He Shichen menahan tangannya dan berkata padanya dengan lembut. "Mmm. Aku tahu. Jangan khawatir, Ma. Aku bukan anak-anak. Aku hanya khawatir jika adik perempuan tidak terbiasa di sekolah nanti, itu saja."
"Aku melihat-lihat beberapa buku teks lama. Mungkin dia bisa menggunakannya." Dia melambaikan buku di tangannya dengan santai.
Melihat buku teks lama di tangan He Shichen, Yu Shen merasa lega. Dia tersenyum dan berkata, "Kamu sangat bijaksana. Mama rasa dia tidak sepintar kamu secara akademis. Papa dan Mama baru kemarin membicarakan apakah kita harus menyewa tutor untuknya..."
He Shichen, "Aku bisa mengajarinya. Tutor tidak melakukan pekerjaan dengan cukup baik."
Yu Shen menghela nafas. "Kalau begitu kamu akan lebih sibuk jadinya."
He Shichen, "Apapun demi adik perempuanku."
Yu Shen mengobrol sedikit dengan He Shichen. Dia merasa nyaman untuk memeriksa kemajuan di dapur setelah memastikan bahwa anaknya baik-baik saja. Setelah Yu Shen pergi, tatapan hangat He Shichen pun menghilang. Tatapan dan raut wajahnya suram. Dia meremas halaman-halaman buku teks berulang kali dan dadanya terasa sangat sesak seakan mau meledak.
Chu Qianli bahkan belum tiba dan mereka sudah berencana untuk menyewa tutor dan mencurahkan semua perhatian mereka padanya. Apakah ada ruang untuknya jika dia tiba?
~~~
Artikel sebelumnya (klik untuk baca):Â Ringkasan The Greatest Astrologist.
Artikel selanjutnya (klik untuk baca): The Greatest Astrologist Bab 002
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI