Kenangan saya di masa kecil memang masih kuat hingga sekarang. Hal ini terjadi lantaran Zainudin MZ ini mampu ceramah di semua golongan.
Materi dakwah yang dia bawakan mudah untuk dipahami untuk saya yang saat itu masih di bangku sekolah dasar. Bisa kalian bayangkan saya dari sekolah dasar sudah mendengarkan ceramah islami.
Cara penyampaian Zainudin MZ ini menarik tanpa harus vulgar, dan ia memahami materi yang disampaikan. Bahkan berbagai persoalan ilmiah pun dapat disampaikan dengan jernih dan bahasa sederhana.
Dakwah Merujuk Pada Kehidupan Sehari-hari
"Banyak orang memberikan contoh, tapi sedikit orang yang menjadi contoh. Memberi contoh itu mudah, tapi menjadi contoh itu yang sulit." - Kh Zainuddin MZ
Tidak sedikit kutipan-kutipan beliau saat ceramah memang menggelitik. Jika itu cubitan, maka cubitannya tidak hanya pada bagian kulit luarnya saja, melainkan sudah bisa masuk ke dalam.
Mendengar ceramahanya, kita sebagai pendengar seolah disuguhkan kepada unsur makna tunggal dan harmonisasi antara ajaran Islam dan lokalitas pada satu sisi. Beliau memiliki kepekaan dalam melihat lokalitas sebagai warisan nenek moyang dan Islam sebagai sumber agamanya.
Sosok Zainudin MZ ini bisa dikatakan ustad langka yang pernah lahir. Ceramahnya selalu menyejukkan dengan diselingi sedikit candaan. Ia mampu menginspirasi banyak kalangan masyarakat, mulai pejabat pemerintah, atau dari kalangan biasa.
Ceramahnya dari panggung ke panggung menjadi daya tarik sendiri. Apalagi kepiawaiannya dalam berceramah dengan nada khas Betawi menjadi sesuatu yang berbeda dengan penceramah lainnya di waktu itu.
Pada saat itu saya hanya berpikir, ceramahnya yang Islami kok bisa dipahami oleh saya.
Menggunakan pendekatan humanistis, Zainuddin MZ mencoba untuk membuat bahasa Alquran lebih mudah dipahami oleh masyarakat dengan contoh-contoh perilaku yang umum dilakukan sehari-hari.
Sarat dengan pendidikan, lokalitas dan pluralitas menjadi tema khasnya. Sehingga tak jarang beberapa kata-katanya menjadi pandangan hidup saya. Salah satunya, "Hidup ini perjuangan, mau sukses harus berani susah."