Mohon tunggu...
Yuhesti Mora
Yuhesti Mora Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta Science dan Fiksi. Fans berat Haruki Murakami...

Menulis karena ingin menulis. Hanya sesederhana itu kok.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lupa

10 Maret 2016   23:21 Diperbarui: 10 Maret 2016   23:28 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mereka pergi, aku pergi ke ruangan yang ditunjuk ibu ketika menyuruhku mandi. Aku membukanya dan masuk. Ruangan ini setengahnya berdinding keramik putih berbau wewangian yang tidak ku tahu dari mana asalnya. Di dinding tertulis, Untuk mandi, ikuti langkah-langkah ini. Buka semua baju. Aku membuka semua baju yang kukenakan. Langkah berikutnya adalah tarik tuas yang berpanah merah di depanmu ke kiri maka air akan keluar dari shower di atasmu. Tidak susah menemukan tuas yang dimaksud dan shower adalah benda yang berada di atasku. Air keluar dari situ seperti hujan. Kemudian setelah sekujur badanmu basah, tuangkan sabun di telapak tangan dan gosokkan ke seluruh badan. Setelah itu tuangkan shampo di tanganmu lalu gosokkan ke rambutmu hingga berbuih. Aku melakukan langkah itu dan akhirnya paham dari mana wewangian yang kucium ketika masuk ruangan ini pertama kali berasal, paduan wewangian shampo dan sabun ini. Sebelum aku masuk ke ruangan ini seseorang pasti telah menggunakan shampo dan sabun yang sama. Shampo dan sabun yang kini berbuih di tubuhku mulai lepas dan jatuh oleh air yang jatuh seperti hujan dari shower.  Langkah terakhir yang tertulis di sana adalah Keringkan tubuh dengan handuk dan kenakan baju yang ada di lemari kamarmu. Tulisan “handuk” membantuku menemukan handuk yang dimaksud.

Setelah keluar dari ruangan, segera aku ke kamar mencari baju di lemari yang dimaksud. Dan setelah berpakaian lengkap aku kembali meraih buku yang mereka suruh aku baca tadi pagi. Laman selanjutnya menceritakan siapa Ayah, siapa Ibu, siapa Kakak dan siapa Rani. Ayah bernama Yunus, lahir di Lubuklinggau pada tanggal 7 Juli 1962. Dia bekerja di sebuah kantor pemerintah, dia seorang PNS golongan IV a. Ibu bernama Suci lahir di Musi Rawas pada tanggal 23 Desember 1970.

“Di sini tidak tertulis pekerjaan ibu.”

“Ah, mungkin ibu tidak bekerja.”

“Tetapi ibu mengatakan tadi harus pergi ke pasar.”

“Apakah ibu bekerja di pasar?”

“Jika ibu pulang aku akan menanyakan langsung padanya.”

Kakak bernama Rizki, dia bersekolah di SMAN 5 Lubuklinggau. Dia lahir di Lubuklinggau pada tanggal 6 September 1997. Lalu Rani yang adalah aku lahir di Lubuklinggau pada tanggal 10 February 2000. Hanya begitu saja.

“Mengapa aku tidak bersekolah seperti kakak?”

Laman selanjutnya juga tertulis mulai dari langkah-langkah untuk mandi, langkah-langkah untuk berpakaian, langkah-langkah untuk mengatasi rasa bosan seperti menonton TV, bermain game, menyiram kembang juga mengatasi rasa lapar. Aku sudah selesai membaca semua laman.

Terdengar suara pintu terbuka, aku keluar dari kamar dan menemukan ibu masuk sambil membawa sesuatu. Ah, Ibu bilang Ibu pergi ke pasar tadi. Ibu membawa banyak sekali barang-barang. Mungkin diperolehnya dari pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun