Mohon tunggu...
Hosea Richard
Hosea Richard Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Semoga melalui artikel yang saya tulis, dapat menjadi pencerahan dan menambah wawasan teman-teman. Selamat membaca.

Selanjutnya

Tutup

Film

Menyuarakan Isu Feminisme Melalui Film "Wonder Woman" (2017)

6 November 2021   12:25 Diperbarui: 6 November 2021   12:28 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film Wonder Woman (2017). Sumber: impawards.com

Singkat cerita, tibalah sosok mata-mata Jerman bernama Steve Trevor yang masuk ke dalam wilayah pulau Themyscira. Ia pun bertemu dengan Diana dan menceritakan kejahatan apa yang sedang terjadi di luar sana.

Erich Ludendorff sebagai Jenderal Jerman melakukan kerjasama dengan ahli kimia untuk menciptakan senjata biologis baru. Di sini lah petualangan Diana sebagai Wonder Woman yang pergi ke tempat manusia biasa tinggal sebagai penyelamat.

Cerita dalam film Wonder Woman (2017) disusun dengan sangat menarik dan membuat penonton bisa memahami perjuangan yang disampaikan.

Namun, sebenarnya terdapat konsep lain yang ingin dibangun oleh Patty Jenkins sebagai sutradaranya. Hal yang dimaksud adalah citra perempuan terkait isu feminisme.

Heroik dan Feminisme

Adegan Wonder Woman Bersama Prajurit Lain. Sumber: latercera.com
Adegan Wonder Woman Bersama Prajurit Lain. Sumber: latercera.com

Melalui film Wonder Woman (2017), sebenarnya tokoh Diana Prince digambarkan sebagai sosok perempuan yang kuat dan bisa memimpin.

Dibuktikan dari sepanjang adegan sejak dirinya membantu Steve untuk melawan Jerman, Diana selalu disorot dan bisa menaklukan musuhnya yang semuanya bergender laki-laki.

Wonder Woman sangat menggambarkan konsep feminisme dalam film yang tujuannya ingin menggeser budaya patriarki dengan laki-laki sebagai sentral.

Cateridge (2015, h. 23) berpendapat kalau teori film feminisme berfokus pada cara di mana bahasa visual yang terdapat dalam film dapat dipakai dan dianggap sebagai gender.

Representasi soal perempuan sebagai manusia yang seharusnya memiliki status yang sama dengan laki-laki, menjadi latar belakang kajian feminisme dalam sebuah film.

Kesetaraan Gender

Adegan Diana Prince (Wonder Woman) dan Steve Trevor. Sumber: sleeplessthought.wordpress.com
Adegan Diana Prince (Wonder Woman) dan Steve Trevor. Sumber: sleeplessthought.wordpress.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun