Mohon tunggu...
Akhmad Husaini
Akhmad Husaini Mohon Tunggu... Administrasi - Ditakdirkan tinggal di Selatan : Desa Angkinang Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Memiliki kesenangan jalan-jalan, membaca, dan menulis.

Terus menuliskan sesuatu yang terlintas, dengan pantas, tanpa batas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mendendam Silam Terkenang Senang

30 Desember 2021   06:57 Diperbarui: 30 Desember 2021   07:30 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Akhmad Husaini

Karena tak begitu jauh, rombongan buhan Dugal menuju tempat kegiatan seminar sastra cukup berjalan kaki dari penginapan. Asyik juga banyak orangnya yang berjalan kaki. Ada sekitar 20 orang. Dugal paling belakang berjalan bersama Mudrik, Bapak Rendra, dan Thaliban.

Sementara di depannya ada Aliman Syahrani, Bapak Radi, Iwan, dan Bapak Hairin. Sementara barisan berikutnya buhan bibinian ada dua baris. Yang lebih duluan lagi buhan Bhagan dan Untung. Setibanya di tempat kegiatan yakni Pendopo Kabupaten.

Mereka registrasi peserta kegiatan seminar sastra. Saat itu sudah banyak peserta dari daerah lain berada di luar Pendopo. Karena acara masih belum dimulai. Yang dikenal Dugal ada Sandi Firly, Aliansyah Jumbawuya, Ibramsyah Amandit, Ibramsyah Barbary, dll.

Untuk menunggu acara mulai mereka duduk santai di pelataran Pendopo sambil mendengarkan rekan-rekan di samping berbincang. Dugal jadi pendengar setia saja. Kadang ada yang memanggil namanya, mengajak berfoto. Terutama yang perempuan sebagai kenang-kenangan.

Dari kabupaten lain meminta foto bareng, ada Tika Hartika dan Masruswian dari Hulu Sungai Tengah. Dari Tanah Bumbu ada Witanul Bulkis, Mahda Emjie, dan Ikhlas El Qasr. Dari Kotabaru ada Rahmat Akbar. Juga M Rahim Arza. Ternyata mereka sudah tidak asing lagi dengan Dugal.

Ternyata sekolah yang ada di Pagatan diundang panitia Aruh Sastra mengikuti seminar sastraa, Sabtu di Pendopo Banua. Termasuk juga sekolah tempat Hj Fatma bertugas. Dimana sekolahnya mengirim lima orang siswi ikut kegiatan, dengan dua pendamping, yakni Hj Fatma sendiri serta seorang guru Bahasa Indonesia. Jadi wakil sekolah Hj Fatma ada 7 orang.

Dugal tidak tahu perihal itu, karena memang saat di rumah Hj Fatma tidak mamandir soal itu. Sehingga saat di Pendopo kabupaten, Dugal kaget, karena Hj Fatma hadir juga bersama beberapa siswa di sekolahnya.

Tentu saja Dugal sedikit tidak nyaman karena Hj Fatma selalu mambuntil dengannya. Saat itu di stand buku di samping kanan  Pendopo, Dugal asyik melihat buku-buku yang dipajang.

Tiba-tiba datang rombongan Hj Fatma masuk. Mereka menggunakan beberapa buah sepeda motor. Yang guru masing-masing sebuah sepeda motor. Sementara yang siswa dua buah motor, masing-masing membonceng satu orang, sementara satunya lagi, Annisa anak Hj Fatma memakai sepeda motor sendiri.

Usai memarkir sepeda motor mereka langsung menuju stand buku. Hj Fatma sudah berada di belakang Dugal, tapi Dugal tidak tahu keberadaan mereka. Tetapi ada yang memfoto. Saat Hj Fatma berada di belakang Dugal. Lantas saat mau berbalik, Dugal kaget dihadapannya sudah ada Hj Fatma.

Setelah tahu dengan kehadirannya, lalu Dugal mengajak naik ke teras Pendopo, untuk registrasi peserta seminar sastra, baik yang berasal dari para guru dan pelajar setempat, serta peserta dari kalangan sastrawan kabupaten / kota. Setelah itu mereka masuk ke ruang Pendopo, acara sebentar lagi akan dimulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun