul Bahrony mengambil peran sebagai pemimpin doa ziarah kubur.

Dari kompleks Dongkelan, kami melanjutkan perjalanan menuju destinasi terakhir, yakni Asrama Putri Stella Duce di Jalan Anggrek Samirono.

Bersama susteran St. Carolus Borromeus di Asrama Putri Stella Duce Samirono. Foto: Haliza Rosita
Bersama susteran St. Carolus Borromeus di Asrama Putri Stella Duce Samirono. Foto: Haliza Rosita

Di tengah cuaca terik, Suster Bibiana menyambut kami dengan ramah, mempersilakan masuk, dan menyuguhkan beberapa kudapan.

Ini adalah kunjungan pertama kami, dan isinya adalah ngobrol dan bergurau. Sesekali, para suster menjawab beberapa pertanyaan kami seputar kekristenan, seperti apa itu suster dan mengapa mereka dipanggil suster.

"Suster berasal dari bahasa Belanda, yaitu 'Zuster' atau dalam bahasa Inggris 'Sister,' yang artinya Saudara Perempuan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun