Setelah lima tahun tidak bisa merayakan Idul Adha di kampung halaman, pada hari Kamis, 29 Juni 2023, saya terbangun sekitar pukul lima lewat tiga puluh pagi.
Dengan terburu-buru saya melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk membasuh badan. Cuaca pagi, seperti biasa, dingin menusuk tulang, membuat saya menggigil, sementara suara takbir terus bergema dari lapangan Masjid At-Taqwa di Kalasan, Sleman.
Setelah salat Subuh, saya berangkat menggunakan sepeda motor menuju lapangan Masjid At-Taqwa untuk melaksanakan salat Id.
Kalasan, dengan pepohonannya yang melimpah, menyajikan udara pagi yang segar.
Jalanan ditutupi kabut pagi dan dipenuhi oleh orang-orang yang berjalan kaki menuju masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah, tua dan muda, pria dan wanita.
Sementara itu, di lapangan, kerumuman manusia mulai meluap. Semua sibuk mempersiapkan diri untuk salat.
Setelah sampai di lokasi, meskipun cuaca mendung, saya tak memperdulikannya. Saya duduk dan mempersiapkan diri, ikut serta dalam takbiran.
Imam untuk salah Id dan khatib hari ini adalah Riki Habibullah. Suaranya merdu, dan saya terpesona mendengarkan tilawah ayat-ayat suci al-Quran, baik dalam rakaat pertama dan kedua.
Setidaknya ini dapat sedikit menghilangkan kerinduan saya pada orang tua di kampung halaman. Saya tak yakin mengapa, tetapi tahun ini benar-benar bisa menikmati shalat Id secara dalam.
Riki, dalam khotbahnya, menekankan bahwa Idul Adha tahun ini harus diartikan dengan taqwa, yang diejawantahkan melalui tindakan sehari-hari.