Bagaimana tidak, permintaan daging sapi nasional pada 2021 diperkirakan ada di angka 700.000 ton pertahun atau setara dengan 3,6 juta ekor sapi!Â
Sedangkan supply sapi dalam negeri hanya sanggup memenuhi  400.000 ton pertahun, atau hanya sekitar 60% dari total kebutuhan nasional. Lalu apa langkah yang diambil untuk menutup kekurangan supply daging sapi? Impor! No matter else!
Sangat ironis, negeri yang konon gemah ripah loh jinawi ini harus impor bahan pangan. Padahal rumput sebagai makanan pokok sapi bisa tumbuh everywhere! Tanah yang diklaim tandus pun di negeri ini bisa tumbuh rumput. Kenapa hanya masalah daging sapi saja bisa impor?
Kenapa semua bisa terjadi?
Jawabannya sederhana, kurangnya minat investor dalam menanamkan modal di sektor peternakan, terutama sapi.Â
Padahal, menurut Hery Maswanto, seorang peternak UKM di daerah Kediri, Jawa Timur, investasi di peternakan sapi relatif aman dan tahan banting di banding ternak unggas. Asal tidak mati dan dicolong orang, sudah pasti untung. Karena sapi nggak rewel.Â
Sapi relatif tahan terhadap wabah penyakit. Cuaca panas atau dingin, bukan persoalan besar. Tidak seperti ayam (unggas) yang rentan terhadap pergantian cuaca.
Langkah awal ternak sapi.
Memulai usaha sapi, selain lahan, yang perlu diperhatikan adalah soal pemilihan bibit yang akan kita pelihara. Untuk awal, mungkin kita bisa memulai pembelian sapi dengan kisaran umur 1,5 tahun.
Pilihlah sapi Jantan yang matanya bersinar, karena sapi dengan mata sayu adalah salah satu ciri sapi kurang sehat, moncong pendek, badan tinggi, dada bagian dalam lebar, kulit tipis , tidak terlalu kurus, dan kapasitas perut besar, dengan bobot ideal antara 200 kg sampai dengan 300 kg, tidak terlalu gemuk memang.Â