Mohon tunggu...
Hasan Nur Aminudin
Hasan Nur Aminudin Mohon Tunggu... Insinyur - Just Look Around 🌏

Geography UI 2009, Mapping Officer at PT. Jaya Real Property, A Husband, A Father, and A Man who trying to do the right thing in life

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cerita Kelahiran Anakku, Lahir Vakum sampai Rawat NICU

20 Mei 2017   21:19 Diperbarui: 24 Desember 2018   20:09 16285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkat cerita akhirnya sore menjelang maghrib Surat Eligibilitas Peserta (SEP) anak kami jadi juga. Terakhir saya kembali mencecar petugasnya untuk memastikan apa saja item yg akan dicover BPJS. Dan Alhamdulillah petugasnya bilang akan dicover semua termasuk biaya perawatan hari kemarin (sebelum punya BPJS). Alhamdulillah

Malamnya, istri saya ternyata sudah boleh pulang. Namun tidak demikian dengan anak kami, Diarka masih harus dirawat diruang NICU. Sebelum pulang kami menyempatkan kembali menengok Diarka di NICU. Hari ini kondisinya masih pakai CPAP, tetapi level oksigennya sudah diturunkan ke level paling rendah. Namun belum ada kepastian kapan Diarka bisa pulang.

Jum’at, Tgl 21 April 2017

Jum’at paginya kami ke RSBK lagi untuk menyusui anak kami. Suster yg jaga bilang bayi harus disusui pertiga jam sekali. Sampai hari itu ASI istri saya belum banyak. Tetapi tetap harus disusukan karena kalau tidak dirangsang ya tidak akan keluar. Hari itu selang pernafasan sudah bisa dilepas. Hari itu juga istri saya sudah boleh menggendong dan menyusui Diarka. Suster bilang 24 jam setelah selang dilepas kemungkinan Diarka sudah bisa pulang. Tentu senang sekali kami saat itu karena besok Diarka sudah bisa pulang

Sabtu, Tgl 22 April 2017

Sabtu pagi kami ke RSBK lagi. Kami yg hari itu mengira Diarka akan boleh pulang, kembali harus bersabar mendengar informasi dari suster. Hasil tes darah menunjukan bilirubin anak kami cukup tinggi pada angka 18 mg/dL dari normalnya 13 mg/dL. Walhasil anak kami harus menjalani terapi sinar (fototerapi). Diarka ditempatkan di incubator yg diberi sinar biru (bluelight) dengan hanya memakai diaper dan penutup mata. Karena bilirubin Diarka cukup tinggi, maka harus disinari setidaknya dalam 2 hari.

Kondisi Diarka saat Foto Terapi
Kondisi Diarka saat Foto Terapi
Sedihnya perasaan kami bahwa Diarka harus dirawat lebih lama lagi. Belum lagi ASI istri saya juga masih belum banyak sehingga Diarka terpaksa diberikan susu formula. Dokter yg menangani anak kami sebenarnya sangat tidak merekomendasikan. Tetapi ya mau bagaimana lagi, Diarka perlu makan karena ini sudah hari ke-4. Apalagi beratnya sudah turun 1,5 ons menjadi 3.300 gram. Kabar baiknya Diarka sudah dipindah keruang SCN.

Jadi ternyata di Perinatologi (lantai 5) ada 3 ruangan utama. Ada NICU (Neonatal Intensive Care Unit) untuk perawatan berat, SCN (Special Care Unit) untuk perawatan sedang, dan Perina untuk perawatan ringan. Bayi yang ketika lahir ada kelainan/masalah akan dibawa ke ruangan tersebut tergantung pada tingkat masalahnya.

Minggu, Tgl 23 April 2017

Minggu pagi, seperti hari-hari sebelumnya kami sudah di RSBK. Suster bilang besok pagi anak kami akan dites darah lagi. Hasilnya akan menentukan apakah Diarka boleh pulang atau kembali dirawat. Ditengah jeda menunggu menyusui tidak banyak yg bisa kami lakukan. Untungnya ada ruang tunggu dengan sofa sehingga lebih nyaman. Jika tidak, bingung juga karena istri saya belum bisa duduk di bangku biasa karena masih merasa nyeri pada luka jahitannya.

Banyak kerabat termasuk orangtua kami menyarankan untuk membawa pulang Diarka. Alasannya bayi kuning bisa sembuh dengan dijemur sendiri di rumah. Tentu kami tidak mau ambil resiko, kami menunggu intruksi dokter untuk memastikan Diarka benar-benar pulih ketika akan dibawa pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun