Karena itu kesediaan Budiman masuk dalam gerbong Gerindra menjadi durian runtuh di saat usia dan ketenaran Prabowo tak bisa lagi diandalkan untuk keberlanjutan partai dalam jangka menengah dan jangka panjang, Prabowo telah berjuang untuk partainya sejak 2008 dan sepertinya harus rela turun gelangggang dan legowo digantikan para pemain baru. Â Â
Saat ini nama Budiman memang luput dari pantauan lembaga survei mana pun pada Pilpres 2024 untuk daftar bakal capres dan cawapres yang dilirik publik. Tapi manakala Budiman sudah berkecimpung di Gerindra dan masuk jajaran pengurus periode 2025-2030, Â kemungkinan besar namanya akan masuk pantauan dan menjadi pesaing Ganjar Pranowo di 2029.
Jika Yang Maha Kuasa menghendaki hal itu terjadi, maka Prabowo dan Gerindra layak mengucapkan terima kasih kepada Megawati dan PDIP. Karena "penelantaran" Budiman di Partai Banteng menjadi berkah untuk Gerindra. Dengan kata lain, Gerindra menemukan sosok yang pas sebagai penerus tongkat estafet Prabowo sebagai bakal capres di Pilpres mendatang.
Fakta ini juga membuktikan bahwa PDIP adalah parpol kader terbaik di Indonesia yang mampu menghasilkan calon-calon pimpinan nasional. Keistimewaan ini tidak dimiliki oleh parpol berideologi nasional lainnya seperti Golkar, Gerindra, Demokrat dan Nasdem.
Golkar yang di masa Orde Baru mampu menghasilkan sederet politisi andal, harus menerima nasibnya di era reformasi sebagai partai medioker yang terpecah menjadi beberapa kubu/faksi. Â Sementara PD dan Nasdem sangat tergantung dari pendirinya atau one man/family show. Â Â
Selamat untuk Gerindra dan Prabowo Subianto yang telah menemukan sosok politisi calon pemimpin nasional berikutnya.    Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H