Mohon tunggu...
Akhmad Husaini
Akhmad Husaini Mohon Tunggu... Administrasi - Ditakdirkan tinggal di Selatan : Desa Angkinang Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Memiliki kesenangan jalan-jalan, membaca, dan menulis.

Terus menuliskan sesuatu yang terlintas, dengan pantas, tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ujung Pandaran yang Tak Akan Terlupakan

30 Desember 2021   09:14 Diperbarui: 30 Desember 2021   09:30 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

saat rombongan ziarah dan silaturrahmi tengah membaca Surah Yasin dan Do'a di Makam Syekh Haji Abu Hamid di Ujung Pandaran, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, tahun 2017 silam. Foto : Akhmad Husaini

Saya senang mengenang pengalaman masa lalu. Apalagi pengalaman yang indah, menyenangkan dan membahagiakan. Seperti halnya pengalaman tahun 2017 silam, saat Ziarah dan Silaturrahmi ke Makam Syekh Haji Abu Hamid, buyut dari Datu Kalampayan, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjar, yang terletak di Ujung Pandaran, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Saat itu bersama rombongan keluarga besar MTsN Angkinang / MTsN 3 HSS. Perjalanan panjang, melelahkan, karena kada sing mandakan, mengejar waktu. Jarak Hangkinag-Sampit, saya tak tahu pasti, mungkin sekitar 300 kilometer lebih. Waktunya hanya dua hari lebih beberapa jam. Yakni Sabtu berangkat dari Hangkinang, Ahad diperjalanan dan tempat tujuan, hingga Senin pagi sudah balik lagi ke Hangkinang.

Berangkat sekitar pukul 12.00 WITA dari Taniran Kubah tempat berkumpul. Lalu menjemput beberapa anggota rombongan lain yang ada di beberapa tempat di kota Kandangan. Setelah semua lengkap rombongan berangkat melintasi jalanan di wilayah Kalimantan Selatan, yakni Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, dan Kabupaten Banjar.

Di Martapura, tepatnya di Sekumpul, kami singgah untuk ziarah dan menunaikan shalat Dzuhur dan menjamak. Di sini lagi-lagi butuh waktu lama sampai semua anggota rombongan terkumpul lengkap, untuk melanjutkan perjalanan. Kami lewat jalan belok arah RS Sambang Lihum. Singgah di kawasan yang sepi dan mampu memuat bus untuk parkir.

Di sana kami berhenti untuk makan siang. Menu yang sudah disiapkan oleh ibu-ibu guru / karyawan Tata Usaha, anggota rombongan. Kami menghampar tikar plastik di tempat yang lapang dan teduh. Saya  sendiri memilih di bawah sebuah pohon, tak tahu namamya, karena jarang melihat seperti di kampung saya.

Sebelumnya, mengambil piring, mengaut nasi secukupnya. Mengambil lauk ayam masak habang, juga ada telur, dengan temannya tahu, tempe, dan macam-macam sayuran. Airnya ada air mineral gelas, juga teh manis, tapi sudah dingin. Tak apa-apa dingin yang penting ada rasa manis, untuk energi tubuh melanjutkan perjalanan panjang dan jauh.

Tak lupa membaca Basmalah, makan siang kali itu terasa sangat nikmat sekali. Tak terasa saya kembali mencari termos berisi nasi putih, tambah dua wancuh lagi, lalu memasukkan ke dalam piring. Lauknya tinggal sedikit, rekan yang ada di samping  menawari atau menyuruh untuk mengambil lauk yang ada, dari pada tidak termakan atau nanti basi, lebih baik dimakan.

Tak terasa dua piring nasi putih, dua potong ayam masak habang, dua potong tahu dan sayuran serta air memenuhi tubuh saya. Terasa sesak memang. Agak berat bergerak dan melangkahkan kaki menuju tempat yang teduh dan asri. Sembari menunggu teman-teman menyelesaikan makan siang.

Saya membuka handphone. Ternyata sinyalnya agak lelet. Apalagi untuk paket internet. Syukurlah daya listrik masih banyak, dengan kamera HP, saya bisa sepuasnya mengabdikan momen menarik selama perjalanan pergi dan pulang dalam Ziarah dan Silaturrahmi kali ini.

Untuk momen  saat singgah makan siang, tak jauh dari RS Sambang Lihum, ada sekitar 10 kudakan. Setelah dipilih, tertinggal 6 yang bagus untuk diposting ke blog pribadi nantinya. Yang 4 saya hapus.

Karena melakukan perjalanan pada malam hari, saya merasa kurang puas menikmati perjalanan melewati beberapa kabupaten dan kota di Kalteng. Saya akan merasa senang dan puas bila perjalanan pada siang hari, walau sekedar melewatinya saja, tidak singgah. Kalau pada malam hari, karena baru pertama kali, pemandangan yang saya lihat akan hilang, tidak berkesan sama sekali.

Tapi syukurlah, saya masih bisa ikut dalam perjalanan jauh ini. Bisa pergi ke Sampit dengan gratis, khususnya ke Pantai Ujung Pandaran, lokasi Makam Syekh Haji Abu Hamid itu berada. Selain ke sana rombongan juga sempat ziarah ke beberapa makam ulama di sekitaran kota Sampit. Tapi saya lupa nama Ulama tersebut.

Rombongan tiba di rumah salah seorang teman anggota rombongan untuk istirahat, sekitar dinihari. Katanya untuk ke lokasi Makam Ulama di Ujung Pandaran masih beberapa jam lagi menempuh perjalanan darat.

Saat di rumah itu tak disia-siakan untuk istirahat, mandi, dan bersantai. Juga membenahi hal-hal yang kurang lainnya. Pada pagi hari sempat bersama teman-teman jalan-jalan  seputar kampung kami singgah. Juga pergi ke pinggir sungai melihat aktivitas warga setempat.

Setelah makan pagi rombongan berangkat menuju Ujung Pandaran. Saya tak tahu pasti berapa jaraknya dengan rumah, tempat kami singgah untuk istirahat tadi. Yang pasti pantat terasa sakit dan penat untuk bisa sampai ke tempat yang dituju. Beberapa kali saya berdiri, untuk memulihkan rasa penat tersebut.

Foto
Foto
bersama rombongan Ziarah dan Silaturrahmi dengan latar baliho Water Sport Pandaran Wisata, Ujung Pandaran, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng, tahun 2017 silam. Foto : Akhmad Husaini

Setibanya di kawasan pantai kami turun, kaki langsung menyerbu beberapa spot menarik di sana. Ada wahana permainan anak, rumah adat Dayak, banana boat, dsb. Lokasi Makam Syekh Haji Abu Hamid berjarak sekitar ratusan meter dari lokasi rombongan pada awal berhenti. Ke makam, rombongan menggunakan dua buah mobil bak terbuka yang disewakan pengelola pantai, dengan membayar ratusan ribu rupiah untuk menuju ke sana.

Suasana
Suasana
di Pantai Ujung Pandaran, Sampit, Kalteng, tahun 2017. Foto : Akhmad Husaini

Di lokasi makam sudah banyak orang berziarah. Mungkin dari mereka dari daerah lain di Kalimantan Tengah. Kami lalu secara bersama membaca Surah Yasin dan Do'a untuk dihadiahkan kepada Syekh Haji Abu Hamid dan beberapa orang yang bermakam di sana. Setelah itu kami beranjak kembali ke Pantai Ujung Pandaran. Puas di sana, kami lalu meninggalkan lokasi melanjutkan perjalanan ke tempat lain.

Foto
Foto
dengan dua penjaga Makam Syekh Haji Abu Hamid, di Ujung Pandaran, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng, tahun 2017 silam. Foto : Istimewa

Ada beberapa makam ulama yang kami ziarahi di sepuatarn kota Sampit. Salah satunya yang berada di area sebuah Pondok Pesantren. Kami harus masuk dan minta izin dulu ke pengurus Pondok Pesantren agar bisa dengan aman dan nyaman ziarahnya. Menuju lokasi makam yang berada di bagian belakang. Di sana kami membaca Do'a untuk dihadiahkan kepada Ulama bermakam di sana, setelah  itu kami meneruskan perjalanan pulang.

Kami pulang menuju Hangkinang. Pada malam hari singgah di kota Palangka Raya. Karena ada kawan yang ingin menemui teman lamanya. Ada sekitar sejam menunggu. Saat itu tengah hujan mengguyur kota Palangka Raya.

Di Basarang dan Bahaur singgah ada yang membeli buah-buahan yang dijual di tepi jalan, seperti nenas. Lalu tengah malam memasuki wiayah Kapuas. Singgah di Anjir, menikmati nasi sop. Namun pelayan cukup lamban memberikan suguhan kepada kami.

Karena memang itu mungkin bukan jam kerja lagi, mungkin mau tutup, tapi kebetulan kami dsinggah, terpaksa melayani kami seadanya, tapai makanan hanya satu jenis saja. Tak ada pilihan lain. Daripada kepada, tak ada jalan lain agar perut tak keroncongan, nasi sop pun jadi.

Kami shalat Subuh di wilayah Kabupaten Banjar. Sampai ke Taniran Kubah sekitar, Senin pagi. Setelah mengambail sepeda motor yang dititipkan di rumah kawan, saya bersama dua orang teman, pergi ke sebuah warung di Bakarung.

Menikmati ketupat berlauk haruan  / tauman. Selesai makan ketupat, kami pulang ke rumah masin-masing, untuk istirahat. Sebelum istirahat, saya mengeluarkan pakaian atau barang bawaan yang ada dalam tas untuk dipisahkan. Kalau baju, celana, dan tapih langsung saya cuci saat itu juga.

Setelah itu saya tidur, sebagai balas dendam, karena selama perjalanan yang tak begitu nyenyak tidurnya di dalam bus. Karena selalu ada saja gangguan. Tidur sebentar terbangun lagi, karena ada saja tingkah polah rekan-rekan di samping.

Rombongan
Rombongan
Ziarah dan Silaturrahmi ibu-ibu guru dan karyawan Tata Usaha saat foto bersama di area Makam Syekh Haji Abu Hamid, Ujung Pandaran, Sampit, tahun 2017 silam. Foto : Akhmad Husaini

Tapi setidaknya perjalanan ini cukup mengesankan dan tak akan saya lupakan seumur hidup. Semoga pada kesempatan lain saya bisa kembali ke sana, ziarah dan silaturrahmi ke Makam Syekh Haji Abu Hamid, buyut dari Datu Kalampayan, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun