Sebenarnya bukan masalah snacknya, tapi pemberiannya dan perhatiannya kepada masyarakat , sehingga orang dewasapun juga ikut rebutan , entah dimakan sendiri atau dikasih ke anaknya sahut Pak Arya
Jika dipikirkan sekali lagi tentang moment ini, selalu timbul sebuah pertanyaan. Apa sih yang membuat masyarakat begitu rela berebut snack yang dibagikan saat kirab pusaka? Berapa sih harganya? Rasa-rasanya memang tidak relevan jika dijadikan dengan harganya.
Mungkin benar apa yang dikatakan  Pak Arya , bahwa yang membuat masyarakat rela berebut snack yang dibagikan saat kirab pusaka ini bukan tentang barangnya, akan tetapi nilai berbagi dan perhatian terhadap masyarkat, meski hanya dalam bentuk snack yang harganya sangat murah dan bisa didapatkan dengan mudah diwarung-warung, namun sensasi nya jelas terasa berbedha.
Entah mungkin di daerah lainpun juga seperti ini, namun satu hal yang pasti bahwa selain karna dalam rangka menguri-uri sejarah dan budaya, pembagian snack warungan didalam kirab pusaka memang menjadi sebuah satu paket yang tidak bisa dipisahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H