Mohon tunggu...
Deddy Huang
Deddy Huang Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing Enthusiast | Blogger | Food and Product Photographer

Memiliki minat di bidang digital marketing, traveling, dan kuliner. Selain itu dia juga menekuni bidang fotografi sebagai fotografer produk dan makanan. Saya juga menulis di https://www.deddyhuang.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Zainuddin MZ Memberikan Obat Rohani Bagi Jiwa-Jiwa Gersang

8 April 2022   22:24 Diperbarui: 9 April 2022   04:54 1100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Kh Zainuddin MZ (sumber : kompas.com)

Waktu saya tanya ke teman yang muslim, "Menjadi seorang pendakwah itu apa aja sih syaratnya? Memangnya ada pendidikan?" Tanyaku ketika kami sedang makan pempek termahal di Palembang.

Temanku itu langsung batuk tersedak mendengar pertanyaan polos yang datang dari saya.

Dewasa ini banyak sekali ustad dan ustadzah yang bermunculan baik di lingkungan sekitar tempat tinggal atau muncul di televisi. Correct me if i am wrong, menjadi seorang ustad/ustadzah tentunya bukan profesi yang mudah.

Cara Menjadi Seorang Ustad

Peran vital dalam penyebaran agama pasti tidak mudah. Apalagi sebagai sosok orang yang menyampaikan suara kebaikan dan kebenaran pada umat tentu saja mereka harus dapat menjadi contoh model.

Kalau menurut KBBI, kata "ustadz" ini bermakna guru agama. Adapun sebutan "ustadz" dalam dunia akademik, jika di timur tengah maknanya adalah professor.

Karena lingkup kita adalah indonesia, tentunya kita lebih familiar dengan istilah ustad atau guru agama.

Dalam hemat pengetahuan saya, tentunya ilmu yang bermanfaat merupakan ilmu yang diajarkan kembali kepada orang lain dengan baik dan benar. Tidak boleh menyesatkan.

Makanya ini pembahasan yang serius sekali bukan?

Kriteria Ustad yang Baik dan Benar

Saya pun mencoba bertanya ke teman yang saya rasa agamis mengenai hal ini.

Kalau dipaparkan secara lebar, tentunya syarat menjadi guru agama sangatlah banyak, banyak disiplin ilmu yang harus diketahui dan dipelajari.

Yang pertama, tafaqquh fiddin yang berarti mendalami ilmu agama yang memadai. Akan aneh kalau seorang pendakwah yang cetek ilmunya dalam memberikan dakwah ke ribuan penonton.

Selanjutnya, seorang pendakwah pun juga harus memahami ilmu komunikasi. Layaknya orang presentasi tentunya kita akan belajar bagaimana menguasai teknik ceramah hingga berpidato. Paling penting adalah belajar pidato persuasif agar pesan-pesan yang disampaikan bisa tepat sasaran.

Terakhir atau yang ketiga ini yang paling penting yaitu seorang ustad harus mampu memberikan contoh atau teladan yang baik, sesuai dengan apa yang dia ucapkan.

Betul tidak? *sambil gebrak meja*.

Sosok Itu Kh Zainuddin MZ

"Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapakah kalian mengambil agama kalian." Ibnu Sirin

Sedari kecil saya saat habis mandi sore, tak pernah saya melewatkan tayangan di televisi sesaat menanti mahgrib.

Biasanya selalu ada ceramah ustad dengan suara berat yang mana bisa membuat orang tidak perlu melihat sosok tapi sudah tahu kalau itu pasti Ustad Zainudin MZ.

Dari sekian banyak penceramah agama, nama Kh Zainudin MZ bukanlah sosok yang asing untuk masyarakat Indonesia, termasuk saya sebagai non muslim.

Apalagi saya yang masuk generasi 90-an, setiap ceramah dari beliu selalu terkenang. Malahan saya mengira kalau hanya ada satu ustad sejuta umat yaitu dia.

Logat betawi yang kental, menjadikan dia memiliki ciri khas yang menarik. Bagi saya di masa itu sosok Zainudin MZ selalu dinantikan setiap sore menantikan adzan bedug maghrib. Kehadiran Zainudin MZ memang kerap memberi warna menarik terlebih di saat bulan Ramadan.

Tidak itu saja, ceramahnya juga kerap membuat waktu berbuka puasa tiba-tiba datang begitu saja.

Kenangan Akan Dakwah Lokalitas

Kenangan saya di masa kecil memang masih kuat hingga sekarang. Hal ini terjadi lantaran Zainudin MZ ini mampu ceramah di semua golongan.

Materi dakwah yang dia bawakan mudah untuk dipahami untuk saya yang saat itu masih di bangku sekolah dasar. Bisa kalian bayangkan saya dari sekolah dasar sudah mendengarkan ceramah islami.

Cara penyampaian Zainudin MZ ini menarik tanpa harus vulgar, dan ia memahami materi yang disampaikan. Bahkan berbagai persoalan ilmiah pun dapat disampaikan dengan jernih dan bahasa sederhana.

Dakwah Merujuk Pada Kehidupan Sehari-hari

"Banyak orang memberikan contoh, tapi sedikit orang yang menjadi contoh. Memberi contoh itu mudah, tapi menjadi contoh itu yang sulit." - Kh Zainuddin MZ

Tidak sedikit kutipan-kutipan beliau saat ceramah memang menggelitik. Jika itu cubitan, maka cubitannya tidak hanya pada bagian kulit luarnya saja, melainkan sudah bisa masuk ke dalam.

Mendengar ceramahanya, kita sebagai pendengar seolah disuguhkan kepada unsur makna tunggal dan harmonisasi antara ajaran Islam dan lokalitas pada satu sisi. Beliau memiliki kepekaan dalam melihat lokalitas sebagai warisan nenek moyang dan Islam sebagai sumber agamanya.

Sosok Zainudin MZ ini bisa dikatakan ustad langka yang pernah lahir. Ceramahnya selalu menyejukkan dengan diselingi sedikit candaan. Ia mampu menginspirasi banyak kalangan masyarakat, mulai pejabat pemerintah, atau dari kalangan biasa.

Ceramahnya dari panggung ke panggung menjadi daya tarik sendiri. Apalagi kepiawaiannya dalam berceramah dengan nada khas Betawi menjadi sesuatu yang berbeda dengan penceramah lainnya di waktu itu.


Pada saat itu saya hanya berpikir, ceramahnya yang Islami kok bisa dipahami oleh saya.

Menggunakan pendekatan humanistis, Zainuddin MZ mencoba untuk membuat bahasa Alquran lebih mudah dipahami oleh masyarakat dengan contoh-contoh perilaku yang umum dilakukan sehari-hari.

Sarat dengan pendidikan, lokalitas dan pluralitas menjadi tema khasnya. Sehingga tak jarang beberapa kata-katanya menjadi pandangan hidup saya. Salah satunya, "Hidup ini perjuangan, mau sukses harus berani susah."

Kehilangan Sosok Ustad Panutan

Iring-iringan umat membawa Zainuddin MZ ke peristirahatan terakhir (sumber : kompas.com)
Iring-iringan umat membawa Zainuddin MZ ke peristirahatan terakhir (sumber : kompas.com)

Saya merasakan Islam di tangan Zainuddin MZ menjadi renyah, mudah dicerna dan selalu tersampaikan dalam nuansa penuh humor.

Kalian pernah kan didongengkan oleh orangtua? Sama seperti itulah yang saya rasakan.

Tampilan wajah Islam terlihat agama yang penuh kasih sayang, dan mampu menyentuh nalar masyarakat termasuk non muslim seperti saya.

Ada kesejukan dalam dakwahnya, kepiawaian Zainuddin MZ menampilkan aspek-aspek indah dan luhur Islam. Pada saat itu,saya merasakan bagaimana umat Islam hidup berdampingan dengan umat yang lainnya tanpa harus saling menebarkan kebencian, maupun aspek lainnya.

Tidak seperti ceramah ustad kekinian di sholat jumat yang tidak sedikit menyulut emosi jika tidak memiliki hati yang sabar.

Ada rasa yang berbeda ketika mendengarkan beliau menyampaikan pidato keagamaan yang penuh rasa kasih sayang, santun, dan penuh pesona. Di tengah suasana hati sedang gelisah, Zainuddin MZ memberikan obat rohani bagi jiwa-jiwa yang gersang.

Kenangan-kenangan saya bersama KH Zainuddin MZ, Dai Sejuta Umat yang menjadi salah satu favorit saya. Dengan gaya dakwah yang khas, kocak, namun tidak mengurangi bobot materi yang disampaikan.

Sekalipun Zainuddin MZ sudah tidak ada bersama kita lagi, namun saya yakin kalian juga pernah merasakan sentuhan lembut Islam saat mendengarkan dakwahnya.

Mari kita kirimkan hening sejenak dan mengirimkan doa agar almarhum Zainuddin MZ makin dilapangkan kuburnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun