Selepas pulang, jika bapak masih ada, Lia langsung masuk kamar dan tidur, tetapi kalau bapak sudah masuk kamar, Lia akan menyempatkan makan malam.
Bukannya dia tidak ingin bertemu atau bertatap muka dengan bapak, telinganya hanya tidak tahan mendengar omelan setiap saat, ada saja salahnya.
Malam ini ia beruntung, bapak tidak ada di depan tv, berarti sudah tidur. Cepat-cepat Lia mengambil piring, duduk di meja makan, melahap makanan di piring.
“Tuk” segelas air diletakkan ke sampingnya, Lia menoleh, melihat ibu yang sekarang duduk di sampingnya.
“Makasih, bu.” ucapnya dengan senyum terkembang tulus.
“Kamu gak makan tadi? langsung ngajar? Lama-lama kamu bisa sakit, dek.”
“Udah makan tadi sore, bu.”
“Kakak tadi pulang, nitip uang buat kamu. Sekarang dia pulang sekolah kerja di bengkel, bantu-bantu papanya Adi. Padahal ibu sudah bilang sama kakak, dek, supaya fokus sekolah, sebentar lagi ujian, tapi kakakmu itu keras kepala.”
Bukan bu, kak Dimas cuma gak betah di rumah. Lia berbisik dalam hatinya, tak tega dia menyakiti hati ibu.
“Bu.”
“Iya dek, kenapa?”