Seorang pengarang pasti tidak ingin cerpennya dicuri alias jadi bahan plagiat oleh orang lain. Ia sudah susah payah berpikir dan berhak klaim penuh atas kepemilikan karya.
Biodatanya diterakan. Dari nama, entah nama pena atau asli. Lantas, keterangan tempat dan tanggal penulisan. Ini jadi satu di dalam media massa -- tempat cerpennya ditulis -- atau buku pribadinya. Ada bukti bahwa cerpen itu miliknya.
Merapikan arsip pengarang
Pengarang tidak pernah tahu, ia akan tenar karena cerpen tahun berapa. Tidak jadi jaminan, cerpen yang baru dikarang mendapat perhatian khalayak banyak.
Bisa jadi cerpen-cerpen lawas yang lebih tenar. Waktu penulisan menunjukkan itu. Cerpen dicatat rapi berdasarkan kurun waktu yang berurutan dalam arsip pengarang.
Membantu pengarang, mengingat latar belakang
Ketika diminta menceritakan kembali atau barangkali pengarang ingin mengenang cerpen-cerpennya, tempat dan waktu penulisan sangat membantu membuka ingatan.
Semisal, cerpen ditulis ketika pengarang masih muda. Waktu sering cinta monyet. Secara tidak langsung, cerpen-cerpennya kebanyakan mengisahkan cerita cinta kawula muda.
Barangkali pula, salah satunya cerita dia sendiri. Dengan sangat mudah, setelah melihat tempat dan tanggal penulisan, pengarang terbantu mengingat latar belakang penulisan cerpen.
Menolong pembaca dalam memahami cerpen
Dari sudut pandang pembaca, kedua informasi itu sangat menolong untuk memahami sebagian cerpen, terutama kisah pengalaman yang menjadi bagian dalam sejarah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!