Fenomena Jokowi-Ahok perlu disosialisasikan dan diselamatkan. Bukan individunya tapi fenomenanya. Fenomena yang membawa kebaruan kehidupan bernegara, berpolitik dan mendobrak sistem birokrasi. Fenomena ini akan lebih efektif jika dicanangkan oleh pemimpin negara yakni presiden. Maka amat potensial sekali efeknya jika Jokowi bisa jadi presiden sebagai langkah awalnya. Fenomena itu bisa menasional. Untuk kemudian nantinya bisa diteruskan dan disebarkan oleh Jokowi-Jokowi dan Ahok-Ahok lain.
Menyerang Jokowi-Ahok sebagai lawan politik tidak akan menggoyahkan kepopuleran mereka. Gelindingan bola salju itu sudah terlanjur jadi demikian besar. Jokowi dan Ahok amat beda. Mereka mencuat menawarkan dobrakan-dobrakan yang diharapkan rakyat banyak. Semakin dikritik makin terbukti bahwa karakter dan kepemimpinan Jokowi-Ahok makin amat dibutuhkan dan penting.
Seharusnya lawan politik Jokowi-Ahok lebih memihak dan memuji fenomena Jokowi-Ahok. Mencoba bergabung dengan kecenderungan mayoritas kemudian menumpangkan agendanya. Lalu pelan-pelan secara halus dan berangsur membelokkan sesuai agendanya secara utuh. Ini lebih efektif daripada menyerang membabi buta main tembak sekenanya tanpa persediaan amunisi cukup. Selain efektif juga mendidik masyarakat untuk bisa bersikap lebih kritis. Pendidikan politik yang amat baik bagi masyarakat. Sehingga hasil akhirnya nanti bisa diserahkan sepenuhnya pada masyarakat untuk menilai dan memutuskan. Jika masyarakat dididik untuk berpikir kritis, tentunya mereka tak akan terlalu salah dalam menentukan pilihan.*** (HBS)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI