Mohon tunggu...
Yuhesti Mora
Yuhesti Mora Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta Science dan Fiksi. Fans berat Haruki Murakami...

Menulis karena ingin menulis. Hanya sesederhana itu kok.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketidaksengajaan dan Kegembiraan Membuat Taman Baca

14 September 2017   13:03 Diperbarui: 14 September 2017   13:10 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah itu, saya memilih tidak menanggapi apapun lagi. Yang terpenting pekerjaan mereka dilanjutkan dengan damai hingga selesai.

Merasa lelah ketika mengurus perizinan yang perurusannya ribet bin rumit. Ketika mereka datang ke TBM hanya untuk bermalas-malasan saja. 

Jadi, saya pikir selama duduk di bangku perkuliahan kita hanya belajar apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya untuk menuntaskan kebodohan sementara musuh terbesar yang hendak kita perangi bukanlah kebodohan, namun ketidakmauan seseorang mengubah dirinya menjadi seseorang yang lebih baik.

Dan menjadi guru, saya selalu menghadapi dua macam pertarungan. Saya mendorong anak-anak hingga ke tepi batas-batas dalam dirinya dan jika mungkin menghancurkan batas-batas tersebut sambil saya---sendirian---menghadapi keterbatasan yang saya miliki.

Dan menjadi pengelola TBM, saya terus menyemangati orang lain untuk belajar sambil terus menyemangati diri saya untuk terus menyediakan sarana dan prasarana untuk belajar.

Mengutip kata-kata Rita Pierson bahwa setiap anak berhak menjadi pemenang dan seorang dewasa yang tidak pernah menyerah pada mereka. Oleh karena itu, akhirnya saya, para mentor dan semua yang turut mendukung keberlangsungan TBM terus melakukan segala cara untuk bertahan dan terus menciptakan lingkungan menyenangkan untuk belajar. Karena walaupun tidak semua menginginkannya namun ini adalah hal yang benar untuk dilakukan.

Berbicara mimpi, kami selalu membayangkan ini akan menjadi pusat pembelajaran dan pengembangan keterampilan yang lebih besar dan dapat menjangkau anak-anak yang lebih banyak. Di setiap sudut ada satu mentor dan sumber daya untuk minat dan bakat tertentu. Membayangkan setiap anak yang datang dapat merapat ke sudut minatnya masing-masing. 

Entah itu yang suka tari, menggambar, menulis, belajar, membuat project, berlatih berbicara dan sebagainya. Saya selalu berharap dapat menyediakan lebih banyak sumber daya baik itu sarana dan prasarana maupun mentor-mentornya yang barangkali baru dapat terpenuhi dua atau lima tahun lagi atau barangkali dapat lebih dari itu.

Memang masih jauh untuk itu dengan masih yang sedikit ini. Meskipun orang bilang sukses itu tidak selalu sejalan dengan kuantitas membaca tetapi untuk anak-anak ini tentu terlalu dini untuk memutuskan; Meskipun nyatanya tidak selalu, namun ini semua saya awali dari sebuah kegembiraan, berusaha dijalankan dengan kegembiraan dan akan diteruskan dengan kegembiraan pula, biarlah mengalir saja (sekali lagi). Ini hanyalah awal. Saya ingin sekali setiap orang punya kesempatan yang sama untuk bermimpi dan berani mewujudkannya. Dan apakah keinginan saya yang sedikit itu sudah terlalu banyak?(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun