Mohon tunggu...
Hayunda Lail Zahara
Hayunda Lail Zahara Mohon Tunggu... Penulis - Author

Peramu rasa, peracik kata, pencipta nuansa

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Rimbunnya Cuan Lestari Berkat Konektivitas Transaksi

19 Juni 2023   14:15 Diperbarui: 19 Juni 2023   14:19 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Website resmi Gunung Api Purba Nglanggeran

Apa yang akan Anda lakukan bila sedang kelebihan dosis kehidupan kota?

Apakah Anda akan minggir sejenak menyembuhkan diri di alam untuk sekedar menghirup udara segar maupun menikmati panorama yang indah?

Jika, iya. Maka tak salah bila bisnis ekowisata (sebutan untuk wisata berbasis alam) di Indonesia menjadi magnet tersendiri yang memikat tak hanya bagi turis domestik, melainkan juga turis mancanegara. Dengan adanya konektivitas sistem pembayaran di kawasan ASEAN tentu memberi stimulus tersendiri agar bisnis lestari ini kian cuan dan harapannya di masa mendatang mampu memajukan ekonomi negeri.

Ekowisata Nglanggeran

Namanya Sugeng Handoko, seorang pemuda yang berasal dari sebuah desa di kaki Gunung Api Purba, Nglanggeran, Gunung Kidul. Ia awalnya kerap malu bila orang yang baru kenal dengannya menanyakan asal daerahnya. Jadilah, ia sering mengaku berasal dari Yogyakarta dan bukan dari Nglanggeran, desa yang namanya saja cukup asing di telinga kebanyakan orang.

Kendati begitu, Sugeng yang saat itu mengenyam bangku perkuliahan di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta merasa bahwa desanya terasa makin sepi lantaran proporsi pennduduk yang timpang. Ada lebih banyak lansia dan anak-anak dibandingkan golongan pemuda. Para pemuda di desanya banyak yang terpincut urbanisasi ke luar kota atau bahkan ke luar negeri untuk menjadi TKI. Imbasnya, desa yang ditinggali Sugeng menjadi tak terurus: sunyi, tanah gersang, dan kemiskinan merata.

Prihatin atas apa yang terjadi di tanah kelahirannya, Sugeng dan kelompok karang taruna di desanya berupaya menghidupkan kembali desanya yang nyaris mati. Ia lantas menggagas desa wisata dengan objek utama Gunung Api Purba Nglanggeran. Dalam praktiknya, bisnis yang tadinya gurem menjadi menggurita lantaran warga setempat berhasil dilibatkan.

Ada Embung Nglanggeran, griya cokelat, eco spa, wisata batik topeng, dan masih banyak lagi usaha yang saat ini digarap warga Nglanggeran. Uniknya, melalui paket wisata Live in, homestay yang dikelola warga berhasil menekan angka perceraian yang jamak terjadi di desa ini, yang kerap dipicu persoalan ekonomi.


Selarasnya ekologi, budaya, dan sosial yang dijaga di desa ini membawa Sugeng dan warga Nglanggeran pada peningkatan taraf hidup. Pada tahun 2017 misalnya, omzet bisnis lestari ini mencapai 1,9 miliar dengan total pengunjung baik domestik maupun mancanegara sebanyak 151.035 orang.

Saat ditanya apa harapan Sugeng terhadap ekowisata yang telah dibanggunnya ini, ia menjawab, "Impian saya sederhana mbak: tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia."

Sugeng dan Impiannya

Apakah impian Sugeng bisa terwujud? Atau justru ia akan dikatai 'mimpi kaleee'?

Pertama-tama, kita harus memahami bahwa mimpi dan impian itu sejatinya berbeda. Mimpi adalah fantasi indah saat tidur. Seindah-indahnya mimpi, tetap tidak nyata. Domainnya berada di atas kasur saja. Sedangkan, impian adalah sebuah realita di masa depan yang bisa kita raih dengan usaha dan kerja keras. Domainnya riil, di muka bumi ini.

Sugeng bersama kerja kolektifnya sedari awal telah menempatkan inovasi di garda terdepan bisnis modelnya. Selain rajin berinovasi produk tiap 2 tahun sekali, Sugeng juga menggandeng digitalisasi pada usahanya. Salah satunya dengan transaksi berbasis QRIS sejak awal 2020.

"Kebetulan kami salah satu binaan Bank Indonesia. Jadi, termasuk awal menggunakan QRIS," papar Sugeng.

QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) merupakan metode pembayaran nontunai yang mulanya diadopsi Sugeng guna memudahkan para turis saat bertransaksi di Nglanggeran. Apalagi menurutnya, saat itu sudah menjadi tren dan budaya baru orang berwisata tanpa uang fisik.


Meski wisata Nglanggeran pun sempat tutup manakala virus COVID-19 merebak di tanah air, Sugeng berujar bahwa seiring pelonggaran dan kebijakan pembayaran nontunai bisnisnya dapat bertahan dan beroperasi kembali.

"Alhamdulillah, dengan kesiapan kita pakai QRIS mempermudah dan mengakomodir kebutuhan cashless saat itu," tukasnya.

Bak gayung bersambut, impian Sugeng untuk menjadikan ekowisata Nglanggeran kian mengglobal dapat segera terwujud berkat adanya konektivitas sistem pembayaran di kawasan ASEAN berupa QR cross-border.

Sumber Gambar: Bank Indonesia
Sumber Gambar: Bank Indonesia

Apa itu QR cross-border?

QR cross-border adalah sistem pembayaran berbasis QR code yang dapat dipakai untuk transaksi lintas negara, khususnya di wilayah ASEAN.

Ini merupakan hasil kerjasama antara 5 bank sentral di kawasan ASEAN yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina untuk saling mengintegrasikan sistem pembayaran menggunakan mekanisme local currency settlement (LCS) atau mata uang lokal. 

Dengan begitu, transaksi lintas negara akan minim eksposur terhadap nilai tukar dan tidak lagi terpengaruh oleh kurs dolar Amerika Serikat (USD). Sehingga, biaya transaksi menjadi lebih murah.

Kanal pembiayaan digital ini bisa dibilang kakak-adik lah dengan aliansi BRICS (Brazil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan) yang sama-sama punya misi untuk lebih mandiri ekonomi dengan cara mengerahkan infrastruktur pembayaran yang integratif.

Sumber Gambar: Bank Indonesia
Sumber Gambar: Bank Indonesia

QR Cross Border, Business Go Bigger

Sepert diketahui, lima negara ASEAN yang menyepakati QR cross-border sejatinya membentuk sekitar 85 persen ekonomi Asia Tenggara dan merupakan pusat perdagangan serta perjalanan yang saling terkait erat. Di mana potensi pasarnya diperkirakan mencapai 6 juta orang dengan total kunjungan sebanyak 2,4 juta kali.

Sejalan dengan itu, ada 24,9 juta merchant (pelaku usaha) QRIS di Indonesia yang siap menjajakan produk atau jasa buatan lokal.

Sumber Gambar: Bank Indonesia
Sumber Gambar: Bank Indonesia

Abraham Adriaansz, Ketua Komite II Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), menuturkan bahwa dengan pendekatan pruden, QR cross-border termasuk terobosan yang mampu meningkatkan nilai UMKM dan memulihkan sektor pariwisata.

Dengan QR cross-border, artinya siapapun tak perlu repot menukarkan mata uang lokal saat berbelanja di negara yang dikunjunginya.

Wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia dapat membayar produk atau jasa lokal yang ingin dibelinya dengan hanya memindai QRIS merchant Indonesia menggunakan aplikasi pembayaran negaranya. Sebaliknya, wisatawan Indonesia dapat memindai QR code merchant negara yang dikunjunginya menggunakan aplikasi pembayaran Indonesia untuk menyelesaikan transaksi. Cakep, kan?

Proses konektivitas pembayaran di kawasan ASEAN tentu memberi dampak positif tak hanya bagi konsumen, melainkan juga para pelaku UMKM. Nah. kira-kira apa saja ya manfaat yang bisa diperoleh masing-masing pihak saat menggunakan QR cross-border? Yuk, simak!

Bagi wisatawan (konsumen):

  • Tidak perlu repot tukar uang di money changer atau tarik tunai di ATM luar negeri. Alhasil, sisa waktu bisa banget dialokasikan untuk hal-hal lain seperti packing baju, riset kuliner menarik, dan sebagainya.
  • Nggak perlu panik saat dompet ketinggalan atau isi dompet menipis. Karena tinggal scan QR code saja semua beres!
  • Aman dan nyaman karena saldo yang terpotong hanya senilai transaksi saja. Say good bye to kembalian permen!
  • Kurs yang berlaku dan jumlah bayar yang telah disesuaikan dengan mata uang lokal wisatawan akan ditampilkan di layar gawai. Lumayan, bisa mencegah boncos waktu vakansi!
  • Menawarkan opsi higienis di tengah ancaman pandemi.
  • Lebih kekinian dong di era yang kian cashless society. Betul, tidak?

Bagi merchant (pelaku usaha):

  • Memperluas jangkauan pasar. Emang Agnez Mo aja yang boleh go internasional? Hehe.
  • Lebih praktis dan bikin betah wisman (wisatawan mancanegara) saat bertandang ke Indonesia. Semakin lamanya length of stay wisatawan berbanding lurus dengan potensi dia untuk banyak kulineran, jalan-jalan, beli oleh-oleh, dan menghabiskan cuan 'kan?
  • Nggak perlu nyiapin uang kembalian atau khawatir uang palsu. Semuanya kan sudah digital!
  • Seluruh transaksi sudah tercatat otomatis. Sehingga lebih transparan dan punya riwayat transaksinya kalau ada apa-apa. Cocok banget untuk usaha sosial macam ekowisata Nglanggeran ini!
  • Aman karena diawasi oleh Bank Indonesia.
  • Menaikkan branding usaha. Meski lokal, tapi sistemnya sudah setara bisnis global!

Sumber Gambar: Bank Indonesia
Sumber Gambar: Bank Indonesia

Penutup

Di negeri zamrud khatulistiwa ini, bisnis seperti ekowisata Nglanggeran bertebaran di mana-mana. Sayangnya, tak jarang dari bisnis-bisnis ini hanya berakhir menjadi UKM (Usaha Kecil Melulu) alih-alih Usaha Kecil Milyaran. Padahal, usaha mereka bagus, misi konservasi dan budayanya pun jelas. Kenapa begitu?

Karena seringkali bisnis hanya diporoskan pada marketing yang gencar untuk membesarkannya, tanpa pernah melakukan general check up terlebih dahulu terhadap penyebab stagnannya bisnis.

Jangan sampai kita memberi obat yang salah pada bisnis. Obat paten termahal penyakit jantung tentu tidak dapat menyembuhkan penyakit sembelit bukan?

Sugeng Handoko dan warga Nglanggeran telah membuktikan bahwa dengan digitalisasi pembayaran bisnis ekowisata yang mereka bangun bisa tumbuh subur dan bahkan bertahan di tengah krisis yang mencekik. Apalagi, QR cross-border di kawasan ASEAN yang hadir bak angin segar untuk melebarkan pasar bisnisnya. Agar nantinya, rupiah bisa kembali berdiplomasi dan ia serta warga Nglanggeran dapat menjadi tuan di rumahnya sendiri.

**


Terima kasih:

Sugeng Handoko, pelopor Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran.

 

Referensi

[1]: Bank Indonesia. 2022. QR Cross-Border Solusi Transaksi Antar Negara. Bank Indonesia.

[2]: Rumengan, Joan Aurelia. 2023. A traveler's dream: Cash-free payment systems link up across Southeast Asia. Rest of World.

[3]: Suryowati, Estu. 2022.QRIS Cross Border Kurangi Ketergantungan terhadap Dolar AS. Jawa Pos.

[4]: BPS. 2022. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Menurut Kebangsaan (Kunjungan), 2021-2022. Web BPS.

[5]: Haryono, Erwin. 2022. Transaksi QR Antar Negara Dukung Integrasi Keuangan Asean. Bank Indonesia.

[6]: Haryono, Erwin. 2023. BI Terus Edukasi Masyarakat dan Pedagang/Merchant Agar Terhindar dari Upaya Penyalahgunaan QRIS. Bank Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun