Mohon tunggu...
Herry B Sancoko
Herry B Sancoko Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus UGM, tinggal di Sydney

Hidup tak lebih dari kumpulan pengalaman-pengalaman yang membuat kita seperti kita saat ini. Yuk, kita tukar pengalaman saling nambah koleksi biar hidup makin nikmat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Jarak Kedekatan Emosi di Tempat Kerja

30 Januari 2014   06:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:20 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hubungan atasan dan bawahan dipandang amat tidak etis di Australia secara umum. Sebuah hubungan yang dinilai tidak murni. Bahkan dinilai negatif. Hubungan yang memanfaatkan faktor kedudukan untuk tujuan pribadi. Atau memanfaatkan hubungan pribadi untuk memperoleh kedudukan dari sisi karyawan bawahannya.

Hubungan beda hierarki ini bisa dijumpai di banyak bidang kerja. Dokter dengan pasien, psikiater dengan pasien, pesakitan dengan hakim dan lain-lain. Dosen membina hubungan dengan mahasiswanya juga dianggap tidak etis. Hubungan pribadi karena faktor keberadaan hierarki selalu mengundang cibiran dan dipertanyakan tujuan maksud baiknya.

Batas Kedekatan

Orang harus pandai-pandai menjaga jarak emosi di tempat kerja. Tidak saja dalam masalah hubungan emosi karena saling jatuh cinta, tapi juga kedekatan emosi lainnya. Jika kedekatan emosi itu terjadi pada karyawan setingkat dalam hierarki perusahaan, barangkali dampaknya tidak terlalu terasa. Hubungan kedekatan antarkaryawan satu level akan menjadi masalah ketika mereka berkompetisi meniti karier secara tidak fair dan terbuka. Tidak jarang hubungan emosi karyawan selevel memburuk ketika mereka saling menjatuhkan karena persaingan memperoleh kedudukan. Semula mereka sebagai teman, menjadi musuh saat memperebutkan kedudukan. Jika mereka tidak bersikap saling dewasa, konflik pribadi menjadi urusan perusahaan karena mempengaruhi etika kerja mereka dan karyawan lainnya.

Budaya yang demokratis di Australia, tidak menghalangi seorang atasan untuk berbaur dengan rekan-rekan sekerja di luar tempat kerja. Budaya egaliter memungkinkan orang untuk berbaur tanpa gap di ranah sosial. Tapi jika hubungan menjadi terlalu personal, meski dilakukan di luar tempat kerja, efeknya bisa di luar pemikiran. Karena kedekatan pribadi, mereka menjelek-jelekan satu sama lain dengan mengungkap masalah-masalah pribadi masing-masing.

Kedekatan antara atasan dan anak buah kadang juga bisa menjadi buah simalakama jika tidak disikapi dengan hati-hati. Seorang atasan karena hubungan dekat dengan anak buahnya, mereka sering keluar bersama dalam berbagai acara. Bahkan saling kunjung ke rumah masing-masing dan dilanjut dengan makan malam bersama sesama keluarga. Kedekatan yang semula bermaksud baik ini ternyata tidak selalu berakhir dengan kebaikan jika batas-batas kedekatan itu tidak dikelola dengan baik.

Lama kelamaan si bawahan bisa mengharap lebih. Misalnya, mohon kelancaran karier atau minta jenis pekerjaan yang lebih enak dan basah. Meski hubungan tetap dibina secara profesional di tempat kerja, tapi emosi manusia memang tak teraba. Sedikit banyak kedekatan emosi tersebut mempengaruhi sudut pandang dan penilaian orang. Karier dihubungkan dengan jenis makan malam yang disediakan, jenis hadiah yang telah diberi, jenis jasa yang dikorbankan sebagainya. Karier tidak lagi melulu dihubungkan dengan prestasi kerja atau hasil keputusan-keputusan lain yang lebih obyektif. Bahkan karyawan bisa minta ijin tidak masuk kerja seenaknya atau kerja semaunya karena merasa punya hubungan dekat dengan atasannya. Merasa telah melakukan kebaikan dan menyenangkan atasannya meskipun hubungan kedekatan itu dilakukan di luar tempat kerja.

Batas antara hubungan profesional di tempat kerja dan batas hubungan pribadi tidak semua orang bisa membedakan dengan baik. Hubungan baik di luar tempat kerja adalah lain ketika di tempat kerja. Hubungan profesional dan hubungan pribadi harus tetap ditarik garis pemisahnya.

Sexual Harrasment

Kedekatan lawan jenis meski tanpa cinta juga amat potensial mengundang masalah. Seorang karyawati baru perusahaan kelihatan amat ramah dan supel di mata karyawan lama. Karyawati yang masih berstatus mahasiswi itu amat ekspresif dengan emosinya. Suka ngomong dan ngobrol macam-macam. Pribadinya juga hangat. Tak segan-segan ia merangkul karyawan dan karyawati lain jika ia merasa senang, terharu atau sekedar menunjukkan simpatinya.

Karyawati tersebut statusnya masih sebagai pekerja casual (tidak tetap/paruh waktu) dan cuma bekerja dua hingga empat hari saja dalam seminggunya (karyawan full time kerja lima hari) tergantung kebutuhan tenaga dari perusahaan. Setelah beberapa hari nggak masuk, pagi itu karyawati tersebut dijadwal masuk pagi dan ketemu karyawan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun