Mohon tunggu...
I Made Dwi Permana Putra
I Made Dwi Permana Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa hebat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perayaan Kuningan dan Nyepi Tradisi Spiritual Bali yang Memukau

13 Maret 2024   15:39 Diperbarui: 13 Maret 2024   15:43 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Raya Kuningan merupakan hari raya memperingati kebesaran Sang Hyang Widhi berupa Sang Hyang Parama Wisesa. Sang Hyang Parama Wisesa adalah roh suci dan pahlawan dharma yang berperan dalam membentuk akhlak manusia menjadi mulia. Pada Hari Kuningan, umat Hindu berdoa kepada para dewa dan leluhur. Doa ini dilakukan dengan menyiapkan sesaji yang diisi dengan ajengan nasi kuning. Ajengan kuning mempunyai arti lambang kemakmuran. Hal ini dimaknai sebagai wujud rasa syukur karena telah melimpahkan rahmatnya untuk kesejahteraan di dunia ini. Sehari menjelang Hari Raya Kuningan, umat Hindu memperingati Hari Penampahan Kuningan sebagai bentuk persiapan menyambut Hari Raya Kuningan. Hari Penampahan Kuningan dilaksanakan setiap Sukra Wage Wuku Kuningan. Persiapan penyambutan dilakukan dengan menyembelih hewan ternak dan melakukan persembahan sebagai persiapan doa di Hari Kuningan keesokan harinya. Pada hari raya ini, umat Hindu biasanya melakukan persembahan kepada leluhurnya, memohon kesejahteraan, perlindungan, keselamatan dan bimbingan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa.

Perayaan Nyepi

Hari raya Nyepi merupakan salah satu hari raya besar keagamaan bagi umat Hindu di Indonesia. Hari raya Nyepi dilaksanakan untuk menyambut tahun baru saka yang jatuh pada penanggal Apisan Sasih Kedasa sehari setelah  Tilem  Kesanga,  secara etimologi bahwa  kata  Nyepi  yang  artinya  “sunyi”,  jadi  perayaan  hari  raya  Nyepi  diperingati dengan sepi (hening). Tujuan  hari  raya  Nyepi  adalah  untuk  menyambut  Tahun  Baru  Saka  yang  dilandasi dengan kesucian lahir batin, baik pada Bhuana Alit maupun pada Bhuana Agung, serta hubungan yang harmonis antara manusia dengan Shang Hyang Widhi, manusia dengan sesamanya dan makhluk ciptaanya, serta manusia dengan lingkungannya. Nyepi adalah hari raya Hindu Bali yang ditandai dengan diam total dan pertapaan selama 1 hari penuh. Nyepi juga dikenal sebagai "Tahun Baru Saka" dalam kalender Hindu Bali. Pada hari ini, masyarakat Bali mengamalkan 'Catur Brata Penyepian' atau empat aspek pertapaan, yaitu :

1. Amati  Geni  yaitu  tidak  menyalakan  api,  baik  pada  siang  hari  maupun malamnya, tidak memasak, tidak menyalakan lampu penerangan, berpuasa dan tidak menikmati makanan maupun minuman.

2. Amati Karya, yaitu tidak melaksanakan kerja fisik sebagai upaya untuk melaksanakan tapa, brata, yoga, semadhi, Amati karya bagi umat yang awam dapat dialihkan untuk membaca kitab-kitab suci agama Hindu berupa Weda dan susastra Hindu lainnya.

3. Amati Lelanguan yaitu tidak menikmati keindahan (keasikan menonton TV atau jenis hiburan lainnya), pikiran itu dipusatkan untuk mengingat atau membayangkan keagungan pencipta (Hyang Widhi), atau Amulatsarira (introspeksi diri), mendengarkan suara alam tanpa kegiatan (aktivitas) manusia.

4. Amati Lalungaan, yaitu tidak melakukan bepergian, tidak pergi dari tempat area brata itu dilaksanakan.

Selama Nyepi, Bali tampak sunyi dan sepi, dengan kegiatan publik minimal dan lampu di rumah-rumah serta tempat umum dimatikan. Pada saat Nyepi umat Hindu melakukan pengekangan/menahan diri (Tapa), dapat melakukan pantang (Brata), melakukan pemujaan dan mengucapkan doa suci sesuai dengan sikap mulia dalam kesusilaan (Yoga), juga melakukan renungan yang mendalam serta upaya meditasi (Samadhi).

Makna dan Filosofi

Kedua perayaan ini memiliki makna dan filosofi yang dalam. Kuningan mengingatkan manusia akan pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia dan alam roh, sementara Nyepi menekankan pentingnya introspeksi diri dan pertapaan sebagai bagian dari proses pemurnian spiritual. Kedua perayaan ini menjadi cerminan dari nilai-nilai kehidupan Hindu Bali yang mengajarkan tentang keseimbangan, kebersamaan, dan kesucian.

KESIMPULAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun