"Saya pun tidak tahu apa yang kalian bincangkan. Semua gremeng-gremeng, tak jelas ngomong apa."
Dari kejauhan mereka duduk, tampak rombongan ruh manusia yang sedang antre untuk menghadap meja penghakiman. Ada yang meninggal baru saja karena tertabrak truk. Ada yang tewas dalam medan pertempuran. Ada yang mengembuskan napas terakhir lantaran tak kuat menanggung sakit jantung. Ada yang bunuh diri seusai ditinggal pacar begitu saja. Begitu banyak penyebab kematian yang bisa dicatat, sayangnya kebaikan pun keburukan mereka selama hidup tidak segampang itu terlihat.
Ada seorang malaikat yang menyarankan agar para pembuat media sosial dipanggil dulu untuk meninggal, sehingga data-data apa saja yang manusia buat selama bermedia sosial bisa dimintakan dari mereka. Tapi, sayangnya aturan kehidupan dan kematian sudah berlaku lama. Tak bisa semaunya kematian diadakan. Bila belum waktunya, tak boleh malaikat pencabut nyawa bekerja.
Gremeng-gremeng makin menjadi-jadi. Rombongan ruh manusia itu semakin mendekat. Satu dua malaikat tambah kasak kusuk. Mereka masih bingung saja, teknologi apa yang bisa digunakan untuk menimbang kebaikan dan keburukan manusia? Masak malaikat bisa kalah dari manusia?
...
Jakarta,
4 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H