Mohon tunggu...
Hudriyanto
Hudriyanto Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dengan menulis manusia dapat mengekalkan dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Imperialisme Baru Itu, Bernama Islam Moderat

13 September 2021   22:29 Diperbarui: 14 September 2021   09:15 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara yang mereka maksudkan dengan istilah Islam radikal adalah mereka yang selalu melayangkan kritik terhadap kapitalisme, demokrasi yang diluncurkan oleh para agresor. Islam radikal dialamatkan kepada mereka yang tetap berpegang pada nilai-nilai agama dan syariahnya. Yang dituduh radikal adalah mereka yang tak rela sejengkal negerinya dirampok oleh negara lain. Radikal adalah mereka yang menuntut penerapan syariah Islam secara kaaffah. Islam Moderat mereka rangkul dengan ramah, sementara radikal mereka pukul dengan alasan tidak ramah.

Benarlah yang disabdakan oleh Noam Chomsky dalam pirates and Emperors. "Kita mencatat sepasang konsep bahasa baru: Ekstrimis dan Moderat, predikat 'moderat' disandangkan pada pihak-pihak yang mendukung kebijakan AS dan sekutunya. Sementara predikat 'ekstrimis' disandangkan pada pihak-pihak yang menentang, mengancam, mengusik kebijakan AS dan sekutunya."

Rand Corporation dalam "Building Moderate Muslim Networks" mengunkapkan karakter dasar Islam Moderat dengan penuh keyakinan masa depan dipundak Islam Moderat akan terwujud yakni: mendukung demokrasi, pengakuan terhadap HAM (termasuk kesetaraan jender dan kebebasan beragama), menghormati sumber hukum yang non sekterian, dan menentang terorisme.

Sikap moderat tidak bisa dipisahkan dari pengalaman negara-negara Eropa yang menghendaki pemisahan kekuasaan agama dan negara. Gereja yang menghendaki hegemoni kekuaaan itu harus tetap dipegang oleh agamawan, semua rakyat harus tunduk di bawa arogansi ketiak agama gereja, sementara rakyat dan kaum filosof justru mengiginkan revolusiner agama secara total.

Pada saat perseteruan ini semakin memperbesar gesekan antara gerejawan dan ilmuan, konflik tak dapat teratasi, diambillah kompromi sebagai jalan tengah atas pertarungan kepentingan itu. Sikap seperti inilah dikenal dengan istilah sekularisme, yakni pemisahan agama dari urusan publik.

Gagasan kehebatan akar pemikiran Islam Moderat  bermula dari persepsi yang salah kaum liberal, yang menganggap bahwa setiap benda pasti memiliki dua kutub yang berlawanan. Maka untuk mengimbanginya diambillah jalan tengah sebagai solusi keseimbangan. Berangkat dari sinilah ide gila itu bermula, kaum liberal dengan gagahnya menyapu rata semua benda termasuk konsep keagaamaan, termasuk Islam. Menurut mereka, Islam hadir dengan menawarkan konsep moderat dalam perkara aqidah dan syariahnya.

 

Muhammad Ishaq pernah membantah dua pendekatan berbau ilmiah kaum moderat. Pertama, logika akal mempercayai bahwa suatu benda memiliki dua kutub secara empiris kontradiktif, dan mereka menyakini bahwa titik pertengahan adalah bukti keseimbangan, keadilan dan keamanan. Maka dengan kenyataan ini mereka mengembangkan sikap pertengahan ini pada ajaran Islam secara serampangan dan gegabah.

Ketika kita melihat semua fakta terhadap benda maka kita akan melihat bahwa tidak semua benda memiliki kutub keseimbangan, lihatlah sebuah sebuah pulpen di tangan seorang penulis, justru keistimewaannya bukan terletak di bagian tengah (wasath) namun justru nilainya terletak di ujungnya untuk menulis berbagai kebaikan.

Kedua, mereka menggunakan sejumlah ayat al-Qur'an untuk memuluskan proyeknya. Dibuatlah alasan seolah-olah Islam Moderat ini bersala dari Islam. Misalnya mereka seringkali membawakan ayat sebagai berikut untuk mengokohkan pijakan rapuh mereka.

Demikianlah kami jadikan kalian ummat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar asul menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun