Rasa-rasanya kurang etis jika harus menyebutkan satu persatu merek snack warungan yang biasa dijual diwarung-warung kelontong maupun mini market. selain terlalu banyak sekali jenis dan mereknya, juga tidak mungkin juga sebuah artikel terkesan sebagai sarana promosi. Terkecuali memang ada kerja sama khusus dari produsen snack tersebut.
Dengan harga yang murah dan bisa didapatkan dimana saja, snack warungan memang menjadi jajanan favorit di era modern sekarang ini, terutama bagi anak-anak.Â
Terbukti , Hampir setiap anak jika diajak orang tua pergi belanja ke warung, sudah bisa dipastikan bahwa si anak "minta jajan"Â yang berupa snack warungan.
Lalu bagaimana jika snack warungan itu dibagikan secara cuma-cuma? Apakah hanya anak-anak saja yang berminat ? Ataukah orang dewasa juga berantusias turut serta mendapatkannya?
Sabtu 31 Agustus 2019 bertepatan dengan malem 1 suro atau 1 muharram pada penanggalan islam, sudah bukan hal yang baru untuk dibahas, jika pada hari itu Kabupaten  Ponorogo memiliki hajat besar,  yaitu Kirab Pusaka dalam puncak perayaan Grebeg Suro yang memang digelar rutin setiap tahunnya.
Dengan benang merah yang sama seperti tahun -tahun sebelumnya, arak- arakan Kirab Pusaka selalu diawali dengan Bregodo pembawa tiga pusaka legenda sejarah Kabupaten Ponorogo yang dulu pernah menjadi pusaka andalan oleh Bathoro katong  seorang tokoh pendiri Kabupaten Ponorogo dalam mempertahankan wilayah kekuasaanya.
Dibelakang bregodo pembawa tiga Pusaka, diikuti oleh rombongan kereta kuda yang diawali oleh Bupati dan wakilnya , dan seluruh Pejabat Forpinda serta mobil hias dari seluruh sekolah negeri maupun swasta yang ada di Kabupaten Ponorogo yang mengikuti dibelakangnya.
Berada dalam salah satu rombongan kereta kuda didalam arak-arakan kirab pusaka menjadi kesan tersendiri bagi Bapak Arya Ismana Kepala Kantor ATR/BPN Ponorogo beserta istri.Â
Ini kali pertama merasakan begitu besar antusias warga masyarakat ponorogo yang menyaksikan event tahunan, seperti kirab pusaka ini sebagai contohnya.
Teriakan histeris penonton yang sudah memadati jalan protokol dari start sampai finis menjadikan kesan yang luar biasa , penonton tidak peduli meski beberapa polisi membuka jalan, namun terus saja mereka maju kedepan mendekat ke kereta kuda sambil mengulurkan tanggannya memberi isyarat bahwa mereka meminta sesuatu.
" Pak jajane,  pak jajane " teriakan warga masyarakat yang menyaksikan jalannya kirab pusaka menjadi bumbu meriahnya suasana, terlihat seolah ada kepuasan  tersendiri bisa mendapatkan snack warungan yang dibagikan oleh para pejabat yang menaiki kereta kuda, termasuk juga pemberian dari Kepala Kantor ATR/BPN Ponorogo Bapak Arya Ismana.
Sebenarnya bukan masalah snacknya, tapi pemberiannya dan perhatiannya kepada masyarakat , sehingga orang dewasapun juga ikut rebutan , entah dimakan sendiri atau dikasih ke anaknya sahut Pak Arya
Jika dipikirkan sekali lagi tentang moment ini, selalu timbul sebuah pertanyaan. Apa sih yang membuat masyarakat begitu rela berebut snack yang dibagikan saat kirab pusaka? Berapa sih harganya? Rasa-rasanya memang tidak relevan jika dijadikan dengan harganya.
Mungkin benar apa yang dikatakan  Pak Arya , bahwa yang membuat masyarakat rela berebut snack yang dibagikan saat kirab pusaka ini bukan tentang barangnya, akan tetapi nilai berbagi dan perhatian terhadap masyarkat, meski hanya dalam bentuk snack yang harganya sangat murah dan bisa didapatkan dengan mudah diwarung-warung, namun sensasi nya jelas terasa berbedha.
Entah mungkin di daerah lainpun juga seperti ini, namun satu hal yang pasti bahwa selain karna dalam rangka menguri-uri sejarah dan budaya, pembagian snack warungan didalam kirab pusaka memang menjadi sebuah satu paket yang tidak bisa dipisahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H