Begitu juga selama saya berada di Georgia, tidak terlihat ada persiapan khusus tentang COVID-19 padahal hampir seminggu di negara pegunungan Kaukakus tersebut. Sampai akhirnya selesai kegiatan di Georgia dimana saya harus menuju Milan via Zurich, baru mulai terlihat ada persiapan.
Masuk bandara Milan keluar pesawat seluruh penumpang sudah di cek suhu badan-nya dan diminta surat keterangan sehat yang diisi sendiri di dalam pesawat sebelum diperbolehkan mengambil bagasi. Di situ saya baru mulai agak peduli tentang bahaya COVID-19 ini.
Kemudian setelah di rumah beberapa hari saya masih ada kegiatan di Salzburg Austria dan Munich Germany dimana saat bersamaan pada tanggal 22 Februari 2020 muncul informasi bahwa ada kasus positif corona di Italia, yang sangat mengagetkan karena beberapa hari lalu saya baru balik dari sana.
Akhirnya saat itu saya dan rekan putuskan untuk mengurangi jadwal kegiatan di Austria, dimana harusnya setelah dari Austria kami menuju Italia Utara dan juga ke kota Milan lagi tapi akhirnya tgl 27 Februari 2020 kami memutuskan kita selesaikan saja perjalanan ini.
Rekan dari Indonesia kembali dari bandara Munich, dan saya sudah kepikiran anak istri hingga langsung kembali ke Ljubljana, Slovenia. Di bandara Munich sudah sepi, lalu lintas penumpang terlihat sangat-sangat renggang tidak seperti biasa.
Rekan dari Indonesia menggunakan Singapore Airlines dan petugas di check-in counter pun cerita kalau pesawat akan lumayan kosong dan bahkan kru yang mendarat di Milan selama 2 hari terakhir ditarik via darat dan kembali ke Singapore dengan pesawat yang sama yang digunakan oleh rekan saya dari Munich. Dari situ saya mulai waspada.
Yang awalnya cuek, lalu jadi peduli. Kemudian waspada. Sepertinya itulah fase kita di Eropa dalam menghadapi musuh yang tidak terlihat wujudnya ini. Sepanjang 4 jam perjalanan dari Munich menuju Ljubljana saya mampir di 2 hypermarket besar untuk beli cereal, beras, pasta, susu, jus, sayur dan daging kalengan secukupnya secara di rumah ada 2 bocah kecil yang nafsu makan lagi gila-gilanya.
Saya sempatkan juga ambil lebihan perlengkapan kebersihan  lainnya seperti sabun, antiseptic tangan, tisu dan lap antiseptic dan juga disinfectan literan. Saat itu belum ada rush dan tidak ada antrian panjang, tapi sudah terlihat bahwa barang-barang disinfektan sudah jarang terlihat.
Saat saya tulis ini, 21 Maret 2020. Total yang positif dan dirawat – baik di rumah sakit maupun di self-isolation di rumah masing-masing – di negara Slovenia sudah mencapai angka 286 penderita, dan 1 korban sudah meninggal dunia.
Sejak saya kembali ke rumah saya juga sudah self-isolating, karena saya paham sekali bahwa saya habis pulang dari banyak kota dan beda negara selama 2 bulan terakhir.