Nah pada upacara ini terlaksana kegiatan persembahyangan bersama dan juga Mecaru gede untuk penyucian (Bhuta kala) yang dijadikan sebagai upacara inti setiap hari raya Nyepi.Â
Namun pada tahun ini upacara Piodalan hanya terbatas 2 perwakilan pada setiap keluarga dan pada jalannya persembahyangan dibagi menjadi beberapa kelompok yang digilir untuk mencegah proses penularan virus Covid-19 ini.Â
Setelah Piodalan di Pura Dalem selesai, kembali lagi melaksanakan kegiatan Mecaru namun kali ini dilaksakan pada setiap pemesuan (Pintu Masuk Rumah) dengan mempersembahkan nasi caru lawar sebagai bentuk puji syukur kepada Tuhan atas segala anugrah dan rezeki yang diberikan dan juga untuk membasmi segala kotoran dan keburukan pada setiap pekarangan rumah. Dan menuju rangkaian acara akhir yaitu upacara Pengrupukan.Â
Pengrupukan biasanya di meriahkan dengan mengarak ogoh-ogoh keliling lingkungan desa Gobleg dan kemudian di bakar. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk mengusir para Bhuta Kala dari lingkungan.
CATUR BRATA PENYEPIANÂ
Nah setelah kegiatan pada Tilem Kesanga di Desa Gobleg, tepat jam 00:01 (kulkul di bunyikan) yang bertanda berakhirnya hari Tilem Kesanga, masyarakat desa Gobleg melaksanakan Catur Bratha Penyepian dengan mematikan semua penerangan baik di jalan maupun dirumah sehingga menciptakan suasana yang hening dan sepi.Â
Catur Brata Penyepian memiliki arti empat larangan atau pantangan yang wajib dilaksanakan oleh umat Hindu saat perayaan Hari Raya Nyepi. Adapun bagian dari Catur Brata ini yaitu pertama Amati Geni yang memiliki arti tidak boleh menyalakan api. Seperti contoh tidak boleh memasak. Nah kemudian timbulah pertanyaan bagaimana caranya untuk bisa makan jika api tidak boleh dihidupkan?Â
Masyarakat desa Gobleg biasanya memasak sehari sebelum melaksanakan Catur Brata Penyepian ini kemudian disimpan ditempat penyimpanan makanan. Bahkan beberapa masyarakat melakukan puasa (Tidak Makan) pada hari tersebut. Kemudian bagian Catur Bratha yang kedua yaitu Amati Karya yang memiliki arti tidak boleh berkarya.Â
Segala bentuk pekerjaan yang harus dilaksanakan pada hari tersebut diusahakan supaya tidak dikerjakan terlebih dahulu supaya proses Catur Brata ini berjalan dengan lancar. Kemudian yang ketiga ada Amati Lelungan yang memiliki arti tidak boleh berpergian. Kita dibatasi supaya tidak berpergian keluar dari lingkungan pekarangan rumah. Kemudian bagian Catur Brata Penyepian yang terakhir yaitu Amati Lelanguan yang memiliki arti tidak boleh mencari hiburan.
 Semua masyarakat Hindu diharuskan supaya bisa menghentikan sejenak segala jenis kesenangan agar bisa tetap memfokuskan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Nah adanya Catur Brata Penyepian ini diharapkan semua masyarakat desa Gobleg dapat melaksanakannya dengan keiklasan dan kesabaran hati maupun fikiran, supaya dapat dijadikan sebagai suatu pegangan mulat sarira atau intropeksi diri, agar bisa menjadi cambuk untuk masa depan yang lebih cerah.
Nah setelah kegiatan Nyepi (Sipeng) yang dilakukan oleh masyarakat desa Gobleg dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian usai. Tepat pada jam 00:01 setelah satu hari Nyepi berakhir disuarakan kembali Kulkul (Kentungan) sebagai berakhirnya Nyepi dan disambut dengan Upacara Ngembak Geni sebagai upacara penutup hari raya Nyepi.Â