Keharmonisan dan komunikasi efektif tentu hanya bisa terjadi dalam relasi yang setara.Tak heran jika dalam relasi yang timpang, akan selalu ada pihak yang merasa bebannya paling berat.
Menumpuknya rasa stres yang terpendam tentu bisa berakibat fatal karena dapat meledak kapan saja. Alhasil pada akhirnya perpaduan kelelahan fisik, kewajiban domestik, dan tekanan mental kerapkali menjadikan anak sebagai sasaran pelampiasan karena istri tak mampu mengomunikasikannya kepada suami akibat ketimpangan relasi sejak awal.
Kejadian ini bisa diperparah jika si suami yang merasa dominan justru menganggap sang istri tak memiliki rasa bersyukur dan kurang iman. Bahkan jika sang anak berulah di luar rumah, ibu atau istrilah yang selalu disalahkan, seperti ujaran "Ibu kemana? Ngapain aja? Kok anaknya bisa nakal dan susah diatur kayak gini?"Â
Fenomena tersebut menjadi gambaran bahwa relasi yang tidak setara memiliki efek domino dan berdampak kemana-mana. Tak hanya ketimpangan relasi bersama pasangan, tetapi juga terhadap pengasuhan anak.Â
Ibarat kendaraan, ibu yang lelah secara mental itu kayak mobil yang tangki bahan bakarnya kosong karena tidak dapat kenyamanan, keamanan, dan cinta.Â
Hal ini bisa terjadi jika support system di sekitar ibu tidak menyuplainya. Kalaupun dipaksa jalan tentu akan mogok, ada masalah di perjalanan, bahkan bisa meledak.
"Apalagi di zaman sekarang yang seolah  tolak ukurnya adalah media sosial. Ibu yang tangkinya kosong akan semakin sulit menjalankan mindfull parenting. Miris juga kalau ada apa-apa, tameng pertama yang disalahkan adalah si ibu. Padahal warganet tak tahu seperti apa ibu tersebut diperlakukan oleh support system, misalnya suami atau mertua," ujar Devia.
Menurut dr. Elvine, kondisi mental yang tidak baik pada ibu akan berpengaruh terhadap  pola pemikiran, respon emsoi, dan respon perilaku yang mengakibatkan trauma lebih lanjut kepada anak. Proses negatif tersebut  akan menjadikan ibu menjadi lebih reaktif dan mudah memberikan kekerasan kepada anak-anaknya.
Perilaku tersebut kemudian berpengaruh pada pola asuh toksik yang akan memunculkan masalah kepercayaan diri anak, konsep diri, bahkan persepsi anak yang menjadi negatif.Â
Hal inilah yang menyebabkan kegagalan kematangan dalam proses pertumbuhan kepribadian anak, sehingga berdampak pada gangguan mental emosionalnya di masa remaja.
Pentingnya Kesepakatan Sejak Sebelum Menikah
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!