Apakah aku hanya menjadi bebanmu saja selama ini?
Kuhela napas panjang dan menengadah---memandang langit yang kemerahan. Untuk beberapa saat aku bertahan dalam posisi demikian.
Meskipun di dalam pikiran aku tidak berniat untuk mencari makanan, tetapi perutku berkata lain. Di saku celanaku masih ada uang empat belas ribu---kembalian dari membeli tiket kereta tadi.
Tepat ketika aku sedang memikirkan hendak mencari makanan atau tidak, tampak seorang pedagang mendorong gerobaknya di hadapanku.
"Sate kambing, Dik?" ia menawariku.
Aku menggeleng dan ia berlalu. Dari gerobaknya itu aroma sate kambing menguar dan membuat nyanyian di perutku semakin kencang.
Oh Ibu ... mengapa kau harus menikah lagi?(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H