Konsep ketuhanan telah sangat jelas tergambar pada tempat-tempat suci di Besakih. Kosmologinya adalah kawasan desa-desa pragunung, yang melingkari purusha (Besakih), membentuk lingkaran yang terkasar sampai terhalus. Orang-orang yang mencari Tuhan ada dalam kosmologi itu melangkah dalam desa-desa pragunung untuk mencapai Besakih, melalui yoga (jalan menghubungkan diri dengan Tuhan).
Penataan selama ini, hanya berfokus pada sekitar tempat suci ini sehingga gambaran kosmologi masyarakat Bali tidak tergambar dengan baik. Karena itu, tak banyak orang yang bisa belajar dari semua itu.Â
Karena itu, momentum penataan ini harus digunakan untuk membentangkan tatva masyarakat Bali, sehingga Bali benar-benar menonjolkan dirinya sebagai tempat belajar umat manusia dalam mencapai kebahagiaan. Jika momentum ini berhasil dibelokkan menuju pemberdayaan masyarakat pragunung ini maka Besakih akan terpelihara secara berkesinambungan.
Pembangunan berkelanjutan atas Besakih hanya bisa dilakukan jika memperhatikan lingkungan alam, masyarakat lokal, dan ekonomi lokal. Apabila masyarakat lokal dan ekonomi lokal dikesampingkan, kosmologi kawasan suci ini tidak akan hidup. Jika kosmologi ini tidak hidup, maka Besakih tidak akan bisa menjadi tempat pembelajaran yang utuh.Â
Besakih hanya akan menjadi monumen untuk mengenang masa lalu, tanpa pemaknaan yang mendalam. Karena itu, mudah-mudahan masyarakat Bali bisa dengan bijak belajar dari sejarah, sehingga tak mengulangi sejarah kelamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H