Saat ditanya apa harapan Sugeng terhadap ekowisata yang telah dibanggunnya ini, ia menjawab, "Impian saya sederhana mbak: tinggal di desa, rezeki kota, bisnis mendunia."
Sugeng dan Impiannya
Apakah impian Sugeng bisa terwujud? Atau justru ia akan dikatai 'mimpi kaleee'?
Pertama-tama, kita harus memahami bahwa mimpi dan impian itu sejatinya berbeda. Mimpi adalah fantasi indah saat tidur. Seindah-indahnya mimpi, tetap tidak nyata. Domainnya berada di atas kasur saja. Sedangkan, impian adalah sebuah realita di masa depan yang bisa kita raih dengan usaha dan kerja keras. Domainnya riil, di muka bumi ini.
Sugeng bersama kerja kolektifnya sedari awal telah menempatkan inovasi di garda terdepan bisnis modelnya. Selain rajin berinovasi produk tiap 2 tahun sekali, Sugeng juga menggandeng digitalisasi pada usahanya. Salah satunya dengan transaksi berbasis QRIS sejak awal 2020.
"Kebetulan kami salah satu binaan Bank Indonesia. Jadi, termasuk awal menggunakan QRIS," papar Sugeng.
QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) merupakan metode pembayaran nontunai yang mulanya diadopsi Sugeng guna memudahkan para turis saat bertransaksi di Nglanggeran. Apalagi menurutnya, saat itu sudah menjadi tren dan budaya baru orang berwisata tanpa uang fisik.
Meski wisata Nglanggeran pun sempat tutup manakala virus COVID-19 merebak di tanah air, Sugeng berujar bahwa seiring pelonggaran dan kebijakan pembayaran nontunai bisnisnya dapat bertahan dan beroperasi kembali.
"Alhamdulillah, dengan kesiapan kita pakai QRIS mempermudah dan mengakomodir kebutuhan cashless saat itu," tukasnya.
Bak gayung bersambut, impian Sugeng untuk menjadikan ekowisata Nglanggeran kian mengglobal dapat segera terwujud berkat adanya konektivitas sistem pembayaran di kawasan ASEAN berupa QR cross-border.