Mohon tunggu...
Hanifa Paramitha Siswanti
Hanifa Paramitha Siswanti Mohon Tunggu... Penulis - STORYTELLER

Penikmat kopi pekat ----- MC, TV Host, VO Talent ----- Instagram: @hpsiswanti ----- Podcast Celoteh Ambu

Selanjutnya

Tutup

Seni

Melawan Batas Lewat Seni Pentas

25 Mei 2023   20:48 Diperbarui: 25 Mei 2023   20:59 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentas seni djembe, vokal, dan deklarasi anak Indonesia pada Hari Anak Nasional Kota Bandung 2022 (Foto: dok. Biruku Indonesia)

"Mereka kan tidak bisa mendengar musik, jadi kami para guru harus mengajar secara kontinyu lewat hafalan hitungan ketukan. Rerata anak tuli kesulitan berbicara juga, Mereka bisa meniru gerakan, tetapi tak bisa ngomong dan cenderung bubbling.  Tantangan lain pun ada pada anak tunagrahita. Kami harus menjaga kontak mata mereka supaya tetap konsentrasi. Ingatan mereka juga tidak panjang. Jadi benar-benar harus berusaha untuk mengajarkan," tutur Balva.

Alumnus jurusan pendidikan luar biasa ini menambahkan, para siswa cenderung bosan jika berlatih sendiri. Mereka akan bersemangat apabila ada teman lain yang turut berpartisipasi, sehingga tercipta suasana ramai yang mampu menghadirkan antusiasme dalam diri.

"Kadang kami ikuti dulu kemauan mereka apa. Misalnya ada yang ingin nyanyi ya sudah kami dengarkan dulu dia bernyanyi. Setelah itu baru latihan lagi," tukas Balva.

Ia bersama guru lainnya mengajarkan aktivitas seni dengan tujuan melatih motorik para siswa, terutama tunagrahita. Berbagai titel juara yang diraih dianggap sebagai bonus. Bagi mereka, kemampuan siswa untuk tampil secara percaya diri di depan banyak orang justru merupakan pencapaian utama.

"Banyak kok tokoh difabel yang berhasil dan berkiprah di ranah publik. Bahkan jadi staf khusus presiden RI juga kayak Angkie Yudistia. Ini kan memperlihatkan bahwa kita jangan fokus kepada kekurangan, tapi fokus ke perkembangan dan kemampuan individu itu," ucap Balva

Peran Awal Orang Tua yang Krusial

Penyaluran minat dan bakat seni menciptakan tumbuhnya rasa percaya diri kepada siswa disabilitas. Ketika perasaan tersebut ada, terapi dan kegiatan perkembangan yang dilakukan pun dapat diikuti dengan baik.

"Ketika penampilan anak-anak dikemas secara bagus, didandani, diberi seragam yang cakep, dikemas dengan tampilan menarik, diapresiasi audiens, ternyata mereka sangat bangga dan bahagia, Ini amat berdampak terhadap rasa percaya diri. Banyak orang tua yang menyampaikan bahwa setelah tampil dan dihargai, perkembangannya meningkat dan dampak perilaku di rumah menjadi beda sekali. Mereka lebih kondusif, bahagia, dan semakin mau bekerja sama baik latihan maupun terapi," papar Juju Sukmana, pendiri Biruku Indonesia, sebuah lembaga kesejahteraan sosial nonprofit yang bergerak di bidang pendidikan dan kemandirian disabilitas.

Program pengembangan bakat seni dapat dimulai dari asesmen awal yang mempelajari arah minat yang disukai anak, misalnya musik, gambar, vokal, modeling, atau bidang seni lainnya. Perlu ada kerjasama antara guru, terapis, dan tutor dengan juga memperhatikan sudah sejauh mana perkembangan anak tersebut. Hal ini diperlukan agar program pengembangan seni dapat sejalan dengan terapi yang tengah dilakukan.

Namun pentingnya peran sekolah dalam memfasilitasi bakat dan minat seni anak disabilitas rupanya tak bisa mengalahkan peran orang tua. Hal ini karena kegiatan di sekolah atau yayasan hanya mampu mengampu dalam beberapa jam dalam sehari. Selama ini yang menjadi evaluasi adalah kesadaran masing-masing orang tua terkait perannya. Kendala yang terjadi ada pada semangat orang tua yang naik turun.

"Terkadang orang tua masih minder dan tidak paham peran. Mereka bergantung kepada guru. Peran utama ini harus disadarkan dan terus diingatkan bahwa orang tua memiliki fungsi luar biasa, sehingga harus total dalam pendampingan. Semangat, metode pembelajaran, dan motivasi besar dari orang tua itu sangat berdampak ke anak. Begitupun sebaliknya," jelas Juju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun