Seandainya Anda pemilik modal, lalu ditanya mau investasi, kebanyakan dari kita pasti berpikir soal kuliner. Yap, usaha makanan sekarang seolah menjadi tren bisnis. Banyak sentra-sentra kuliner tumbuh hampir setiap hari.Â
Selalu ada saja yang baru, tapi karena faktor pandemi, usaha kuliner agak sedikit mengalami guncangan. Ibarat pesawat mengalami turbulensi ketika melewati ruang hampa udara. Cukup terasa, tapi masih sangat mungkin terselamatkan.Â
Kalau di kota besar, mengakali sepinya omzet bisa dengan cara menjualnya online dengan aplikasi-aplikasi macam Gofood, Grabfood, dan satu pemain baru yang terbilang langsung populer, Shopee food.
Dengan prospek yang demikian menjanjikan tak heran pemilik modal berpikir usaha makanan olahan sebagai langkah aman berinvestasi.
Tapi sayang, tak banyak yang berpikir tentang usaha bahan baku makanan. Sedangkan dengan demand bahan makanan yang sedemikian besar, ceruk atau peluang usaha bahan pangan tak kalah menjanjikan.Â
Usaha yang saya maksud adalah usaha hulu yang bener-bener menjawab kebutuhan pengusaha kuliner dalam memenuhi kebutuhan bahan baku. Contohnya usaha daging sapi.
Tanpa kita sadari, daging sapi sangat akrab dengan keseharian kita. Popularitas daging sapi ada di urutan kedua setelah daging ayam di negeri ini.Â
Kecuali di beberapa tempat, karena faktor keyakinan yang tidak memperbolehkan mengkonsumsi daging sapi. Itupun prosentasenya sangat kecil. Tapi kalau diambil secara general, di Indonesia, daging sapi menempati runner up dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani.
Banyak makanan berbahan daging sapi yang populer. Selain bahan baku makanan siap saji ( Burger, Steak), makanan populer lainnya yang menggunakan daging sapi adalah Abon.
Tapi sayang, tingginya permintaan daging sapi tak diiringi dengan supply yang memadai dari peternak dalam negeri.
Bagaimana tidak, permintaan daging sapi nasional pada 2021 diperkirakan ada di angka 700.000 ton pertahun atau setara dengan 3,6 juta ekor sapi!Â
Sedangkan supply sapi dalam negeri hanya sanggup memenuhi  400.000 ton pertahun, atau hanya sekitar 60% dari total kebutuhan nasional. Lalu apa langkah yang diambil untuk menutup kekurangan supply daging sapi? Impor! No matter else!
Sangat ironis, negeri yang konon gemah ripah loh jinawi ini harus impor bahan pangan. Padahal rumput sebagai makanan pokok sapi bisa tumbuh everywhere! Tanah yang diklaim tandus pun di negeri ini bisa tumbuh rumput. Kenapa hanya masalah daging sapi saja bisa impor?
Kenapa semua bisa terjadi?
Jawabannya sederhana, kurangnya minat investor dalam menanamkan modal di sektor peternakan, terutama sapi.Â
Padahal, menurut Hery Maswanto, seorang peternak UKM di daerah Kediri, Jawa Timur, investasi di peternakan sapi relatif aman dan tahan banting di banding ternak unggas. Asal tidak mati dan dicolong orang, sudah pasti untung. Karena sapi nggak rewel.Â
Sapi relatif tahan terhadap wabah penyakit. Cuaca panas atau dingin, bukan persoalan besar. Tidak seperti ayam (unggas) yang rentan terhadap pergantian cuaca.
Langkah awal ternak sapi.
Memulai usaha sapi, selain lahan, yang perlu diperhatikan adalah soal pemilihan bibit yang akan kita pelihara. Untuk awal, mungkin kita bisa memulai pembelian sapi dengan kisaran umur 1,5 tahun.
Pilihlah sapi Jantan yang matanya bersinar, karena sapi dengan mata sayu adalah salah satu ciri sapi kurang sehat, moncong pendek, badan tinggi, dada bagian dalam lebar, kulit tipis , tidak terlalu kurus, dan kapasitas perut besar, dengan bobot ideal antara 200 kg sampai dengan 300 kg, tidak terlalu gemuk memang.Â
Tapi itulah tujuan utama tulisan ini dibuat, proses penggemukan sapi! Kalau Anda membeli yang terlalu gemuk, harga lebih mahal, sehingga keuntungan pun menipis.
Lama pemeliharaan selama penggemukan adalah 4 bulan (120hari) , dengan asumsi pertumbuhan bobot sapi 1,5-2 kg perhari maka berat sapi ada di kisaran 380---420 KG. Tergantung kualitas pemberian pakan.
Selain pakan hijau ( Rumput) dalam proses penggemukan juga di butuhkan beberapa tambahan makanan dan obat-obatan, terutama obat cacing.
Adapun waktu pemberian pakan adalah dua sampai tiga kali dalam sehari. Untuk rumput, jumlah ideal adalah 10% dari total bobot sapi. Supaya makanan mudah di cerna sebaiknya disertai pemberian konsentrat dengan jumlah 1%-2% dari bobot keseluruhan sapi.
Penyediaan Kandang
Sebelum benar-benar di pelihara untuk proses penggemukan biasanya sapi ditempatkan terkumpul dalam satu kandang, kandang ini di sebut kandang koloni.Â
Perlu juga diperhatikan luas kandang adalah 7x9 meter dengan kapasitas antara 20 sampai 24 ekor sapi. Hal ini biasanya dilakukan peternak pemula untuk menunggu kesiapan kandang tunggal. Batasan waktu yang digunakan dikandang koloni ini adalah 1 minggu (7 hari).
Sedangkan luasan untuk kandang tunggal adalah 3,75 meter persegi per ekor sapi dengan tinggi atap 2 meter.
Penanggulangan penyakit.
Walau saya sebut diatas ternak sapi relative aman dari penyakit, tapi bukan berarti kita abai soal kesehatan sapi. Paling tidak, kita harus menjaga agar sapi tetap sehat. Sehingga tidak menghambat pertumbuhan sapi.
Langkah utama untuk menjaga kesehatan adalah pemberian vaksinasi pada sapi, minimal dua kali selama proses penggemukan. Vaksinasi yang saya maksud disini adalah vaksinasi terhadap penyakit yang umum terjadi pada sapi, seperti Antrax.Â
Kedua, lakukan pemeriksaan berkala pada sapi. Ketiga, lakukan pembersihan kandang. Jaga kebersihan kandang. Pemberian disinfektan sangat dianjurkan dalam hal ini.Â
Keempat, apabila salah satu dari sapi tersebut terkena penyakit, jauhkan dari yang lainnya agar tidak menular. Bahasa gampangnya, di isolasi. Kelima, usahakan lantai kandang tetap kering.
Dengan pola pemeliharaan diatas yang relatif mudah, kita semua berharap ada lebih banyak investor menanamkan modalnya untuk budidaya sapi potong, sehingga dalam beberapa tahun ke depan negeri ini tidak perlu lagi impor daging sapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H