Di dalam area vila di pinggiran kota di luar Beijing, tunas-tunas baru terlihat di cabang-cabang pohon yang gundul, menambahkan sedikit warna hijau pada hari yang terlihat mendung. Bibi Li, seorang pengasuh, menyapu semua daun yang telah ada di sana sepanjang musim dingin dan hanya menyisakan meja batu bundar dan kursi di luar ruangan. Sepintas, terlihat rapi dan sepi.
Di dalam vila He, Yu Shen memeriksa kamar sekali lagi untuk memastikan semuanya beres sebelum dia bergegas turun. Dia bahkan belum tiba di ruang tamu lalu berteriak, "Bibi Li, apakah kamu sudah membuat kaldu ayam? Apakah lobsternya segar?"
"Kaldu ayamnya sudah direbus sejak tadi dan lobster yang baru saja tiba terlihat cukup enak," kata Bibi Li dengan sabar setelah dia menjulurkan kepalanya dari dapur.
"Oh bagus. Kita tidak kekurangan apa pun, bukan?"
"Saya rasa kita punya semuanya. Mengapa Anda tidak beristirahat sebentar?"
Yu Shen sudah seperti cacing kepanasan hari ini. Dia pun berkeliaran di sekitar rumah seperti orang gila. Dia tidak punya cara lain untuk meredakan kegugupannya. Alasannya sederhana, dia akan bertemu anak kandungnya hari ini. Anak yang telah tertukar secara tidak sengaja dan telah berpisah selama bertahun-tahun.
Yu Shen merasa lebih baik setelah dihibur oleh Bibi Li. Dia baru saja akan beristirahat di ruang tamu ketika dia berbalik dan melihat punggung dingin duduk di sofa.
Seorang pemuda berusia sekitar 17 - 18 tahun sedang duduk di atas sofa bergaya Eropa. Usia remaja tepat di wilayah abu-abu antara anak laki-laki dan laki-laki dewasa. Cahaya dari luar menyinari ruangan yang luas itu tetapi hanya bayangan sunyi dan sepi yang tersisa pada dirinya. Dia, seperti satu-satunya kursi batu di halaman, tampak kesepian dan bersedih di dalam ruangan, termenung.
Kepanikan dan kegembiraan Yu Shen langsung hilang dan hatinya pun perih melihat pemandangan di depannya. Dia tak berdaya dan hanya bisa bertanya dengan lembut, "Shichen, apakah kamu ingin makan buah?"
He Shichen berbalik ketika dia mendengarnya. Dia tampan dengan rambut dan matanya yang hitam. Dia tersenyum lembut dan berkata, "tak apa-apa, Ma. Mama bisa lanjutkan kesibukan Mama."
Yu Shen berjalan ke ruang tamu dan melirik buku di tangan He Shichen sebelum perlahan duduk di sampingnya, lalu memegang tangannya dengan erat dan berkata dengan serius, "Shichen, Mama tahu suasana hatimu juga sangat rumit. Papa dan Mama telah membicarakan hal ini. Baik Kamu dan Qianli sama pentingnya. Kami membutuhkan kalian berdua."