Mohon tunggu...
K Catur Marbawa
K Catur Marbawa Mohon Tunggu... Insinyur - I will be back

Berusaha tulus. Tidak ada niat tidak baik

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Konservasi Celepuk, Pembasmi Tikus

4 Desember 2020   16:30 Diperbarui: 4 Desember 2020   16:45 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung Serak Jawa, Photo oleh @fath_1st

Anda tentu pernah mendengar kata ngaben bukan ? Ngaben itu salah satu upacara Umat Hindu yang ditujukan kepada leluhur, umumnya dilakukan dengan pembakaran jenazah.  Tapi saya yakin banyak sekali yang tidak tahu kalau di Bali pun ada upacara ngaben bukan untuk jenazah orang, tetapi untuk tikus. Namanya ngaben bikul. Bikul ini nama daerah Bali untuk tikus.

Tradisi ngaben tikus lumrah dilaksanakan di Desa Bongan, Tabanan juga di Desa Munggu, Badung.  Umumnya yang melaksanakan para petani yang tergabung dalam organisasi subak. Tujuan utamanya memerangi dan membasmi hama tikus di areal persawahan.

Dalam tradisi masyarakat Bali, ngaben tikus ini tergolong upacara Mreteka Merana, artinya mengupacarai hama penyakit.  Rangkaian upacaranya kurang lebih sama juga dengan ngaben orang.  Sebelumnya petani berburu tikus, setelah terkumpul tikus kemudian dibakar. Ngaben tikus ini tujuannya menyucikan roh /atma dari tikus, agar kelak tidak menjelma kembali ke bumi dan merusak sebagai hama tanaman.

Dalam tulisan ini, bukannlah ngaben tikus yang saya ulas, tetapi masih ada hubungannya juga dengan tikus.  Saya akan mengulas cara lain membasmi hama tikus selain dengan ngaben ataupun dengan pestisida.  Mengatasi hama tikus dengan cara ramah lingkungan.  Membasmi tikus dengan pemangsa alaminya : Burung Hantu.

Di Kabupaten Tabanan tepatnya di Banjar Pagi Desa Senganan, ada seorang pionir yang menginisiasi pembasmian tikus dengan menggunakan Burung Hantu. Namanya I Made Jonita.  Panggilan akrabnya Made Enjoy.  Dia pemrakarsa konservasi Burung Hantu di desa ini.

Saya berniat menemuinya. Sebelumnya saya mencari tahu dulu jenis Burung Hantu yang dia konservasi.  Saya mendengar jenisnya  Burung Serak Jawa (Tyto Alba), nama lokal Balinya Celepuk. Burung ini dari family Tytonidae.

Burung Serak Jawa dewasa ukurannya besar, sekitar 29 – 44 cm.  Dikenal sebagai Burung Hantu Putih.  Ciri dominannya wajah berbentuk jantung, warna putih dengan tepi coklat.  Paruhnya tajam berwarna putih, menghadap ke bawah. Hewan ini salah satu jenis hewan Nocturnal, beraktivitas di malam hari.  Siang harinya tidur di sarang. 

Burung Serak Jawa statusnya tercatat sebagai spesies dengan resiko rendah (least concern) dalam daftar IUCN (The International Union for Conservacy Nature). Sedangkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) memasukkannya ke dalam Appendix II.  Artinya spesies saat ini tidak terancam punah, tetapi akan terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.

Dari sekitar 54 jenis Burung Hantu di Indonesia, 16 jenis dilindungi. Serak Jawa ini tidak termasuk spesies yang dilindungi.    

Tempat konservasi Burung Hantu Serak Jawa atau Celepuk ini di Banjar Pagi, Desa Senganan.  Jaraknya sekitar 50 Km dari Denpasar. Sekitar 1 sampai 1,5 jam perjalanan.  Banjar Pagi sebenarnya tidak begitu jauh dari Jatiluwih, obyek wisata terkenal dengan pemandangan hamparan terasering sawah yang indah itu. 

Banjar Pagi berlatar Gunung Batukaru, diapit hamparan sawah dan tegalan. Asri. Jalan utamanya kecil saja, cukup buat mobil.  Satu hal yang unik, begitu kita masuk wilayah Banjar Pagi di setiap gerbang rumah penduduk, ada lampu penerangan berbentuk Celepuk. Rumah sekaligus tempat konservasi Celepuk milik  Pak Made Enjoy ada di banjar ini.

Plang nama program,Photo oleh@iketutcaturmarbawa
Plang nama program,Photo oleh@iketutcaturmarbawa
Di sore itu saya ditemani Fathur salah seorang PEH (Pengendali Ekosistem Hutan) BKSDA Bali.  Kami disambut hangat Pak Made Enjoy.  Pria humble ini umurnya sekitar 60 tahun.  Ditemani kopi panas tanpa camilan, kita ngobrol akrab. Ada semacam saung di dekat kandang atau sarang penangkaran.  Tetapi jangan harap Celepuknya keluar di sore itu. Maklum hewan Nocturnal, masih tidur.

Konservasi Celepuk oleh Pak Made Enjoy dirintis sekitar tahun 2015. Awal mulanya pemerintah setempat melepas sejumlah Celepuk yang berasal dari Jawa. Untuk program pembasmian tikus.  Di antara burung itu ada yang beranak dan bersarang.  Anakan inilah oleh Pak Made Enjoy diambil 2 ekor dan dibesarkan di kandang, di rumahnya.

Kandang Penangkaran, Photo oleh @iketutcaturmarbawa
Kandang Penangkaran, Photo oleh @iketutcaturmarbawa

Setelah berumur sekitar 8 bulan, Celepuk ini dilepas di areal persawahan.  Sebelumnya Pak Made Enjoy ini membuat yang namanya Rubuha (Rumah Burung Hantu).  Rubuha ini dibuat dari kayu dengan panjang 60 cm lebar 40 cm dan tinggi 50 cm . Pada sisi luar diberikan teras tempat bertengger selebar 20 cm. Pintu dibuat di sisi kiri dengan ukuran panjang 12 cm dan lebar 10 cm.  Pintu dibuat tidak sejajar dengan dasar kandang dan diberi tinggi 5 - 10 cm dari dasar kandang.

Pak Made Enjoy menempatkan Rubuha di pematang sawah.  Dengan menggunakan tiang besi yang dicor beton, Rubuha ditempatkan di ketinggian sekitar 4 m dari permukaan sawah. 

“Rubuha ini bukanlah sarang Celepuk, “ kata Pak Made. “Sepasang Celepuk hasil pelepasan dan juga Burung Hantu yang memang secara alami ada di alam akan menggunakan Rubuha untuk aktivitas reproduksi saja,” jelasnya.  Celepuk bersarang di pohon-pohon yang ada di sekitar sawah.

Setelah melakukan aktivitas reproduksi, tiba saatnya Celepuk betina bertelur di Rubuha.  Semua telur dierami betina.  Dalam 1 periode bertelur, betina bisa bertelur sampai 6 butir. 

Setelah menetas, induk betina induk sesekali mendatangi Rubuha untuk membawakan anaknya makanan. Induk betina tidak merawat sepanjang hari. Induk betina kembali istirahat bersarang di pohon-pohon di siang hari.  Kesempatan inilah yang digunakan oleh Pak Made Enjoy untuk mengambil sebagian anakan burung yang berumur sekitar 1 bulan untuk dirawat di penangkaran dia.

Penangkaran yang dilakukan oleh Pak Made Enjoy bersifat semi alami.  Yang dia lakukan sebenarnya adalah Ranching atau pembesaran anakan yang diambil dari alam. Berbeda dengan penangkaran umumnya, Jalak Bali misalnya. Penangkar Jalak Bali akan menempatkan sepasang indukan di sebuah kandang. Berreproduksi, bertelur, kemudian menetas di penangkaran. Lalu anakan dibesarkan oleh si penangkar.

Anakan Celepuk yang diambil dari Rubuha, oleh Pak Made Enjoy kemudian dikenalkan dan dilatih memakan makanan alaminya yaitu tikus.  Hanya tikus, tidak anak ayam meski Celepuk bisa memakannya. Ini untuk akan membuat memori Celepuk hanya menganggap tikus sebagai makanannya.  Dan itu jenis tikus hitam, sesuai dengan tikus hama yang ada di persawahan.  Akan berbahaya apabila Celepuk dikenalkan dengan  anak ayam. Bisa jadi ketika Celepuk dewasa di lepas di alam, justru kemudian menjadi hama bagi ayam-ayam di kampung.

Di sinilah kendala Pak Made Enjoy.  Dia harus berburu tikus hitam di alam tiap hari untuk pakan Celepuk di penangkarannya.  Dia mencoba berternak tikus hitam, menangkar indukan tikus.  Produksi anakannya lambat, tidak sesuai dengan kebutuhan konsumsi Celepuk. 

Berbeda dengan berternak tikus putih untuk kebutuhan penangkaran reptil ular misalnya.  Produksinya bisa cepat.  Celepuk bisa saja diberi tikus putih. Namun tidak akan sesuai dengan misinya di masa depan, pembasmi tikus hitam di sawah. Dan tikus putih tidak ada di sawah.

Pak Made Enjoy memberi makan Celepuk di penangkarannya dengan tikus hasil berburu. Tikusnya sudah mati, biasanya dipotong menjadi 2 bagian. Celepuk tidak memakan semuanya, sebagian kecil saja. Di alam pun demikian. Celepuk tidak akan memakan utuh tikus. Biasanya dimakan kepala tikus, dan juga merobek perut tikus untuk dimakan isi perutnya.

Di penangkaran minimal 1 ekor Celepuk disediakan 1 ekor tikus setiap harinya. Pak Made Enjoy memelihara Celepuk-celepuk ini di penangkaran selama sekitar 8 bulan.  Kemudian di lepas. Di Banjar Pagi, dia sudah melepas sekitar 8 ekor Celepuk. Untuk mendukung pelepasan, saat ini dia sudah memasang sekitar 14 Rubuha di Banjar Pagi.

Salah satu Rubuha di Banjar Pagi, Photo oleh @iketutcaturmarbawa
Salah satu Rubuha di Banjar Pagi, Photo oleh @iketutcaturmarbawa

Luas areal persawahan di sekitar Banjar Pagi sekiar 30 an Ha. Dengan jumlah 8 ekor celepuk yang pernah dilepas dan ditambah Celepuk alami yang ada di alam, Pak Made Enjoy anggap sudah memadai. Berhasil.  Tidak pernah lagi terdengar adanya serangan hama tikus di daerahnya.

Sepasang Celepuk di alam, memiliki Territory sendiri. Artinya sepasang Celepuk ini menguasai daerah jelajahnya sendiri di luar dserah jelajah pasangan lain. Tujuannya memisahkan diri antar pasangan lain, menghindari kompetisi makanan, dan kemudian  berkembang biak dengan baik.  Anakan hasil sepasang Celepuk ini pun pada akhirnya akan keluar dari Territory induknya dan membuat Territory baru di tempat lain. 

Kemampuan Celepuk sebagai pemangsa malam tidak terlepas dari karakeristiknya.  Matanya sangat peka dalam kegelapan. Untuk mendeteksi lokasi mangsa, mata dan pendengaran bekerja bersama-sama dalam suatu harmoni yang serasi. Bola matanya tetap pada tempatnya, menghadap ke depan dan memberikan pengelihatan yang bersifat binokuler dan stereoskopik.

Celepuk memiliki leher yang sangat fleksibel.  Kepalanya dapat diputar 270 derajat dalam empat arah.  Kemampuan melihat dalam gelap ini dikatakan sekitar 3 – 4 kali kemampuan manusia.

Semenjak 5 tahun terakhir, Pak Made Enjoy pernah menghasilkan anakan Celepuk yang sudah terlatih total sekitar 50 ekor.  Saat ini hanya tinggal 8 ekor saja di penangkarannya.  Apabila ada permohonan dari luar kabupaten, dia siap saja melepasnya.  Dia tidak menjual, tetapi dibahasakan uang pengganti pakan.  Hitungan ekonomi dia sekitar 1,5 Juta per ekor dengan umur 8 bulan. 

Di situs jual beli online, sebenarnya banyak yang menjual Celepuk atau Burung Hantu Serak Jawa ini. Harganya murah, sekitar 200 – 300 ribu.  Tetapi yang sudah dilatih khusus sebagai pemburu tikus sawah jarang seperti punya Pak Enjoy ini. Bahkan mungkin tidak ada.

Atas usahanya menyelamatkan areal persawahan dari hama tikus sekaligus menginspirasi daerah lain menerapkan hal serupa, Pak Made Enjoy mendapatkan bantuan. Pada Tahun 2019, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian memberinya bantuan. Bantuan tunai, 180 Juta. Dana ini dia gunakan untuk membangun kandang penangkaran Celepuk, kandang penangkaran tikus, dan keperluan pakan Celepuk.

Instansi lain belum ada program pada kegiatan ini.  Baru tahap pemantauan.  Dengan spesies Celepuk masuk Appendix II CITES, maka konsekuensinya tata usaha peredarannya wajib menggunakan dokumen CITES.  Sebelum masuk ke tata usaha peredaran, tentu aspek legalitas dari kegiatan penangkaran ini harus diurus dan difasilitasi terlebih dahulu.

Mendukung program ketahanan pangan masyarakat tanpa merusak lingkungan patut kita apresiasi. Penggunaan pestisida untuk mengatasi hama tanaman bukan jamannya lagi. Disamping efektif, pemanfaatan Celepuk sebagai pembasmi hama tikuspun berpotensi menjadi obyek wisata yang menarik. Pak Enjoy pun akan menangkap peluang itu.

"Seiring berjalannya waktu, Banjar Pagi itu pun kini memiliki potensi sebagai daerah pariwisata dengan julukan kampung Celepuk," ujar Pak Enjoy.

Selain dari pertanian, kehadiran Celepuk ini diharapkan bisa memberikan manfaat lain yang lebih positif. Rasa bangga untuk membangun desa akan semakin muncul.

"Edukasi wisata burung hantu ini adalah yang pertama di Bali. Mudah-mudahan rencana program wisata ini ke depannya bisa terwujud," ucap Pak Kadek Enjoy.

Semoga apa yang telah dilaksanakan oleh Pak Enjoy  dapat menginspirasi daerah-daerah lain. Di Bali bahkan di Indonesia.

Salam Konservasi

04/12/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun