Lantas saya berbuat apa? Saya tidak bisa menjangkau mereka. Gerakan berbagi nasi ini tidak bertendensi SARA, apalagi kecenderungan afiliasi politik tertentu.
Saya yang diberikan rejeki cukup lebih senang bersedekah dalam sunyi. Bersedekah tanpa perlu membunyikan apa yang sudah saya lakukan. Apalagi kita semua memiliki aib, hanya cara kita beda jalur saja dalam memilih menyimpan aib.
Salah satu cara bersedekah nasi kotak lewat warung-warung UMKM, atau kalian juga bisa seperti Dompet Dhuafa Keluarga Tangguh yang akan menyalurkan bantuan modal bagi para pekerja yang terdampak maupun terancam putus kerja.
Menebar kebaikan bersedekah sendiri sebagai bentuk ekspresi syukur. Kita merasa dicukupkan oleh Tuhan, lalu berbagi nasi sebagai wujud untuk menebarkan kesadaran kalau kita tidak hidup sendirian.
Ada banyak orang di luar sana yang hidupnya lebih memprihatinkan dibanding kita.
Saya juga melatih empati yang lahir dari pengalaman pribadi. Ini sederhana namun mulia karena kita ikut membantu mereka yang lapar, dan tak sanggup untuk membeli.
Kebahagiaan itu relatif. Ada yang sudah bahagia bisa mendapatkan barang yang ia inginkan. Ada yang bahagia saat dia berhasil mencapai posisi teratas. Tetapi ada juga orang yang bahagia karena dapat bersedekah, membantu orang-orang disekitarnya. Menebar amal untuk tabungan.
Kalau kamu bagaimana? Bahagia seperti apa yang dicari dalam sisa hidup?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H