"Sederhana bukan hanya bicara tentang harta benda, tapi juga tentang cara Gus Dur menyederhanakan sesuatu yang rumit dengan slogannya, 'gitu aja kok repot,'" jawab A. Wasil Mustofa, salah satu peserta cangkrukan.
Berbeda dengan Wasil, peserta cangkrukan yang lain, Noufal Rafif Muzakki, berpendapat bahwa ketika Gus Dur menjadi presiden, beliau mengambil banyak kebijakan yang dianggap kontroversial. Noufal melihat bahwa itu adalah langkah berani, misalnya dalam membela kaum minoritas, Gus Dur tidak takut kehilangan jabatan atau kesempatan kekuasaan.
"Justru aku melihat kesederhanaan beliau di sana," kata Noufal.
Jika kita melihat kembali definisi sederhana, maka perlu dicatat bahwa sederhana berbeda dengan pelit.
Sederhana berarti menjalani kehidupan sesuai dengan kepatutan dan dalam batas porsinya.
Dalam konteks ini, sederhana mengacu pada kemampuan seseorang untuk memiliki banyak hal, tetapi dia memilih untuk tidak melakukannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang substansial.
Misalnya, ketika seseorang memilih cara berpakaian, mengapa dia memilih gaya berpakaian tertentu? Yang dia pertimbangkan adalah substansinya, bukan sekadar tampilan yang kece di media sosial.
Tidak hanya sering dihubungkan dengan sifat pelit, sederhana juga sering dihubungkan dengan keadaan miskin. Saya pribadi sangat tidak sependapat dengan pandangan tersebut.
Untuk lebih jelasnya, kita dapat meminjam istilah Lis Hartono, atau yang dikenal dengan nama Cak Lontong. Menurut Cak Lontong, miskin adalah tentang kondisi hidup, sementara sederhana adalah tentang cara hidup.
Cara hidup ini yang harus kita garis bawahi. Kembali ke Gus Dur, sebagai seorang presiden, ia memiliki pilihan untuk menentukan cara hidupnya, cara makannya, cara berpakaiannya, dan hal-hal lainnya.