Â
Tren keuangan digital tercatat meningkat oleh Bank Indonesia selama pandemi apalagi saat diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Barangkali awalnya kita belum terbiasa menggunakan fasilitas digital banking, sekarang hanya lewat genggaman gawai saja kita bisa melakukan semua transaksi keuangan untuk satu waktu.
Membeli pulsa, membayar tagihan listrik, tagihan internet, belanja online dan lainnya. Kamu juga sama kan?
Ke depan tentunya digital banking akan lebih meningkat aktivitasnya selama di era normal baru.
Perbankan Terus Inovasi
Kalian percaya tidak kalau selama pandemi ini saya belum pernah menggunakan ATM untuk mengambil uang tunai. Alternatifnya saya menggunakan transaksi non tunai lewat transaksi digital.
Banyak aplikasi digital keuangan yang tersimpan dalam gawai saya. Semua digunakan sesuai dengan masing-masing kebutuhan tren saat in.
Tak luput perbankan pun juga ikut melakukan inovasi agar tetap bisa eksis memberikan layanan untuk nasabahnya.
Apalagi saat ini bank sentral pun juga memperluas jangkauan QRIS atau sistem pembayaran berbasis barcode di pasar tradisional, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pendidikan, dan aspek lainnya agar digitalisasi sistem pembayaran semakin lumrah.
Preferensi Masyarakat Terhadap Digital Semakin Kuat
Terjadinya revolusi industri 4.0 telah merubah semua hal di dunia, masyarakat pun perlu berubah agar tidak tergilas oleh tren revolusi sekarang ini.
Industri ini memperkenalkan masyarakat dengan Internet of Things yang nantinya dapat berubah menjadi Internet of Everything.
Tentu memberikan dampak positif secara total pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Beragam Alasan Nasabah Menyukai Inovasi Bank
Menurut survei dari The Financial Brand, ternyata sekitar 43% nasabah menyukai inovasi bank saat ini yang mulai beralih ke digital oleh karena mudah untuk membuat akun baru, selanjutnya pilihan fees/rates yang bersaing serta tak luput pengalaman menggunakan aplikasi yang baik.
Ternyata hal ini cukup beralasan dan dicontoh oleh Maybank untuk melakukan inovasi dengan mengenalkan aplikasi M2U pada saya sore kemarin (21/10).
Kompasiana dalam acara Kopiwriting bersama Maybank Indonesia mengajak saya untuk mendengar mengenai keuangan digital di era saat ini. Dalam webinar online ini pun menghadirkan tiga speaker seperti Michel Hamilton, selaku Chief Strategy, Transformation & Digital Officer, Ditto Prabowo, selaku Head Digital Banking Product & Strategy, dan Lucy Wiryono, selaku owner Holycow Group.
Â
Seperti yang sudah saya bagikan kalau saat ini digital banking sangat pesat di kelompok usia 20-54 tahun. Apalagi bagi yang tadinya bukan pengguna digital banking, namun karena pandemi membuat mereka pun "terpaksa" untuk mencoba.
Tentu saja hal ini menjadi peluang bagi Maybank untuk memperluas nasabah baru mencoba layanan baru mereka, yakni aplikasi M2U.
Maybank ingin mengoptimalkan alokasi investasi pengembangan digital dan berupaya untuk memberi manfaat semaksimal mungkin untuk nasabah. Nasabah selalu menjadi pusat dalam setiap langkah pengembangan.
Dalam masa hidup kita ada banyak hal yang harus dipersiapkan. Life cycle mulai dari menikah, punya anak, promosi karir, anak kuliah hingga masuk pensiun.
Hidup yang tidak semua orang bisa menikmati, namun idealnya kita akan memasuki masa tua. Semua pengaturan dana-dana ini bisa dilakukan lewat aplikasi M2U karena ada keuangan kita bisa dialihkan dalam bentuk seperti tabungan, SBN ataupun reksadana.
Menarik kan?
Mengenalkan Aplikasi M2U, Satu Aplikasi Untuk Semua
Aplikasi M2U bukan sekadar platform untuk melakukan transaksi keuangan saja, akan tetapi lebih dari itu. Aplikasi M2U juga dapat dimanfaatkan untuk mengelola portofolio keuangan, menjadi solusi pembayaran yang dapat dilakukan 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, dan menjadi platform untuk menabung dan investasi serta lifestyle.
1. Mengatur Portofolio Keuangan
Fitur ini mengambil kendali sepenuhnya terhadap portofolio keuangan kita mulai dari jumlah saldo di rekening, pinjaman, kredit, deposit hingga investasi. Kita bisa mengatur keuangan untuk jangka pendek, menengah dan panjang sesuai profil risiko.
2. Solusi Pembayaran 24/7
Tentu saja dalam situasi saat ini membuat kita lebih bijak beraktivitas di rumah, walaupun ada sebagian teman kita yang memang diharuskan keluar rumah untuk bekerja.
Namun, kemudahan pembayaran mulai dari tagihan listri, air, kartu kredit, telekomunikasi, asuransi dan lainnya memudahkan kita bertransaksi.
Dalam aplikasi M2U ini pun memiliki akses tersebut agar nasabah tidak perlu repot.
3. Simpan dan Investasi
Fitur ini memudahkan nasabah untuk membuka suatu rekening investasi dengan mudah. Mulai dari SBN hingga reksadana. Semua bisa dilakukan dengan mudah.
4. Lifestyle
Fitur selanjutnya yang tidak luput yaitu memberikan akses hiburan seperti transaksi menggunakan QR Pay, e-wallet, e-commerce payment dan lainnya.
Keamanan Data Menjadi Prioritas
Transaksi digital merupakan sejumlah nilai uang yang disimpan secara elektronis. Dapat dipahami sebagai sebuah entitas bagi perusahaan, perbankan tidak dapat dihindair dari yang namanya keamanan data.
Bahas soal keamanan, tentu saja hal-hal seperti phising, malware, sim card take over pun sudah dipikirkan oleh Maybank dalam aplikasi M2U.
Ada banyak akses keamanan yang berlapis di dalam aplikasi mulai dari menggunakan sensor sidik jari, kata sandi, sms token, dan device binding.
Di dalam aplikasi M2U sendiri juga bisa memberikan notifikasi melalui app push notif dan email atas aktivitas nasabah seperti log in dengan gawai baru atau transaksi.
Banyak Sektor Terdampak Pandemi
Pandemi ini memang memberi dampak signifikan baik karyawan, pebisnis, dan lainnya. Saya sendiri sebagai freelancer juga alami terutama pemasukan. Hal yang dapat kita lakukan adalah untuk bertahan hidup dengan keuangan yang dimiliki.
Ternyata hal ini pun sepemikiran dengan narasumber, Lucy Wiryono yang berbagi pengalamannya dalam mengelola bisnis kulinernya.
Kuliner memang bisnis yang menguntungkan, karena setiap orang pasti membutuhkan makanan. Terlebih kalau makanan yang dimasak enak, sudah pasti akan lebih mudah diterima oleh pasar.
Sebagai pebisnis, saya melihat sosok Lucy tidak semulus jalan tol. Tantangannya besar, omset bisnis bisa turun 80-90%. Apalagi target konsumen dari bisnis kuliner memang konsumen dine-in.
Bayangkan kalau di masa pandemi ini membuat pebisnis restoran tidak bisa membuka usahanya, lalu mengorbankan karyawannya untuk lay off.
Di masa pandemi ini memang membuat kita harus survival mode, berpikir apa saja yang bisa kita lakukan. Akselerasi perubahan yang tadinya di comfort zone pun mendesak ke era digital.
Transformasi yang dilakukan dalam bisnis steak yang tadinya makan di tempat menjadi dalam kemasan ready to cook untuk bisa menjangkau konsumen loyal mereka.
Dalam berbisnis pun, mbak Lucy sudah menggunakan digital banking untuk transaksi. Transaksi digital ini memang dirasakan bermanfaat, semua bisa dilakukan saat mereka sedang keluar negeri.
Kemudahan Selama Pandemi
Sejalan dengan tren gaya hidup dan kebiasaan baru masyarakat itu, Maybank Indonesia menghadirkan wadah transaksi M2U yang aman, lebih baik, mudah, cepat dan real time.
Dengan memanfaatkan teknologi yang kian berkembang, Maybank ingin memenuhi segala customer needs and expectations. Pemenuhan kebutuhan para nasabah akan membangun kredibilitas bank, karena perbankan adalah penyedia jasa yang sangat memerlukan kepercayaan dari para nasabah atau calon nasabahnya.
Terima kasih Kompasiana sudah mengajak saya untuk mendapatkan insight baru tentang dunia perbankan dan kemudahan dalam mengatur keuangan lewat aplikasi M2U dari Maybank.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H