Oleh karena itu, kita perlu bertanggung jawab dan mengambil langkah-langkah nyata untuk memperbaiki dampak yang telah kita timbulkan.
Dunia ini diibaratkan seperti sebuah Operating System (OS) di sebuah smartphone, sebagus apa pun aplikasi yang kita unduh tidak bisa berjalan maksimal jika OS-nya bermasalah.
Sama dengan dunia ini yang memiliki OS-nya sendiri. Sebagus apa pun penemuan manusia, setinggi apa pun gedung dibangun, itu tidak akan berguna jika OS bumi ini sudah rusak. Sudah berapa banyak rantai makanan yang rusak, sudah berapa banyak hewan yang punah?
Saya jadi teringat apa yang dikatakan oleh komedian kondang Pandji Pragiwaksono kenapa hutan di Jawa ini rusak? Alasannya karena Owa Jawanya mulai menurun populasinya.
Anda mungkin bertanya, apa hubungannya?
Owa Jawa memiliki peran krusial dalam menjaga kesehatan Gunung Gede Pangrango dan lingkungan sekitarnya. Sebagai hewan yang hidup di hutan, Owa Jawa membantu menyebarkan biji-bijian dari tanaman yang mereka makan. Tanpa mereka, proses regenerasi hutan terganggu dan keanekaragaman hayati terancam.
Jika populasi Owa Jawa terus menurun hingga punah, dampaknya dapat meluas ke kerusakan hutan yang lebih luas di Jawa. Akibatnya sudah sering kita rasakan seperti banjir dan tanah longsor.
TIDAK HANYA SAMPAHÂ tetapi juga emisi karbon yang dihasilkan oleh kegiatan perjalanan menjadi masalah serius. Di seluruh dunia, transportasi berkontribusi sepertiga dari emisi CO2, menjadikannya sebagai sektor yang perlu diperbaiki untuk mewujudkan lingkungan yang lebih hijau.
Alih-alih menggunakan sepeda motor untuk perjalanan singkat ke minimarket atau hanya untuk membeli es kelapa, mengapa tidak mencoba berjalan kaki?
Masyarakat Indonesia sering disebut sebagai salah satu yang paling malas berjalan kaki di dunia. Sebuah penelitian dari Universitas Stanford di Amerika Serikat menyebutkan bahwa di antara negara-negara Asia Tenggara, penduduk Indonesia merupakan yang paling enggan untuk berjalan kaki. seperti yang saya sitir dari Liputan 6.