"Kepada Rio Haryanto kami terus berusaha sekuat tenaga agar Rio tetap masuk ke Formula 1. Ini menjadi sejarah anak negeri untuk bisa bergabung di Formula 1, Insyaallah dengan itu kita bisa menyelenggarakan F1 di Indonesia," kata Menpora, Imam Nahrawi Jakarta, Senin (28/12).
Dari kutipan pembukaan tulisan diatas jelas terlihat tingginya semangat dan keinginan dari pemerintah melalui Menpora untuk dapat menampilkan salah satu pembalap berbakat dari negri ini tampil diajang balap jet darat paling bergengsi di muka bumi ini.
Sebetulnya pada tulisan terdahulu saya juga sudah terang benderang menggambarkan bagaimana proses seorang pembalap (pemula) itu bisa tampil di balapan paling paling bergengsi ini, namun masih ada sebagian kita yang agak sulit menerimanya. Pertama terkait dengan terlalu besarnya dana yang dikeluarkan pemerintah dan sponsor hanya untuk seorang Rio Hariyanto? apakah hal itu sudah pantas dilakukan, sementara disisi lainya ada juga yang merasa bahwa Rio Haryanto adalah pembalap karbitan.
Itulah yang banyak terungkap dari berbagai komentar pada tulisan saya terdahulu itu harga kursi rio haryanto di tim manor merusak gp formula1 untuk itu mari kita coba ulas kembali, semoga saja dapat tercapai kesamaan pandangan terhadap apa yang sedang ditungggu dengan harap-harap cemas oleh Rio saat ini untuk dapat menjadi pembalap GP Formula1 tersebut. Karena sampai saat ini tim Manor masih belum memberikan konfirmasi tentang nama dua pembalapnya nanti. Padahal Rio sebetulnya hanya tinggal menunggu verifikasi dari FIA sebelum diizinkan turun di ajang F1 ini.
Dengan belum adanya pengumuman resmi dari Manor tersebut. tentu posisi Rio masih menjadi tanda tanya. Apalagi salah satu pesaingnya, Alexander Rossi sudah mengklaim bahwa ia telah mendapatkan satu kursi di tim Manor tersebut. Rossi memang juga merupakan kandidat kuat yang akan mendapat jatah kursi di Manor musim balap tahun ini. Itu bisa dimaklumi karena ia pernah membalap lima seri pada musim balap 2015 lalu. Disamping itu diyakini Rossi bisa mendatangkan banyak sponsor bagi Manor.
Pembalap Pay Driver yang sukses. sumber foto : www.bola.com
Pay Driver?
Dalam dunia balap mobil berteknologi tinggi ini, talenta saja tidak cukup untuk dapat mengantar seorang calon pebalap untuk dapat berlaga F1. Fakta membuktikan bahwa pembalap pemula itu membutuhkan dukungan sponsor kelas kakap, karena terjun ke balapan jet darat ini membutuhkan dana yang sangat besar. Gambaran betapa besarnya dana yang dibutuhkan untuk bisa masuk F1 ini bisa kita lihat dari apa yang saat ini dilakukan Rio Haryanto. dana 15 juta euro hanya untuk bisa dapat kursi di Tim Manor lebih besar lagi kalau Rio ingin mobil atau tim yang lebih kompetitif seperti tim Force India yang meminta bayaran 25 juta euro.
Adapun upaya pembalap pemula untuk terjun di F1 dengan membayarkan sejumlah uang pada tim yang dituju itu, merupakan hal yang sudah umum terjadi dalam dunia balap GP Formula1 ini, mereka itu disebut sebagai 'Pay Driver'. tapi walaupun begitu tenryata banyak juga pembalap dengan lebel 'pay driver' ini yang sukses di ajang F1 ini. Seperti pembalap legendaris Niki Lauda, Michael Schumacher dan terakhir Fernando Alonso yang dikontrak Ferrari karena membawa serta Santander sebagai sponsor ke tim asal Italia itu. Dengan bakat besar yang dipunya, ketiga pebalap tersebut kemudian mereka berhasil menunjukkan kalau mereka lebih pantas dibayar (digaji) dan bukannya malah membayar.
Disamping para pembalap yang sukses diatas ada juga pembala lain seperti Pastor Maldonado yang mendapat dukungan dana 30 juta poundsterling dari perusahaan minyak nasional di Venezuela serta didukung penuh oleh Presidennya Hugo Chavez. Begitu juga dengan Sergio Perez pembalap Mexico yang juga mendapat dukungan sepenuhnya oleh pemerintah Meksiko.
Tapi yang perlu di catat adalah bahwa, walaupun tim yang menerima bayaran bukan berarti mereka langsung mau menerima sembarangan pembalap. Mereka juga menginginkan driver terbaik yang mendukungnya hingga dapat bersaing sepanjang musim. Mungkin karena itu juga lah sulit bagi pembalap Asia yang bisa sukses di GP Formula1 ini, seperti yang pernah dilakukan pembalap asal Malaysia, Jepang dan India mereka sulit bersaing meraih poin apalagi untuk naik podium.
Metode perekrutan lainya yang juga dilakukan oleh tim-tim di F1 adalah lewat pemantauan bakat. Meski GP2 merupakan feeder resmi jenjang menuju balapan F1, namun tidak menutup kemungkinan bagi pembalap yang berasal dari ajang balap lainnya seperti Formula Renault, Formula Tiga, Formula BMW, Mereka yang berprestasi di kompetisi-kompetisi tersebut punya kans besar juga untuk kontrak sebagai test driver atau bahkan langsung menjadi pebalap utama.
Ada juga perekrutan lain ya itu melalui program pengembangan pebalap. Kalau perekrutan model ini memang si pembalap sudah dibimbing sejak usia dini oleh tim top dan terus diasah kemampuannya secara berjenjang. Tentu saja persaingan untuk mendapatkan tempat di program pengembangan ini jelas sangatlah ketat. Model perekrutan semacam ini sudah melahirkan banyak pembalap sukses seperti Sebastian Vettel, Daniel Ricciardo dan Lewis Hamilton.
Pembalap Karbitan?
Rio Haryanto adalah pembalap muda harapan Indonesia. Sudah mengenal balapan sejak ber umur 6 tahun yaitu di arena Gokart Nasional dan International, pernah menjadi juara umum di ajang balap Formula Asia 2.0 ketika masih usia 15 tahun. Dan tahun 2002 Rio berhasil tampil sebagai Juara Nasional Go-kart kelas kadet.
Th 2008, Rio bersaing dalam tiga seri yang berbasis di Asia, yaitu pada seri balapan Asian Formula Renault Challenge, Formula Asia 2.0, dan Formula BMW Pacific. Dan Rio pernah menjadi pembalap yang tercepat dalam seri 2.0 FAsia, serta memenangkan dua seri balapan meraih peringkat ketiga secara keseluruhan dalam kejuaraan tersebut berada di belakang pebalap Eropa Felix Rosenqvist dan Matthias Beche.
Th 2009, Rio kembali berkompetisi dalam berbagai seri, seperti Australian Drivers Championship dan Asian Formula Renault Challenge. Di ajang Formula BMW Pacific, Rio berhasil mendominasi 11 kemenangan dari 15x balapan membela Team Meritus asal Malaysia. Rio Berhasil mencapai hasil empat kemenangan berturut-turut, pole position dan putaran tercepat dalam empat balapan berturut-turut. Dan Rio juga pernah berkompetisi Formula BMW Eropa sebagai pebalap undangan.
2010-2011, Rio mulai terjun ke GP 3 Series, pertama kali turun di ajang GP3 di Barcelona, Rio masih sangat kesulitan untuk memperoleh hasil lomba yang optimal. Tapi dengan usaha kerja kerasnya di seri berikutnya Rio berhasil tampil sebagai juara 1. Hingga akhir kompetisi Rio berhasil menempati peringkat ke 5. Karana berhasil tampil gemilang di GP3 Rio akhirnya diizinkan untuk mencoba mobil F1. Rio pun menjadi pebalap Indonesia pertama sekaligus satu-satunya pebalap berusia 17 tahun yang melakukan uji coba mobil balap F1. Uji coba ini berlangsung di Abu Dhabi, pada 16 November 2010.
2012-2015, Rio mulai berkompetisi penuh di ajang GP2 Series dan berhasil menorehkan sejarah di sirkuit-sirkuit legendaris yang juga merupakan tuan rumah balap F1. Di atas trek basah yang sulit Rio sukses mencetak pole position dan lap tercepat di sirkuit Spa-Francorchamps, Belgia. Posisi podium kemudian menyusul di Silverstone, Inggris dan jalan raya Monte Carlo, Monako.
Selama empat tahun di GP2, mencapai titik puncak di tahun 2015. Ia menorehkan catatan terbaiknya. Bersama Campos Racing, Rio menempati posisi keempat pada klasemen akhir pebalap. Capaian itu melewati target awalnya, yakni finis di lima besar pada klasemen akhir.
Pada akhir tahun 2015, Rio mendapatkan kesempatan tes bersama Manor. Hasil tes membuat Manor puas, dan menawarkan satu kesempatan untuk tahun 2016 kepada Rio. Kesempatan emas ini tak disia-siakan, meski membutuhkan dana besar untuk tampil di F1. Pembicaraan kontrak Rio dengan Manor berjalan lancar.
Jadi dengan apa yang sudah ditulis diatas jelas langkah Rio menuju F1 ini bukanlah tanpa dasar atau disebut dengan pembalap karbitan. Jelas sekali dimusim terakhirnya GP2 2015 Rio tiga kali tampil sebagai juara seri naik podium sebanyak lima kali, Rio berhasil mengoleksi nilai 138, berada di bawah Stoffel Vandoorne (341,5), Alexander Rossi (181,5), dan Sergey Sirotkin (139). Sekedar catatan Nico Rosberg, Lewis Hamilton, Timo Glock dan Nico Hülkenberg juga termasuk pembalap yang menjadikan GP2 Series sebagai batu loncatan sebelum bertransisi ke F1.
Prestasi Rio Haryanto di ajang balapan sampai saat ini:
- Juara nasional Gokart kelas kadet (1999)
- Atlet Gokart Terbaik Junior (2005) dan (2006).
- Juara pertama Asian Karting Open Championship seri 1 di sirkuit Guia, Cina (2008)
- Juara umum Formula BMW (2009)
- The Best Driver Manor Racing di Monza Italy GP3 series (2011)
- Juara kedua di sprint race seri 5 GP2 di sirkuit Silverstone, Inggris (2013)
- Juara pertama seri GP2 di Bahrain (2015)
- Juara pertama di Sirkuit Spielberg, Austria GP2 Series (2015)
Tentu menjadi wajar, setelah sukses di arena balap GP2 2015, Langkah selanjutnya adalah mengharumkan nama Indonesia lewat aksinya di balap paling bergengsi, Formula One ini. Seperti yang disampaikanya “Target saya di tahun 2016 adalah mengharumkan nama Indonesia di Kejuaraan Dunia Formula One,” kata Rio …….ok lah akalau begitu………selamat menikmati.
Borneo 13 Januari 2016
Salam Olah Raga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H