Mohon tunggu...
Marselia Ika
Marselia Ika Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis lepas

Introvert yang senang menulis, mendengarkan musik dan mengamati.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berdamai dengan Kekecewaan dan Kenyataan

19 Mei 2023   16:15 Diperbarui: 20 Mei 2023   00:13 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berdamai dengan diri sendiri (Sumber: Pongtep Chithan via parapuan.co)

Wajahnya penuh senyum saat menjabat tangan ‘juniornya’ ini. Ucapan selamat memang keluar dari lisannya. Namun, egonya tidak terima, hatinya berteriak bahwa ia yang lebih pantas.

Bisikan-bisikan setan pun dianggap sebagai kata-kata hati. Rasa kecewa sudah membungkus hatinya. Pikirannya menjadi keruh, semangat bekerja hilang. Fulan yang dulu karyawan yang teladan sekarang menjadi karyawan ‘tenggo’. 

Ini hanya satu contoh kejadian disekitar kita, dan masih banyak peristiwa serupa tapi tak sama terjadi. Tidak mudah menelan pil pahit bernama kenyataan.

Bahaya terlalu larut dalam kekecewaan

Tidak sedikit orang yang stress, depresi, bahkan memilih bunuh diri saat menghadapi realita yang mengecewakan.

Berbagai kejadian dan keputusan yang salah atau keliru menjadi penyesalan yang mendalam dan selalu terbayang. 

Kesalahan atau kejadian di masa lalu pun kerap menghantui. Betapa tersiksanya hidup seperti ini.

Ketika angan dan mimpi sudah terlanjur menciptakan ilusi, bahwa semua berada dalam genggaman dan kontrol kita. Harapan sudah keburu membumbung tinggi, saat realita menghempas, jatuhnya teramat sakit.

Fisiknya tidak terluka, tetapi mentalnya berdarah-darah. Sehingga tidak jarang ada yang memilih opsi menyakiti diri, sebagai pelampiasan untuk menutup rasa sakit di dalam dada dan kepala. 

Alih-alih mencari tenaga profesional untuk merawat luka di hati dan pikiran. Karena malu, anggapan bahwa orang yang berkunjung ke psikolog atau psikiater adalah mereka yang menjalani tes atau orang yang beranjak gila, terlalu melekat di benak masyarakat.

Ditambah lagi, tidak semua orang punya akses dan pemahaman untuk mengunjungi tenaga kejiwaan profesional.

Jika ia rasa pusing dan nyerinya sudah terlewat batas dan tidak tertahan, maka bunuh diri menjadi pilihan untuk mengakhiri semua penderitaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun