Yang pertama, tafaqquh fiddin yang berarti mendalami ilmu agama yang memadai. Akan aneh kalau seorang pendakwah yang cetek ilmunya dalam memberikan dakwah ke ribuan penonton.
Selanjutnya, seorang pendakwah pun juga harus memahami ilmu komunikasi. Layaknya orang presentasi tentunya kita akan belajar bagaimana menguasai teknik ceramah hingga berpidato. Paling penting adalah belajar pidato persuasif agar pesan-pesan yang disampaikan bisa tepat sasaran.
Terakhir atau yang ketiga ini yang paling penting yaitu seorang ustad harus mampu memberikan contoh atau teladan yang baik, sesuai dengan apa yang dia ucapkan.
Betul tidak? *sambil gebrak meja*.
Sosok Itu Kh Zainuddin MZ
"Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapakah kalian mengambil agama kalian." Ibnu Sirin
Sedari kecil saya saat habis mandi sore, tak pernah saya melewatkan tayangan di televisi sesaat menanti mahgrib.
Biasanya selalu ada ceramah ustad dengan suara berat yang mana bisa membuat orang tidak perlu melihat sosok tapi sudah tahu kalau itu pasti Ustad Zainudin MZ.
Dari sekian banyak penceramah agama, nama Kh Zainudin MZ bukanlah sosok yang asing untuk masyarakat Indonesia, termasuk saya sebagai non muslim.
Apalagi saya yang masuk generasi 90-an, setiap ceramah dari beliu selalu terkenang. Malahan saya mengira kalau hanya ada satu ustad sejuta umat yaitu dia.
Logat betawi yang kental, menjadikan dia memiliki ciri khas yang menarik. Bagi saya di masa itu sosok Zainudin MZ selalu dinantikan setiap sore menantikan adzan bedug maghrib. Kehadiran Zainudin MZ memang kerap memberi warna menarik terlebih di saat bulan Ramadan.
Tidak itu saja, ceramahnya juga kerap membuat waktu berbuka puasa tiba-tiba datang begitu saja.