Ya, kan perjanjiannya segitu mas.” ucap saya.
“Iya, tapi kan ndak langsung sampai, jalannya jauh, mbaknya ndak tau jalan.”
Saya tidak ingin meladeni mas-mas becak ini, saat bapak ojek bertanya tadi, dia bilang tahu tempatnya. Saya tetap keukeuh tidak mau menambahkan, karena sudah kepalang kesal, perut lapar, dan baju yang basah. Saya hanya ingin mandi dan berganti pakaian sekarang.
Akhirnya mas-mas tukang becak pergi, karena saya bersikeras tidak mau menambah, biarlah dikatakan pelit. Kalau saya dari awal si mas minta ditambahkan, pasti saya tambahkan seperti si bapak gojek, yang saya bayar lebih dari tagihan di aplikasi.
Selain insiden hampir dipalak tukang becak, orang-orang Jogja yang saya temui, yang tidak bisa saya ceritakan satu persatu, benar-benar mencerminkan penggambaran masyarakat Indonesia yang ramah, sopan, dan senang menolong. Saya bahagia bisa mengenal kota ini.
2 hari yang singkat di Yogyakarta, tapi kebaikan orang-orangnya berhasil memikat hati saya. Terima kasih Yogya, telah memberikan banyak kenangan indah. Bila ada kesempatan, saya akan berkunjung kembali. Salam dari Pontianak.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H