Kami disambut dengan ramah oleh Pdt. Boydo Rajiv Hutagalung, serta Penatua dan Diaken yang bertugas dengan khidmat.
"Kita juga ingin berjejaring kembali, membangun narasi yang damai, berkeadilan," kata Boydo.
Diakui Boydo bahwa baik komunitas Gusdurian maupun komunitas Protestan harus berjalan bersama-sama membangun narasi damai.Â
Terlebih lagi, di jaringan Gusdurian sendiri, tiga isu prioritas yang diangkat adalah Pendidikan, toleransi, dan kesetaraan gender yang sejalan dengan apa yang juga diperjuangkan oleh Boydo.
"Jalan Tol ini adalah salah satu metode diseminasi gagasan dan 9 nilai utama Gusdurian," kata Firda Ainun, perwakilan santri Gusdur.
Awalnya, kami berencana untuk mengayunkan langkah kaki menuju  Makam Nyai Ahmad Dahlan (Siti Walidah) di kompleks Masjid Gedhe Kauman.
Nyai Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh perempuan yang berasal dari keturunan penghulu Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat.
Selama masa kecil hingga dewasa, ia tinggal di Kampung Kauman. Tak heran, suasana di sekitar pemakaman memberikan nuansa yang kental dengan ajaran Muhammadiyah.
Setiba di lokasi, gerbang yang merupakan akses utama terkunci dengan gembok dan rantai yang sudah menghitam.Â