Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Hidup adalah perpaduan cinta, tawa, dan luka. Menulis menjadi cara terbaik untuk merangkai ketiganya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Runduma Volunteer Expedition: Berikan Dampak Positif di Pulau Runduma bersama Barakati Indonesia

24 Juli 2023   17:08 Diperbarui: 24 Juli 2023   17:11 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang seringkali membawa kita ke dalam disrupsi, terutama di media sosial, di mana aspek "sosialnya" masih dipertanyakan, adakalanya kita perlu berhenti sejenak dan merenung tentang bagaimana kita bisa memberi dampak positif pada masyarakat di sekitar kita.

Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk memberikan dampak, mulai dari bergabung dalam komunitas, hingga terjun langsung untuk mengabdi di masyarakat tertentu yang membutuhkan perhatian lebih.

Pengabdian dan kerja sukarela, atau yang lebih dikenal dengan istilah volunteer, merupakan salah satu kegiatan dengan potensi besar untuk menciptakan perubahan positif itu sendiri.

"Menjadi volunteer tidak mudah, yang diutamakan dari pengabdian kita adalah membaur dengan masyarakat, berbincang, bahkan menghirup udara yang sama dengan masyarakat," kata Rati Chairunnisa, salah satu calon volunteer dari Medan dalam Webinar Sharing Lolos Kegiatan Ekspedisi yang diselenggarakan oleh Barakati Indonesia, Senin, 24 Juli 2023, melalui kanal Zoom Meeting.

Pendapat itu senada dengan apa yang disampaikan oleh Ahmad Mussawir, pemateri dalam webinar tersebut. Menurut Ahmad, menjadi volunteer harus dilakukan tanpa tedeng aling-aling, bukan untuk mencari keuntungan pribadi, tetapi memberikan apa yang mampu kita berikan. 

"Mari kita artikan volunteer sebagai sebuah pekerjaan yang dilakukan bukan hanya dengan penuh suka, tetapi juga karena rela," katanya.

Salah satu prasyarat untuk menjadi pengabdi yang baik adalah pintar berkomunikasi dan berbasa-basi dengan masyarakat setempat, agar semua program kerja dapat diterima. 

Menurut Ahmad, ini sangat penting agar menjadi pembelajaran, sehingga program yang disusun bisa lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 

Terkadang, dalam banyak kasus, tidak sedikit program kerja yang tidak sinergis dengan kondisi masyarakat, dan bahkan dalam kasus yang lebih parah, ada peserta pengabdian Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diusir karena disharmonis dengan warga setempat.

Dalam buku Mengorganisir Rakyat: Refleksi Pengalaman Pengorganisasian Rakyat di Asia Tenggara yang ditulis oleh Jo Hann Tan dan Roem Topatimassang, mereka menulis beberapa poin yang harus diperhatikan oleh volunteer.

Roem Topatimassang sendiri menegaskan bahwa, untuk melakukan pengorganisasian tidak ada teorinya, sebab hal tersebut dapat berbeda di setiap waktu dan tempat. 

Dalam proses pengabdian, dinilai berhasil jika para volunteer mampu memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan diri mereka sendiri, atau istilah yang dipakai penulis dalam buku ini adalah "mengalihkan tanggung jawab". 

Dalam hal ini, manajemen pengetahuan berfungsi untuk melakukan transfer pengetahuan kepada mereka, sehingga masyarakat dapat berjalan secara mandiri tanpa harus bergantung kepada para pengabdi bahkan setelah pengabdi pulang ke daerah asalnya masing-masing.

Tangkapan layar Webinar Sharing Lolos Kegiatan Ekspedisi
Tangkapan layar Webinar Sharing Lolos Kegiatan Ekspedisi

Pembicara lain dalam webinar ini, yaitu Figo Ari Muhammad, juga berkomentar mengenai diskusi antara program yang keren atau program yang berjangka panjang.  

Figo menegaskan bahwa program yang berkelanjutan atau sustainable lebih diutamakan daripada program yang hanya terlihat keren secara sekilas. 

Meskipun programnya sederhana, namun jika memiliki keberlanjutan yang baik dan memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat, maka itulah yang menjadi fokus utama.

Pendapat Figo ini dapat dijadikan contoh nyata dari ketekunan dan semangat dalam pengabdian. 

Sebagai buktinya, Figo pernah mengalami penolakan sebanyak 20 kali untuk fully funded, namun dia tidak menyerah dan terus berjuang demi merancang program yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan. 

"Belajar dari kegagalan, riset dulu, identifikasi problem krusialnya apa, kemudian lihat rekomendasi dari program tahun lalu. Tidak perlu bertele-tele saat wawancara, tetap disiplin seperti tepat waktu," kata dia. 

"Saat berbicara dalam wawancara, harus berdasarkan data," lanjut Figo. 

Menjadi titik kunci adalah program kerja harus dibutuhkan oleh masyarakat, bukan atas dasar keinginan volunteer semata.

Bayu Agustian, salah satu calon pengabdi sekaligus peserta diskusi yang mendaftar fully funded dari Bengkulu, lantas bertanya: "Bagaimana cara menghadapi situasi yang tidak sesuai ekspektasi?"  

Figo menanggapinya dengan menyarankan musyawarah bersama untuk mencari jalan keluar. Ia menekankan pentingnya menurunkan ego dan berdiskusi secara kolektif untuk menemukan solusi yang terbaik bagi semua pihak. 

Jika kita membuka kembali buku Mengorganisir Rakyat ... yang ditulis oleh Jo Hann Tan dan Roem Topatimassang, merancang program dimulai dengan menganalisis keadaan pada skala makro maupun mikro. 

Langkah ini melibatkan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) untuk mempermudah pengambilan keputusan dan menyusun program.

Dengan melakukan analisis SWOT, para pengabdi dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari program yang diusulkan, serta peluang dan ancaman yang ada di lingkungan sekitar. 

Hal ini membantu dalam merencanakan strategi yang tepat dan efektif untuk mencapai tujuan program dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.  

Maka, secara teknis, pengabdian kepada masyarakat ibarat sebuah seni, sebab dapat dikreasikan dari ide, pengalaman, dan pengambilan keputusan.

Menurut Roem Topatimassang, tahap yang tidak boleh diabaikan oleh para volunteer adalah melakukan penataan organisasi.

Ada tiga pendekatan yang umumnya dikenal dalam pembangunan masyarakat.

Pertama, Pendekatan Community Development adalah pembangunan masyarakat untuk meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan. 

Dengan melibatkan partisipasi masyarakat, pendekatan ini menekankan pada perbaikan infrastruktur dan layanan publik untuk meningkatkan kualitas hidup.

Dalam konteks Pulau Runduma, selain menjadi penghasil ikan, juga merupakan penghasil kopra dan produk olahan kelapa yang cukup melimpah. 


Dalam pendekatan Community Development, implementasi program misalnya, dapat dilakukan dengan membangun alat bahkan pabrik yang bisa mengolah kelapa menjadi Virgin Coconut Oil (VCO).

Dengan adanya fasilitas pengolahan VCO ini, masyarakat Pulau Runduma dapat meningkatkan nilai tambah produk kelapa mereka dan membuka peluang baru dalam industri pengolahan kelapa. 

Kedua, Pendekatan Community Empowerment bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dengan pelatihan keterampilan, pengetahuan, dan akses informasi. 

Di Pulau Runduma, masyarakat diberdayakan melalui pelatihan pengolahan VCO dan manajemen bisnis, sehingga mereka dapat mengelola produksi VCO secara mandiri.

Sementara ketiga, adalah Pendekatan Community Organization fokus pada pembentukan atau penguatan organisasi masyarakat untuk memperjuangkan kepentingan dan memecahkan masalah. 

Strategi yang digunakan biasanya dengan membentuk organisasi. Misalnya dalam konteks Pulau Runduma, membentuk organisasi petani kelapa atau kelompok usaha VCO yang berperan menjaga keberlanjutan produksi, berkolaborasi dengan pihak Barakati Indonesia, hingga mengadvokasi kebijakan dan regulasi yang mendukung industri VCO ini.

Pendekatan ini, menurut saya, yang dimaksud oleh Roem Topatimassang, tidak boleh diabaikan oleh para volunteer. Dan ini tentu hanya contoh, karena potensi di Pulau Runduma bukan hanya kelapa, tapi juga kekayaan biota laut yang lainnya.

Sebelum webinar ini berakhir, ada pertanyaan menggelitik dari Putri Oktaviana, calon penerima fully funded dari Kebumen; apakah setiap kegiatan volunteering ada kolaborasi dengan pemerintah? Apa kontribusi pemerintah?

Ahmad Musawwir, yang sudah bertahun-tahun melakukan pengabdian di berbagai tempat, menjawab dengan hati-hati.

"Pemerintah sudah berupaya sedemikian rupa, namun mungkin tangan mereka belum sampai, jadi kita harus menambal, kita harus menjadi perpanjangan tangan pemerintah," katanya.

Untuk diketahui, Barakati Indonesia akan menyelenggarakan pengabdian Village Development Expedition (VDE) #3 di Desa Runduma, Kecamatan Tomia, mulai dari 24 September hingga 07 Oktober 2023 mendatang.

Dari lebih dari 700 peserta yang mendaftar, saat ini hanya sekitar 150 orang yang berhasil lolos untuk tahap wawancara.

Jika peserta tidak lulus fully funded, Barakati Indonesia memberikan opsi partial funded, di mana peserta dapat membayar separuh biaya pengabdian.

Pertanyaan yang muncul adalah mengapa pengabdian sosial harus berbayar, padahal tujuan hati adalah ingin mengabdi di sudut nusantara?

Sesuai dengan esensi menjadi seorang relawan, maka menjadi "relawan" artinya harus rela memberikan segala bentuk dukungan, baik tenaga, uang, waktu, dan bahkan usia.

Bagi kamu yang tidak lulus fully funded dan belum memiliki kondisi finansial yang memadai untuk mengambil partial funded, jangan khawatir. 

Mengabdi tidak hanya terbatas di Pulau Runduma. Masih banyak kontribusi yang dapat kamu lakukan, seperti membantu tetangga yang kelaparan, peduli pada anak-anak di bawah jembatan, atau memberikan perhatian kepada warga di pinggir rel.

***
Jika Anda telah sampai di sini, terima kasih telah membaca. Jangan ragu untuk meninggalkan kritik dan saran di kolom komentar agar saya dapat menulis dengan lebih baik lagi. [Mhg]. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun