Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. al-Ma`idah [5]: 2)
Satu hal yang perlu digaris bawahi dalam sikap tolong-menolong adalah kesesuaian dengan pembagian tugas yang diberikan. Apabila tugas individu belum terselesaikan, tidak sepatutnya untuk mencampurkan tugas individu dengan tugas lainnya. Misalnya dalam pembuatan acara sekolah terdapat divisi humas. Divisi humas tidak patut untuk mencampuri tugas divisi lainnya sebelum divisinya terselesaikan. Divisi humas hanya dapat memberikan masukan ketika rapat dilakukan atau sekedar mengingatkan divisi perlengkapan ketika ada ketidaksesuaian antara keperluan yang ada dengan keperluan telah disepakati. Apabila divisi humas mencampuradukkan tugasnya, maka proses dan hasil terhadap jalannya acara tidak akan maksimal.
Hal terakhir namun tak kalah pentingnya adalah berkomunikasi dengan baik. Untuk menjalankan organisasi yang baik, hubungan antar individu dan kelompok dalam organisasi juga harus baik. Hubungan baik dapat ditumbuhkan dan dijaga dengan komunikasi yang baik.
Dalam Islam pun, ada beberapa prinsip dalam berkomunikasi, antara lain :
1) Menggunakan kata-kata yang mulia dan penuh penghormatan terhadap sesama atau diam jika tidak mampu (Qaulan Karīman),
2) Perkataan dikakukan dengan lemah lembut meskipun dengan lawan (Qaulan Layyinan),
3) Isi perkataan berupa sesuatu yang benar dan jujur (Qaulan Sadīdan),
4) Pantas diucapkan sesuai dengan situasi dan kondisi (Qaulan Balīghan),
5) Perkataan yang keluar mudah dimengerti oleh pendengar (Qaulan Ma’rūfan/Masyuran).
Setelah membahas etika berorganisasi dalam perspektif al-quran, perlu kita bahas mengenai membangun kebangsaan yang beradab. Di era modern, nasionalisme merupakan imbas yang paling utama dari pengaruh barat di negara-negara Islam yang pernah diduduki oleh kaum penjajah. Sebagai sebuah gejala historis, nasionalisme muncul sebagai respon terhadap suasana politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang telah diciptakan oleh kaum kolonialisme.
Nasionalisme muncul karena berbagai sebab. Diantaranya adalah karena adanya tekanan hingga siksaan pembunuhan dari kaum penjajah yang bahkan tidak manusiawi lagi. Namun, tidak diragukan lagi dalam usaha-usaha nasionalistik ini, Islam memainkan peran yang menentukan. Seperti yang dicatat oleh para pengkaji nasionalisme Indonesia, Islam berfungsi sebagai mata rantai yang menyatukan rasa persatuan nasional menentang kolonial Belanda.