Di satu lorong kita terlena dengan keindahan teknologi yang mampu menjerumuskan kita pada matinya hati nurani terhadap ekologi. Sedangkan di lorong lain kita hampir-hampir tak mau menoleh pada rintihan ekologi yang notabene terlalu lama mendatangkan kebaikan untuk diri sendiri.
Siapa yang mau disalahkan atas terciptanya kedua lorong ini? Yang jelas, kita bukan ingin mencari kambing hitam, melainkan senantiasa berupaya menghidupkan kembali nilai-nilai moral, tanggung jawab dan hati nurani di antara situasi kemajuan teknologi yang menawarkan budaya instan.Â
Kita perlu berali dari krisis dan efek dari antroposentrisme modern bahwa kita tidak dipanggil untuk menjadi penguasa dunia, tetapi pengelola yang bertanggung jawab. Â Tidak akan ada hubungan baru dengan alam kalau manusia tidak dibaharui dan tidak ada ekologi tanpa antropologi yang memadai.
Selain itu, masalah lingkungan berikatan erat dengan masalah sosial sehingga sudah selayaknya memerhatikan aspek masyarakat. Mereka yang mempelajari sains tidak seharusnya membatasi diri terhadap ilmu-ilmu sosial dan kemasyarakatan agar apa yang mereka pelajari dapat berguna langsung bagi masyarakat.
Di sinilah saat ketika tugas para cendekia menjadi nyata: mempelajari bidang mereka secara mendalam dan memahami cara mengajarkannya atau mengaplikasikannya kepada masyarakat.Â
Sistem pendidikan di negara kita tercinta masih mengotakkan kedua aspek tersebut dengan kurang memerhatikan kedalaman ilmu sekolah pendidikan maupun mengabaikan aspek sosial pembelajaran ilmu alam. Namun, memberi pemahaman kepada masyarakat dan pemerintah adalah tugas semua elemen masyarakat.
Semua harus menyadari bahwa dengan kekuatan yang besar, timbul pula tanggung jawab yang besar. Perlu pendekatan yang dibangun di atas serangkaian dialog yang harus dilakukan baik dialog tentang lingkungan di masyarakat internasional, dialog untuk kebijakan baru nasional dan lokal, dialog untuk transparansi dalam pengambilan keputusan, dialog antara politik dan ekonomi demi pemenuhan manusia dan dialog antara agama dan ilmu pengetahuan.
Sudah cukup banyak solusi untuk segala masalah lingkungan, baik dari hasil inovasi generasi muda maupun percontohan dari berbagai etnis atau golongan masyarakat.
Di media massa ada berita mengenai tentang alat pengubah asap rokok menjadi oksigen dan pasta gigi ramah lingkungan berbahan cangkang kerang. Banyak kisah mengenai kiprah aktivis-aktivis lingkungan yang tak kenal menyerah mencari solusi memertahankan jasa ekologis yang kita pakai.
Semua itu memerlukan implementasi tindakan dan peraturan yang didasari pemahaman, atau tinggal wacana. Semua elemen masyarakat harus memahami bahwa dalam mengelola lingkungan, aspek keterpaduan harus dipahami.Â
Lingkungan merupakan kumpulan interaksi sehingga harus dikelola secara holistik, dan ini membutuhkan pengertian semua pihak yang terlibat. Kepedulian dan pengetahuan seluruh elemen masyarakat menjadi kunci di sini.