Mohon tunggu...
Huda Aulia
Huda Aulia Mohon Tunggu... Guru - huda aulia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai terhadap orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Al Hadid (57): 23)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

7 Penyebab Remaja Terpuruk Tak Berdaya

1 Maret 2022   10:10 Diperbarui: 1 Maret 2022   10:13 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

1. SALAH BERTEMAN

Sebetulnya tidak pemah ada larangan bagi seorang remaja untuk berteman. Dengan prinsip kebebasan dan kesetaraan, kamu boleh berteman dengan siapa saja. Tapi apakah itu berarti kamu harus sangat terbuka untuk berteman dengan siapa pun dan tidak membatasi diri?

Kenyataannya, banyak remaja yang terjerumus ke dalam perilaku negatif, bahkan perilaku yang merusak, karena mereka memiliki teman yang juga berperilaku negatif. Mereka tidak menyadari bahwa dengan meniru dan mengikuti perilaku negatif tersebut, mereka akan kehilangan waktu dan kesempatan yang sangat berharga untuk mengembangkan diri ke arah yang positif.

Sebagai panduan agar kamu tidak salah berteman, coba ingat dengan baik pertanyaan berikut ini :

* Apakah temanmu mampu mendekatkanmu kepada kebaikan dan menegurmu ketika melakukan kesalahan?

* Apakah temanmu dapat membantumu dalam berprestasi dan berkarya lebih baik?

* Apakah teman yang kamu pilih mampu mendekatkan dan mengingatkanmu pada impian atau cita-cita yang telah kamu tetapkan sejak lama?

Jika ketiga pertanyaan tersebut menghasilkan jawaban "iya" maka kamu telah memilih teman yang tepat. Namun, jika jawabannya "tidak", bahkan temanmu hanya memberikan pengaruh buruk dan menyusahkanmu, segera ambil keputusan untuk menjaga jarak sebelum semuanya terlambat. Karena jika kamu terus-terusan berteman dengan orang yang salah, hidupmu akan terpuruk tak berdaya. Sesal kemudian pun tak berguna. Percayalah.

2. Keliru memaknai solidaritas 

Sebuah teori sosiologi menyebutkan bahwa, ketika berada di dalam suatu kerumunan (crowd), umumnya identitas seorang individu akan tersamarkan karena melebur ke dalam identitas kelompok. Dalam kondisi seperti ini, seseorang yang awalnya penakut bisa berubah menjadi pemberani. Lihat saja remaja laki laki yang jadi lebih berani untuk bersiul menggoda perempuan yang lewat di depannya hanya ketika ia sedang berkumpul bersama teman-temannya. Kalau sendirian, belum tentu berani Sama halnya dengan seorang remaja perempuan yang jadi lebih berani untuk merokok ketika teman-temannya juga merokok.

Hal yang tidak berani dia lakukan jika tidak ada dukungan dar kelompok pergaulannya

Hal tersebut bisa terjadi, bahkan, dalam sebuah kerumunan yang terbentuk secara cepat dan bersifat sangat temporer. Namun, jika kerumunan tersebut sudah berubah menjadi kelompok (group) atau komunitas (community), kekuatan pengikatnya menjadi semakin besar. Hal ini disebabkan masing-masing anggotanya, secara sukarela, mengikatkan diri mereka atas nama solidaritas dan mereka semakin yakin terhadap ideologi yang ada di dalam kelompok atau komunitas tersebut.

Melakukan tindakan tidak bertanggung jawab dengan mengatasnamakan solidaritas adalah hal berbahaya dan, sayangnya, sering terjadi. Penyebab tindakan suatu kelompok bisa saja sangat sepele, tetapi dampaknya sangat serius. Tawuran antarpelajar, tawuran antarkamapung, tawuran antargeng motor, atau tawuran antarkelompok ormas adalah contohnya. Setelah dicermati dengan saksama, ternyata pemicunya lebih banyak yang bersifat kecil dan sepele. Namun, atas nama solidaritas, aksi mereka bisa menjadi sangat brutal dan beringas.

Karena itu, makna solidaritas perlu diluruskan. Kamu boleh-boleh saja mengatasnamakan solidaritas untuk hal-hal yang baik dan benar, misalnya solidaritas dalam mewujudkan sekolah yang bebas rokok dan narkoba, solidaritas memberantas kebodohan dan kemiskinan di lingkunganmu, solidaritas membantu korban bencana alam, solidaritas menggalang dukungan terhadap tim olahraga sekolah, solidaritas membantu masyarakat miskin, solidaritas membantu teman dan sesama yang sedang kesulitan biaya sekolah, dan lain-lain. Itulah makna solidaritas yang bisa menghasilkan prestasi dan karya yang layak mendapatkan apresiasi dari banyak pihak Namun, bila solidaritas masih kamu maknai dengan tindakan yang merugikan diri, lingkungan, dan orang-orang sekitar, hidupmu pasti memburuk. Percayalah.

3. Permisif terhadap budaya konsumtif

Tahukah kamu bahwa bangsa kita merupakan target empuk bagi para produsen asing, terutama yang berasal dari negaranegara kapitalis? Mereka begitu gandrung dan bernafsu untuk memanfaatkan junlah penduduk kita yang besar dalam memasarkan dan menjual produk-produk mereka. Caranya?

Dengan tanpa henti mempropagandakan konsep gaya hidup (lifestyle) populer melalui berbagai media, baik sosial maupun komersial, guna menarik minat beli masyarakat kita. Lihat saja di Intemet dan media massa yang sehari-hari kamu temui. Setiap hari mereka selalu memperlihatkan iklan dan penawaran produk dengan cara yang sangat memikat Lalu, apa akibatnya? Kita menjadi lupa diri. Dengan menggunakan produk mereka dan meyakini kualitas barang-barang produksi asing tersebut lebih superior dibanding produk lokal, pelan tapi pasti, cara pandang dan cara berpikir kita akhimya mengikuti cara pandang dan cara berpikir mereka. Nilai-nilai luhur warisan enek moyang kita pun luntur karena berganti dengan nilai-nilai yang mereka sodorkan. Jati diri kita sebagai bangsa pun tergerus atau bahkan hilang. Namun, kita tak pernah merasa kehilangan. Tragis, bukan?

Tidak mengherankan jika mal dan pusat perbelanjaan modern berdiri di mana-mana, sementara pasar-pasar tradisional milik bangsa sendiri, pelan tapi pasti, kian tergusur dan terpinggirkan Sebuah kenyataan yang pahit dan mengenaskan. Tapi, siapa yang peduli?

Nah, akhimya kita seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Kita selalu berada di bawah pengaruh mereka. Kita terus-menerus menjadi korban mode dan gaya hidup mereka dan tidak lag bangga terhadap bangsa sendiri. Ini membuat bangsa lain jad lebih leluasa untuk kembali menjajah bangsa kita. Tidak lag lewat sistem pemerintahan dan wilayah kekuasaan, namun lewat bidang yang lebih mendalam di masyarakat, yaitu ekonomi, budaya, dan identitas nasional. 

Itulah kondisi negeri dan bangsa kita sekarang ini. Rasa nasionalisme dan patriotisme kita terkikis sedikit demi sedikit.

Coba amati orang-orang di sekitarmu. Banyak di antara mereka atau jangan-jangan kamu juga termasuk di antaranya, yang lebih bangga jika bisa menggunakan barang atau jasa impor ketimbang barang atau jasa karya bangsa sendiri

Di bidang seni, kita juga kerap menyaksikan betapa banyak di antara kita yang lebih membanggakan seni milik bangsa lain ketimbang seni milik bangsa sendiri. Coba kamu lihat, baik di lingkungan sekitar maupun di sekolah, banyak anak muda yang lebih gandrung pada seni modern yang berhaluan budaya asing daripada seni tradisional (baik musik, tari, maupun rupa) dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan media hiburan lokal dan nasional (baik acara televisi maupun film) yang kita tonton hampir setiap hari lebih memilih untuk merepresentasikan dan memopulerkan budaya luar daripada budaya bangsa sendiri.

Jika hal-hal tersebut dibiarkan dan minat generasi muda tidak segera dialihkan, lambat laun barang dan jasa karya anak bangsa tidak akan sanggup menjadi tuan rumah di negeri sendiri, Inilah vang membuat bangsa kita kian terpuruk tak berdaya menghadapi tekanan dan dominasi bangsa lain

Sebagai warga Indonesia, kita tidak pernah melakukan pembelaan yang tegas terhadap karya bangsa sendiri, Kita justru menjadi bangsa yang sangat permisif terhadap budaya konsumtif. Uang yang kita belanjakan, tanpa kita sadari, terus mengalir deras ke pundi-pundi bangsa asing. Merekalah yang hidupnya kian kaya, sementara kita tetaplah miskin, Ironis, bukan?

Sebagai generasi penerus bangsa, apakah kamu akan tetap cuek, tidak peduli, dan membiarkan kondisi seperti itu terus terjadi?

Selagi kamu masih punya rasa cinta terhadap bangsamu, selagi Garuda masih bersemayam kuat di dalam dadamu, sudah saatnya kamu melakukan perubahan, Hal itu bisa kamu mulai dari dirimu sendiri. Gunakan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya, bukan karena mode dan kesan mewahnya. Janganlah terjerumus pada sikap hidup konsumtif dan hedonis.

Pakailah barang dan jasa bermutu karya bangsa sendiri. Pilihlah untuk mengunjungi ribuan objek wisata di ratusan wilayah menarik di Indonesia daripada ke luar negeri. Pendek kata,

berusahalah untuk lebih mencintai bangsa dan tanah airmu sendiri ketimbang bangsa dan tanah air orang lain. Ayo, ikutlah berpartisipasi dan bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa Indonesia

4. SALAH MENCARI SOLUSI

Berikutnya, kamu tentu paham jika setiap orang pasti punya masalah, walaupun penyebab serta besar kecilnya masalah berbeda dan relatif bagi setiap orang. Ada yang bermasalah dengan dirinya sendiri, ada pula yang bermasalah dengan pihak lain. Ada yang masalahnya lebih sering terjadi di numah, ada juga yang lebih sering terjadi di luar rumah. Ada masalah yang bisa diselesaikan seiring berjalannya waktu, ada juga yang menuntut seseorang untuk aktif mencari jalan keluarnya.

Itu semua menunjukkan bahwa tak ada seorang pun yang terbebas dari masalah. Namun, ketika kamu menghadapi masalah janganlah putus asa dan menyerah. Anggap saja setiap masalah dan hambatan yang kamu hadapi sebagai ujian. Sama seperti ujian yang kamu hadapi tiap akhir semester di sekolah, masalah dan hambatan tersebut dapat kamu pandang sebagai jalan untuk meningkatkan diri ke level yang lebih baik

Apa yang sering kamu lakukan saat punya masalah? Lebih banyak diam, berusaha untuk memecahkannya sendiri, meminta saran atau masukan dari orang lain, atau justru berharap orang lain yang menyelesaikannya untukmu? Dalam menghadapi masalah,

kamu harus yakin bahwa selalu ada jalan penyelesaiannya. Selalu

ada solusi untuk setiap masalah. Nah, di sinilah kemampuanmu diuji. Salah satu kunci dalam melihat karakter seseorang adalah dengan memerhatikan bagaimana dia melalui masalah dan hambatan yang menghadang. Kemampuan yang baik dalam menghadapi masalah juga mencerminkan kecerdasan sesorang.Lalu, bagaimana cara memikirkan solusi yang baik untuk masalah yang kita hadapi?

Pertama, pikirkan dengan serius bahwa kapasitas atau kemampuan diri kamu jauh lebih besar dibandingkan dengan masalah atau kesulitan yang sedang kamu hadapi. Jika kamu memiliki pikiran seperti ini, selain menjadi lebih optimis, kamu menjadi lebih kreatif dalam menemukan solusinya. Terimalah masalahmu dengan ikhlas dan lapang dada, sehingga kamu bisa dengan sabar mencari solusinya dan tidak menghabiskan waktu dengan menggerutu. Yakinlah bahwa dalam setiap kesulitan

pasti ada kemudahan.

Kedua, ketika kamu sedang mencari solusi untuk suatu masalah hal yang harus kamu tanyakan pertama kali adalah "bagaimana" bukan "mengapa". Segera pikirkan cara, taktik, strategi, atau keterampilan yang kamu perlu lakukan atau kuasai untuk memecahkan masalah. Jangan menghabiskan waktu dengar bertanya "mengapa" sementara masalah tersebut terus menunggu untuk diselesaikan. Jika kamu terpaku pada pertanyaar "mengapa", ujung-ujungnya kamu hanya akan berkeluh-kesah dan menyalahkan diri sendiri maupun orang lain

Ketiga, yakinkan kepada dirimu, sebagai umat beragama yang baik, bahwa pertolongan Tuhan akan selalu diberikan kepada umatnya yang beriman. Ingatlah untuk selalu berbuat baik kepada orang lain tanpa pamrih; tanpa memperhitungkar imbalan dan balas jasa. Selain itu, kamu juga harus menjaga hubungan baik dan bersilaturahim dengan banyak orang, tanpa

memandang derajat dan status ekonomi. Kenapa? Karena Tuhan akan menolongmu menyelesaikan masalah melalui orang-orang tersebut.

Yang keempat, tetaplah fokus. Pusatkan perhatianmu pada apa yang bisa kamu lakukan untuk melalui dan mengatasi masalahmu Tetap fokus pada tujuan dan kekuatanmu. Kesempatanmu untuk berhasil melalui masalah terkait dengan seberapa besar kamu memfokuskan energimu dalam usaha menyelesaikannya. Jika dibaratkan, usahamu layaknya sebuah sinar laser. Apabila terus kamu fokuskan dan akumulasikan pada satu titik, sinar tersebut akan dapat memotong baja bahkan batu vang paling keras sekalipun.

Alhasil, sepelik apa pun beban masalah atau kesulitan yang kamu, keluargamu, lingkungan sekelilingmu, ataupun bangsamu hadapi, kamu harus tetap optimis bahwa selalu ada solusi atau jalan keluarnya, Percayalah bahwa Tuhan tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan manusia.

5. SALAH MEMBANGUN KEBIASAAN

Kalian tentu sepakat jika setiap orang memiliki kebiasaan yang berbeda-beda. Kebiasaan yang berbeda-beda itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu kebiasaan baik (positif) dan kebiasaan buruk (negatif). Kebiasaan baik (positif) adalah kebiasaan yang diwamai oleh perilaku yang baik: menghargai kepentingan orang lain, tertib.

disiplin, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda, dan lain-lain, Sementara kebiasaan buruk (negatif) adalah kebiasaan yang diwarnai oleh perilaku yang merugikan: bermalas-malasan, tidak peduli, egois, ingkar janji, boros, dan lain-lain.

Menurut kalian, apa saja yang bisa membentuk kebiasaan seseorang? Apakah faktor bawaan sejak lahir, pengaruh lingkungan, atau keduanya? Menurut para ahli psikologi, kebiasaan dibangun dari sekumpulan perilaku yang diulang-ulang, sedangkan perilaku dibentuk oleh tindakan yang dilatarbelakangi oleh cara berpikir tertentu. Dan, cara berpikir seseorang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakini orang tersebut. 

Agar kamu lebih mudah memahaminya, ayo renungkan kisah berikut ini

Sebuah perusahaan sepatu mengirim dua orang stafnya untuk melakukan riset pengembangan pasar di suatu daerah Dua orang staf tersebut memperoleh data yang sama. Anak-anak sekolah yang sudah familier bersepatu hanya 20%, selebihnya masih bertelanjang kaki. Sepulang dari riset, dua orang staf itu memberikan laporan.

yang berbeda kepada pimpinan mereka. Yang pertama membeni rekomendasi untuk membatalkan ekspansi penjualan di daerah itu. Alasarnya, tentu saja, karena anak-anak sekolah di daerah tersebut belum terbiasa menggunakan sepatu Namun, tidak deruikian dengan staf yang kedua. la justru sangat bersemangat menganjurkan pimpinan untuk segera menggarap pasar di daerah itu. Alasannya? Karena peluang masih terbuka luas. Bukankah masih ada 80% anak sekolah yang belum terbiasa

bersepatu? Jika diedukasi dengan baik, mereka akan menjadi calon-calon pembeli yang sangat potensial.

Silakan kamu tebak, apa yang membedakan keduanya? Ya.

kamu benar. Yang membedakan keduanya adalah sikap yang mereka miliki. Staf pertama memiliki sikap pesimis, sedangreh staf kedua bersikap optimis. Munculnya sikap yang berbeda dari keduanya adalah karena mereka memiliki keyakinan atau cara berpikir yang berbeda.

Dari keyakinan atau cara berpikir yang berbeda tersebut lahinah rekomendasi atau kesimpulan yang juga berbeda. Jika mereka berdua tetap diperintahkan untuk membuka pasar di daerah tu, manakah yang mampu bersunggah-sungguh menjalaninya? Pasti staf yang kedua, bukan?

Jadi, bisa disimpulkan seperti ini. Orang yang optimis, cara berpikirnya lebih diarahkan pada peluang atau kemungkinan,

bukan pada masalah atau kesulitan. Sebaliknya, orang yang pesimis, cara berpikirnya justru lebih mengarah pada masalah atau kesulitan.

Bagi orang yang optimis, karena yang dipikirkan adalah peluang atau kemungkinan, segala tindakannya pasti akan lebih bersungguh-sungguh. Tindakan yang bersungguh-sungguh itu lambat laun akan membentuk kebiasaan positif, yaitu kebiasaan

pantang menyerah. Dan, karena kebiasaan pantang menyerah inilah, seseorang akan bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.

Setuju?

6. MEMILIKI KEBANGGAKN YANG KELIRU

Pernahkah kamu bertemu dengan seseorang yang suka membangga-banggakan orang tuanya yang sukses dan tenar?

Atau, yang suka nmemamerkan harta keluarganya yang berlimpah, atau garis keturunan darah birunya? Lalu, apa penilaianmu

terhadap orang-orang seperti itu? Apakah hal seperti itu memang layak untuk dibanggakan?

Menurut pendapat saya, memiliki rasa bangga boleh-boleh saja dan manusiawi. Asal jangan berubah jadi perasaan sombong Apalagi ika hal yang dibanggakan tersebut tidak berasal dari

diri sendiri. Apakah layak untuk dibanggakan? Bagi saya, bangga terhadap hal-hal yang tidak diperjuangkan sendiri merupakan kebanggaan yang keliru. Ini dikarenakan kebanggaan seperti

itu merupakan kebanggaan semu atau maya, bukan kebanggaan sejati.Beda halnya jika kamu merasa bangga terhadap prestasimu di

bidang yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, sekolah, hingga lingkungan. Sekecil apa pun prestasi itu, selama bersifat positif, kamu pantas untuk mengapresiasikannya. Rasa bangga atas prestasi positif ini dapat kamu jadikan sebagai dorongan

kepercayaan diri untuk meraih impian dan prestasi selanjutnya.

Selain itu, sebagai remaja Indonesia, akan lebih baik lagi jika kamu bangga terhadap karya bangsa dan keindahan alam negeri endiri. Penting untuk kamu ketahui, di mata internasional, negeri kita dijuluki sebagai Surga dari Timur, Julukan ini berasal dari Prof. Stephen Oppenheimer yang menulis buku Eden in The East mengenai peradaban prehistorik di wilayah Indonesia dahulu kala.

Selain itu, Prof. Arysio Santos, seorang guru besar dan ilmuwan dari Brazil, meyakini bahwa negeri kita adalah Benua Atlantis yang penah tenggelam pada zaman dahulu kala. Keyakinannya tersebut bukan hasil spekulasi, melainkan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan selama 30 tahun dan telah dibukukan

dalam Atlantis- The Lost Continent Finally Found, Keren, bukan?

7. SEMBRONO MENGELOLA EMOST

Masalah terakhir yang sering membuat para pelajar dan, sesungguhnya siapa pun, mengalami keterpurukan adalah sembrono dalam mengelola emosi. Kisah berikut ini, yang pernah disampaikan oleh Ustadz Abdullah Gymnasiar (Aa Gym), bisamenjelaskan masalah ini. 

Suatu petang ada seorang bapak yang sedang mengendarai mobilnya dengan terburu-buru karena suatu urusan yang amat mendesak. Di tengah perjalanan, ia disalip oleh seorang

pemuda yang mengebut dengan sepeda motornya sehingga si bapak terkaget-kaget. Karena emosi, bapak itu memacu mobilnya untuk memburu si pemuda, Saat istri si bapak, yang duduk di sampingnya, mengingatkan agar tidak perlu mengebut, ia malah dimarahi.

Nah, setelah beberapa menit bapak itu mencari "buruanunya", ia melihat pemuda itu ada di sebuah SPBU. Maka, berbeloklah bapak itu untuk menemui si pemuda sambil marah-mnarah.

Merasa menjadi sasaran amarah, pemuda itu pun bingung.

Setelah tahu ujung pangkalnya, si pemuda berkata jujur kepada si bapak. "Mohon maaf, Pak, saya menyalip Bapak bukan karena saya mau memancing emosi Bapak. Tapi karena saya tidak tahan dengan perut saya yang mulas. Saya terburu-buru mencari SPBU supaya bisa segera ke WC Menurutmu, seperti apa raut wajah si bapak ketika mendengar penjelasan pemuda tersebut? Wajah malu atau wajah bangga?

Itulah contoh paling mudah untuk menjelaskan betapa emosi

yang tidak terkontrol bisa mengakibatkan seseorang mengalarm rasa malu Dalam banyak hal, emosi yang tidak terkontrol bahkar bisa menyebabkan seseorang menyesal atau merasa bersalah terus-menerus, Hal ini bisa kita simak dalam kisah yang pernah

saya dapatkan dari seorang guru.

Penulis : Sansan Sadikin

Sumber : buku H. D. IRIYANTO yang berjudul menjadi remaja hebat : Kuat karakterku, dahsyat prestasiku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun