Siapa orang Batak yang tak tahu apa itu arsik? Arsik atau mangarsik adalah olahan ikan masak kuning, tetapi ikan kuning orang Batak ini menjadi berbeda karena ada bahan khusus yang dipakai yaitu andaliman, asam cikala, kecombrang dan yang pastinya bawang batak. Bahan dasar tersebut ada dan bersumber dari Tanah Batak, Sumatera Utara.
Mengolah pariwisata Danau Toba itu seperti masak ikan arsik. Danau Toba itu milik orang Batak dan harus orang Batak lah yang pertama mengembangkannya.
Olahan yang paling terkenal dan mudah dilakukan tentunya adalah arsik. Tidak boleh lepas dari bumbu khas Tobanya, maka pengembangan Danau Toba pun tak boleh lekang dari kekhasan Tobanya.
Acungan jempol kepada KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF yang bergiat terus mengembangkan pariwisata Danau Toba dengan seminar internasional yang bertajuk "Heritage of Toba: Natural & Cultural Diversity".Â
Konferensi yang digelar TB Silalahi Center, Toba Samosir, Sumatera Utara, pada Rabu, 13 Oktober 2021 ini pun tak lepas dari ciri khas Batak dan Toba.
Seluruh topik seminar teramu dalam bahan dasar arsik yaitu andaliman infrastrukturnya, asam cilaka geologinya, kecombarang agrowisatanya, dan yang pastinya bawang batak panorama budayanya.
Hadir pula pelaku wisata, budayawan, seniman, LSM, komunitas gerakan akar rumput pemberdayaan masyarakat, akademisi, mahasiswa, dan media massa dan 200-an peserta online yang pendaftarannya lewat MICE Indonesia.Â
Terbentuknya Danau Toba dengan jejak geologinya yang unik mendorong ditetapkannya situs ini sebagai Global Geopark pada 2 Juli 2020 oleh UNESCO pada sidang ke-209 Dewan UNESCO di Paris, Perancis.
Inilah yang melatarbelakangi diusungnya dua elemen penting dalam seminar internasional tersebut yaitu, Kaldera Toba: Menyambung Peradaban Zaman dan Kolaborasi Budaya, Masyarakat, dan Pariwisata Toba.
Andaliman Kesiapan Infrastruktur
Andaliman adalah rempah khas Batak yang pedas menggigit. Orang Batak sering menyebut sensasinya dengan 'bergetar.
Bernama latin Zanthoxylum acanthopodium, sering juga dikenal sebagai "rempah tuba". Bentuk buahnya kecil-kecil bergerombol. Besarnya seperti buah lada berwarna hijau. Tumbuh di dataran tinggi dan tak bisa ditemui tumbuh di luar wilayah Sumatera.
Kesiapan infrastruktur pariwisata Toba diharapkan dapat bergetar seperti andaliman. Kemudahan, kenyamanan, dan kecepatan akses untuk sampai ke Danau Toba itulah yang paling terasa.
Sudah bagaimana kesiapan Danau Toba dalam pariwisata prioritas dari sisi infrastruktur daerah setelah Penetapan UNESCO Global Geopark 2020 bahkan untuk kegiatan MICE berskala internasional, mengingat Indonesia akan menjadi tuan rumah pelaksanaan kegiatan Kongres G20 pada tahun 2022.
Hal ini tertuang dalam pidato pembuka perwakilan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, juga dalam pidato kunci Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bapak Sandiaga Uno.
Gubernur Sumatera Utara juga menyatakan dukungan kesiapan serta didukung oleh Bapak Sofyan Tan dari DPR yang memberi semangat dengan berkata "Daya tarik wisata luar itu karena seksnya tetapi daya tarik Toba itu 70% karena budayanya".
Asam Cikala Geologis Danau Toba
Bentuknya mirip dengan buah nanas, tapi kulitnya tak setajam nanas. Asam cikala merupakan buah dari tanaman yang sama sedangkan kecombrang adalah bunganya. Tak heran wanginya menyerupai bunga kecombrang.
Buah ini berjejalan dalam bongkol hampir bulat. Masing-masing butir berisi biji-biji kecil (berbiji banyak) berwarna cokelat kehitaman. Asam cikala yang berbongkol dan berlapis-lapis itu seperti gambaran geologis Danau Toba.
Danau Toba ditetapkan sebagai Global Geopark karena memiliki tiga unsur yaitu geodiversity, biodiversity, dan cultural diversity.
Geodiversity, jejak geologi Danau Toba dibuktikan melalui adanya tanah berlapis-lapis di Pulau Samosir. Lapisan tanah tersebut menunjukkan bahwa Pulau Samosir terbentuk dari proses pengendapan secara perlahan.
Ada satu masa daratan ini berada di dasar danau yang terendam air, lalu perlahan terangkat ke permukaan karena desakan magma.
Batu apung sisa letusan Toba sekitar 74,000 tahun lalu juga banyak bertebaran di sekitar Tanah Karo, Sumatera Utara. Ada pula lapisan fosil ganggang atau diatomae, yang berwarna putih seperti batu kapur, melapisi sebagian besar tanah di Pulau Samosir.
Bahasan Geodiversity tertuang dalam sesi pertama seminar ini, "Kaldera Toba: Menyambung Peradaban Zaman" yang disampaikan oleh Hans Thulstrup, Senior Programme Specialist for Water and Environmental Sciences UNESCO Jakarta dengan poin menjaga status dan pengelolaan Danau Toba setelah penetapan sebagai UNESCO Global Geopark pada 2020.
Selain itu, hadir Indyo Pratomo, Ahli Geologi Badan Geologi Bandung, yang juga menyampaikan keunikan geologis Danau Toba sebagai potensi dan daya tarik sektor pariwisata.
Asam Kecombrang sebagai Agrowisata Toba
Asam kecombrang adalah sejenis tumbuhan rempah dan merupakan tumbuhan tahunan berbentuk bunga berbiji yang dimanfaatkan sebagai bahan sayuran.
Orang Medan menyebutnya Kincung tetapi Bagi Orang Batak lebih sering disebut bunga rias. Asam kecombrang ini seperti bunga yang menjadi agrowisata Toba.
Biodiversity Danau Toba ditunjukkan melalui potensi agrowisata yang tumbuh subur di sekeliling Danau Toba. Perkebunan Kemenyan (Styrax paralleloneurum) atau dalam bahasa lokal disebut haminjon misalnya, berlokasi di Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan dan sekitarnya.
Perkebunan kopi, umumnya jenis arabika seperti kopi Sigarar Utang, Lintong, Sidikalang, dan Mandailing juga banyak dikelola oleh warga setempat. Ada pula bank pohon dan budidaya tanaman lokal (andaliman, hariara, andalehat, tahul- tahul, sampinur, dll).
Selain tanaman keras, Danau Toba juga kaya akan jenis anggrek hutan. Tanaman ini tumbuh dan berkembang di Hutan Wisata Taman Eden di Desa Sionggang, Kecamatan Lumban Julu, Toba Samosir.
Danau Toba identik dengan wisata air. Danau yang merupakan kaldera hasil letusan gunung berapi ini memiliki tinggi permukaan 900 mdpl.
Komunitas biota yang terkandung di dalamnya cukup beragam seperti plankton, ikan endemik Danau Toba Neolissochilus Thienemanni, hewan bentik atau hewan di dasar perairan, dan tumbuhan air.
Hal ini disampaikan oleh Prof. Harini Muntasib, Ahli Ekowisata IPB dengan poin penting Optimalisasi Sektor Pariwisata Danau Toba melalui Pengembangan Wisata Berwawasan Lingkungan.
Ibu Harini menyuarakan pentingnya membangun rasa bangga terhadap Toba sebagai aset yang luar biasa, tiada duanya di dunia.
Sepuluh kabupaten di sekitar Toba dan Pulau Samosir diharapkan mempunyai persepsi yang sama dalam memandang Toba. Apabila terbagun rasa bangga maka bukan sekadar memiliki tetapi berkarya dengantujuan bersama: Toba menjadi daerah tujuan wisata kelas dunia.
"Siapa yang harus membangun dan mengelola wisata Toba?", tanya Beliau. Saya memohon yang membangun dan mengelola serta bertanggung jawab adalah saudaraku terkasih warga Batak yang mengenal karakter dan mekanisme di Toba, kalaupun ada yang lain itu hanya pendampingan.
Tata Kelola wisata Toba masih menurut Beliau adalah suatu mekanisme pengelolaan kolaboratif wisata Toba yang melibatkan sektor pemerintah dan nonpemerintah dalam suatu usaha kolektif.
Kesamaan persepsi pengusaha dan pemerintah bahwa wisata Toba itu tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi pelestarian sumber daya sebagai modal dasar harus betul-betul diperhatikan, hak masyarakat adat dari sosial dan budayanya harus betul-betul "dihargai" dan mempunyai "hak utama" apabila menjadi salah satu daya tarik wisata Toba.
Annette Horschmann, Aktivis Lingkungan, juga menyampaikan Pelestarian ekosistem sekitar Danau Toba untuk keberlangsungan pengembangan wisata berwawasan lingkungan.
Image Toba yang tercemar, "mangga busuk" dan pelayanan yang buruk dapat digantikan dengan pelayanan yang sustainable, berupa ecotourism, green hotels, alam sebagai atraksi dan keterlibatan masyarakat dalam menghasilkan mango wine dan quality eksperience.
Bawang Batak Budaya Toba
Bawang batak berbentuk seperti tanaman bawang pada umumnya, memiliki umbi berwarna putih dan dedaunan berwarna hijau tua dan berujung lancip.
Bawang Batak atau lokio begitu diminati sebagai campuran makanan karena rasanya yang renyah dan aromanya wangi seperti bawang, dan memberi sensasi rasa sedap ke setiap masakan. Budaya Toba menambah kerenyahan tersendiri saat kita menikmati keteduhan Danau Toba.
"Cultural Diversity"
Secara demografi, Danau Toba berada di Provinsi Sumatera Utara dan dilingkupi oleh tujuh Kabupaten. Wilayah-wilayah tersebut tidak hanya memiliki potensi alam, tetapi juga sejarah, dan budaya berbeda satu sama lain.
Perbedaan karakteristik masing-masing wilayah tersebut berpeluang menarik wisatawan untuk berkunjung dan tinggal lebih lama. Tujuh Kabupaten tersebut adalah Kab. Simalungun, Kab. Toba Samosir, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbang Hasundutan, Kab. Samosir, Kab. Dairi, dan Kab. Karo.
Aspek cultural diversity ini terangkum di sesi kedua seminar yaitu kolaborasi budaya, masyarakat, dan pariwisata Toba yang dengan renyah dibawakan oleh pembicara, yaitu:
Athan Siahaan (Fashion Designer)
"Peluang yang sangat bagus dan luar biasa program pemerintah untuk wisata Toba, ada baiknya kita manfaatkan dengan semaksimal mungkin. Kita ciptakan pasar baru untuk para partonun ulos dan perajin tradisional dengan cara kita memperkenalkan ulos tersebut kepada orang yang belum mengenal dan mengetahui secara global .... seperti yang sudah saya lakukan selama ini mulai dari kota kota besar di Indonesia hingga mancanegara. Semua itu saya lakukan secara pribadi demi untuk melestarikan kekayaan budaya Batak danmengangkat kearifan lokal bangso Batak yang saya cintai," serunya berapi-api.
Prof. Uli kozok (Ahli Budaya Batak University of Hawaii)
Beliau menekankan pendekatan wisata apapun hendaknya ada unsur budaya, yaitu wisata selain menghibur juga mendidik, wisata berwawasan budaya, wisata ramah lingkungan, dan wisata berkelanjutan.Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Perwakilan Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Teknologi memperkuat dan meningkatkan peran pemerintah sebagai fasilitator pemberdayaan objek pemajuan kebudayaan yaitu: tradisi lisan, manuskrip, adat-istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat dan olah raga tradisional.
    4. Santhi Serad (Praktisi Kuliner Indonesia)
      Ada enam bumbu khas Toba yaitu andaliman, asam cikala, asam gelugur, asam jungga, dan bawang batak.
      Bumbu khas ini sulit didapat dan mahal jika di luar Sumatera. Seharusnya ini dikemas dengan kekinian seperti andaliman              yang dikeringkan atau dijadikan bubuk. Bukankah usaha tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Toba,               tantangnya.
      Seafood arsik, tuna naniura, sambal udang bawang batak, dali ni horbo adalah contoh menu modern yang dimodifikasi dengan         bumbu khas Batak ini. Disajikan menjadi menu lokal sebuah hotel atau homestay, diolah menjadi oleh-oleh dan tentunya lebih        mudah untuk didapatkan di pasaran adalah ide Ibu cantik ini untuk kuliner Budaya Batak.
   5. Viky Sianipar (Musisi)
      Pemusik keren Viky Sianipar awalnya fokus mempertahankan esensi lagu daerah dengan baju baru. Artinya ia membuat lagu           daerah dengan musik selera orang muda. Bahkan belakangan dia mulai fokus mempelajari musik asli Batak dan menjadi               performance baru yang membuat anak muda ingin mempelajarinya.
      "Pak ini musik apa? Sarunei
      Oh itu ada di mana? Di Toba.
      "Wah liburan kali ini kita jangan ke Eropa yuk ke Toba".
      Sedikit kesaksiannya tentang musik dapat menarik pengunjung ke Toba. Bayangkan jika seorang anak yang mau ke Toba, pasti        tidak mungkin ia sendiri, minimal sekeluarga akan ikut ke Toba, tegasnya lagi. Mari kemas budaya tanpa meninggalkan                 esensinya, ujar Viky dengan mantap sebagai pesan penutup sore itu.
Siap menikmati arsik pariwisata Toba? Yuk, kiranya banyaknya ide dari seminar ini tidak hanya tinggal dalam rekaman dan dokumentasi tapi setiap kita khususnya halak Batak siap mewujudnya "Heritage of Toba Wonderful Indonesia".
Hotdiana Nababan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI