Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Redaktur di Gusdurian.net dan CMO di Tamasya Buku. Penulis feature dan jurnalisme narasi di berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bergerak Bersama Mengubah Gaya Hidup untuk Lingkungan Lestari dan Berdaya

29 Mei 2023   09:56 Diperbarui: 30 Mei 2023   17:42 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekitar 1,6 ton sampah dikumpulkan dalam Rinjani Clean Up by Green Rinjani with Benjamin Ortega. Foto: KOMPAS/ARSIP GREEN RINJANI

Oleh karena itu, kita perlu bertanggung jawab dan mengambil langkah-langkah nyata untuk memperbaiki dampak yang telah kita timbulkan.

Dunia ini diibaratkan seperti sebuah Operating System (OS) di sebuah smartphone, sebagus apa pun aplikasi yang kita unduh tidak bisa berjalan maksimal jika OS-nya bermasalah.

Sama dengan dunia ini yang memiliki OS-nya sendiri. Sebagus apa pun penemuan manusia, setinggi apa pun gedung dibangun, itu tidak akan berguna jika OS bumi ini sudah rusak. Sudah berapa banyak rantai makanan yang rusak, sudah berapa banyak hewan yang punah?

Saya jadi teringat apa yang dikatakan oleh komedian kondang Pandji Pragiwaksono kenapa hutan di Jawa ini rusak? Alasannya karena Owa Jawanya mulai menurun populasinya.

Anda mungkin bertanya, apa hubungannya?

Owa Jawa memiliki peran krusial dalam menjaga kesehatan Gunung Gede Pangrango dan lingkungan sekitarnya. Sebagai hewan yang hidup di hutan, Owa Jawa membantu menyebarkan biji-bijian dari tanaman yang mereka makan. Tanpa mereka, proses regenerasi hutan terganggu dan keanekaragaman hayati terancam.

Jika populasi Owa Jawa terus menurun hingga punah, dampaknya dapat meluas ke kerusakan hutan yang lebih luas di Jawa. Akibatnya sudah sering kita rasakan seperti banjir dan tanah longsor.

TIDAK HANYA SAMPAH tetapi juga emisi karbon yang dihasilkan oleh kegiatan perjalanan menjadi masalah serius. Di seluruh dunia, transportasi berkontribusi sepertiga dari emisi CO2, menjadikannya sebagai sektor yang perlu diperbaiki untuk mewujudkan lingkungan yang lebih hijau.

Alih-alih menggunakan sepeda motor untuk perjalanan singkat ke minimarket atau hanya untuk membeli es kelapa, mengapa tidak mencoba berjalan kaki?

Masyarakat Indonesia sering disebut sebagai salah satu yang paling malas berjalan kaki di dunia. Sebuah penelitian dari Universitas Stanford di Amerika Serikat menyebutkan bahwa di antara negara-negara Asia Tenggara, penduduk Indonesia merupakan yang paling enggan untuk berjalan kaki. seperti yang saya sitir dari Liputan 6.

Pemotor menaiki trotoar karena tidak adanya penghalang trotoar di Cililitan Foto: KOMPAS.com/ RYANA ARYADITA UMASUGI 
Pemotor menaiki trotoar karena tidak adanya penghalang trotoar di Cililitan Foto: KOMPAS.com/ RYANA ARYADITA UMASUGI 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun