Mohon tunggu...
I Made Riski Andana
I Made Riski Andana Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA UNDIKSHA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perayaan Hari Raya Nyepi di Desa Gobleg Pada Massa New Normal

4 Maret 2022   12:00 Diperbarui: 4 Maret 2022   12:06 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ngembak Geni dilaksanakan pada pinanggal apisan Sasih Kadasa (hari kedua bulan ke sepulu Bali). Ngembak Geni berasal dari kata "Ngembak" yang artinya bebas dan "Geni" yang artinya api. Jadi Ngembak Geni merupakan kembalinya kegiatan masyarakat seperti sedia kala dan boleh menyalakan api.

TRADISI NYAKAN DIWANG

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Pada saat Ngembak Geni ini, masyarakat desa Gobleg melaksanakan suatu Tradisi unik yang dinamakan Nyakan Diwang yang dimulai dari jam 1 dini hari setelah kulkul desa berbunyi sampai matahari mulai terbit. 

Tradisi Nyakan Diwang merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Gobleg dengan memasak di luar dapur atau di depan jalan masuk pekarangan rumah sebagai bentuk pembersihan pekarangan rumah dan dapur dari segala hal yang berbentuk negatif. 

Tradisi ini telah terlaksana turun-temurun sejak ratusan tahun lalu yang sudah termuat pada Awig-Awig pelaksanaan Nyepi desa adat. Hal yang menarik pada tradisi ini adalah ketika seluruh warga Desa Gobleg melaksanakan kegiatan Nyakan Diwang tentu dalam pelaksanaannya sangat membawa banyak makna dan pengertian bagi masyakat yang berbeda tradisi.  

Secara Filosofi Nyakan Diwang, merupakan satu tradisi yang harus tetap dijaga sebagai implementasi ajaran Tri Hita Karana, Hubungan Manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, Manusia dengan lingkungan. 

Hubungan manusia dengan Tuhan dapat sebagai bukti wujud puji syukur masyarakat Desa Gobleg telah mampu melewati Catur Brata Penyepian, hubungan manusia dengan manusia sudah sangat jelas alat memupuk kekerabatan serta tali persaudaraan untuk lebih mengakrabkan keluarga yang satu dengan keluarga lainnya dan sekaligus saling mengunjungi setelah terlaksananya Catur Berata Penyepian di Hari Suci Nyepi, dan hubungan manusia dengan lingkungan dapat dilihat pada upaya menyepikan dapur yang ada di masing-masing rumah sehingga leteh/reged yang selama ini menjadi hilang dari keluarga dan kebahagian keluarga kecil dapat terjaga.

PENUTUP

Pada dasarnya kegiatan Nyepi di desa Gobleg sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakatnya dengan antusias yang sangat tinggi. Nah meskipun perayaan Hari Raya Nyepi khususnya di desa Gobleg masih di era new normal akibat dari adanya pandemi virus Covid-19 ini, namun perayaanya masih berjalan, dengan pembatasan orang pada saat kegiatannya seperti pada kegiatan Pengrupukan (pengarakan ogoh-ogoh), rangkaian upacara saat Tilem Kesange, dan pada saat Ngembak Geni. 

Hari Raya Nyepi disini sangat memiliki banyak makna pada kehidupan masyarakat Umat Hindu. Dimana adanya Nyepi disini bisa dijadikan sebagai proses pengendalian diri dari segalah hal yang berbau negatif melalui empat pantangan yaitu Catur Brata Penyepian serta dapat mengimplementasikan ajaran Tri Hita Karana untuk menciptakan kehidupan yang damai dan sejahtera di hari raya pergantaian tahun baru Caka ini.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun